An Unfulfilled Heart9

1.7K 237 17
                                    

Hai readers,..
jangan lupa follow my Akun Yah
like dan pasti coment cerita ini..

Secercah cahaya mentari yang menyelinap dari balik tirai, perlahan membuat kelopak mata Crystal terbuka, menampakkan bola matanya yang indah, bewarna keperakan. Ranjang empuk dan seprai yang lembut cukup membuatnya sadar jika dia tidak terbaring di lantai. Wewangian bunga dari pengharum ruangan, tangannya yang mungil bergerak; meraba-raba dahinya yang terbalut perban, ia merasakan sakit akibat luka di dahinya. Hingga kedua bola matanya terkejut, melihat seseorang terbaring di sofa dekat lemari bajunya.

O-oh, gadis itu mengira ini semua hanyalah mimpi. Berarti kejadian semalam... Ah. Ia menarik nafas panjang. Perlahan, setetes airmata jatuh menelusuri pipi porselen miliknya. Terus jatuh, jatuh dan jatuh lagi. Perlahan, tetesan itu semakin deras dan deras. Awal pernikahan yang sangat buruk. Terutama kemarin malam itu benar-benar menyebalkan. Ekspresi wajah gadis itu berubah; sedih.

Jika megingat kejadia itu, ia selalu bertanya-tanya. Atas dasar apa-alasan yang jelas-hingga Sehun tega berbuat seperti itu padanya? Gadis berambut hitam itu menyeka matanya. Terkadang pikiran untuk mengakhiri hidup membayangi pikirannya. Tapi demi Ayah dan cita-citanya, ia harus sanggup untuk melanjutkan hidup.

Crystal segera bangun dari ranjang, mematikan lampu kamar yang ternyata masih menyala. Lalu berjalan menuju jendela, membukanya, dan menyampirkan tirai. Membiarkan cahaya matahari menerpa hangat kulitnya. Melirik sekilas jam diatas nakas. Tepat pukul jam tujuh pagi. Sesaat senyum terukir jelas di bibirnya, saat melihat Sean- suaminya yang tengah tidur nyenyak di sofa. Meski ia tak yakin, karena ia tahu pasti itu akan terasa sakit seluruh tubuhnya. Gadis itu segera beringsut menuju kamar mandi. Mungkin berendam air hangat adalah pilihan bagus untuk mengganti suasana hati. Sekaligus menenangkan pikiran. Aroma mawar dan evening primrose boleh juga.

---------------------------

Air hangat memang benar mampu membuat perasaannya jauh lebih baik. Selain perasaannya jadi tenang, tubuhnya pun ikut relaks. Gadis itu menuruni setiap anak tangga perlahan sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah. Krystal memutuskan untuk keluar, saat ia sudah tak menemukan Sehun dikamarnya. Pandangannya segera tertuju pada ruangan yang menghadap kolam renang-ruang makan-yang sudah rapih. Langkahnya semakin cepat.

Ia memejamkan matanya sejenak.

Terbayang jelas dalam benaknya, dia sedang memanggang kue kering, harum kue itu membuat anak-anaknya memeluknya dari belakang, tertawa-tawa dan meminta kue yang dia buat agar segera di makan, dia tersenyum dan mencium anaknya. Dari dulu gadis ini selalu memimpikan hal itu, sebuah keluarga kecil yang bahagia. Bukan seperti ini.

Terkadang ia berpikir; kenapa harus Sean yang menikahinya? Percuma saja pernikahan dengan menghabiskan miliaran won lalu menikah dengan orang yang tak dicintainya. Gadis itu membuka kelopak matanya dan alangkah terkejutnya saat kedua matanya bersitatap dengan kedua sepasang mata milik Sean- suaminya. Sejak kapan?

Crystal segera memalingkan wajahnya, entah kenapa jantungnya berdetak kencang. Ini reaksi spontan saat orang terkejut bukan? Pikirnya.

"Sedang apa?" Tanya Sean terbilang santai.

"T-tidak a-ada, aku hanya me-lihat-lihat." Ujarnya gelapan, terlihat sekali bahwa ia tengah gugup.

"Oh. Buatkan aku sarapan."

"What?" tanyanya terkejut.

"Apalagi, bukankah wajar. Ingat! kau istri disini." Ujar Sean dingin.

Tanpa memperdulikan Crystal yang terus menggerutu, Sean dengan santai duduk di table dinner, mengakses internet lewat ponselnya- mengirim Email sekertarisnya.

Chen, maaf aku tidak bisa masuk kerja- Crystal sakit. Tolong kau urus permasalaham kantor untuk hari ini.

Sent. Menunggu balasan dari Chen. Ia menatap Crystal yang tengah sibuk di dapur, entah apa yang akan ia buat. Kini kedua matanya, mengamati rumah yang kini ditinggalinya. Hingga kedua matanya berhenti tepat di meja makan, dimana itu mengingatkan kelakuan buruknya pada Crystal. Ia sangat menyesal jika mengingat itu semua- Sean beranjak medekati Istrinya.

Saat tubuhnya tepat berada tak jauh di belakang Crystal- meski sang empu tak menyadarinya- melangkah kecil, dengan ragu ia memeluk tubuh kecil itu dari belakang.

"Ya Tuhan." Ujar Crystal terkejut bukan main, saat ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. "A-apa yang kau lakukan, Sean." Tanya nya panik.

Sean tersenyum geli melihat respon yang ditunjuklan oleh Crystal. "Masak apa?"

"A-ku hanya memasak telor ceplok dan roti bakar- Crystal berusaha keras menetralkan detak jantungnya, sungguh perubahan drastis suaminya membuatnya harus berolah raga jatung setiap waktu.

Sean melirik dua roti yang telah dipanggang, "Apa kau membutuhkan bantuan?"

Crystal menggelengkan kepalnya, ia mematikan kompor saat masakannya selesai. Ia membalikkan tubuhnya, mencoba melepaskan lengan Sean- dari tubuhnya.

"Semuanya sudah selesai, Tuan. Sebaiknya kau siapkan piring untuk kita bedua sarapan." Perintah Crystl penuh penekanan.

Tanpa piker Panjang, Sean segera menuruti perkataan Crystal, dengan lihainya ia menatap piring-piring itu di meja makan.

Crystal yang melihat itu, bibir indahnya terangkat membentuk sebuah senyuman indah. "Seandainya sejak awal kau begini, mungkin aku akan terpikat olehmu Sean." gumamnya pelan.

An unfulfilled heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang