An Unfulfilled Heart11

1.7K 243 41
                                    

Hai... 😊😊
Kembali lagi bersama saya, hehhehe mau tanya beberapa hal nih sama klian. Boleh yah? Boleh donk 😆😆
Btw, aku pengen mnta saran aja sih sama kalian. Eumh, masalah Update crta ini kalian enaknya seminggu brapa kali? Soalnya klo setiap hari takut pada bosen 😢😢😢 Eumh, masalah jam juga akhir2 ini sya Up nya malem terus, taulah kgak ada kuota.. hehehe 😅 jdi maaf yah.

Dan satu lagi, menurut kalian Pemain cowonya ini bagusan siapa yah yang meranin kan waktu tahun lalu Kim Jongin Exo nih, kalo sekarang menurut kalian gmna ? Ada yang punya usul?

Tolong beri masukan+saran+kesan+nanya2+unek2 kalian juga boleh buat certa ini atau pkoknya apa aje dekh di kolom komentar yah.. Sama jawaban diatas juga yah 👆👆👆👆

Terimakasih untuk waktunya, selamat membanca. Eh sebelum itu vote dulu dekh biar enakan bacanya.. hehehehe 😂😆😆😆😇😇

Sepanjang perjalanan pulang dalam mobilnya, Crystal terus memperhatikan warna langit yang indah; siluet jingga yang bewarna keabu-abuan. Entah apa yang dipikirkannya. Tepat saat ban berhenti menggelinding, rasa malas menggerogoti hatinya untuk pulang. Sejak pertemuannya dengan Kevin, entah kenapa hatinya merasa kacau.

"Masuklah, jangan terlalu lelah dan istirahatlah. Wajahmu sangat pucat, a-ku khawatir padamu" Ujar manager menyadarkan Crystal dari lamunannya.

Crystal menolehkan wajahnya menatap Alex- managernya. "Baik Oppa." ujarnya tersenyum menganggukan kepalanya. Biarpun enggan untuk melangkah, ia harus mask ke dalam rumah. Ia butuh beredam, tubuhnya begitu lelah.

Ketukan pintu terdengar jelas di telinga Sean. Pemuda itu berhenti memainkan cincin di tangannya, memasukkannya ke dalam saku jeans. Menutup buku yang sedari tadi di buka namun tidak dihiraukannnya.

Ia tarik pintu segera. Pria itu terkejut dengan kedatangan Crystal- tidak! bukan Crystal- tetapi laki-laki disampingnya yang membuat ia cukup dibuat terkejut. Pria itu dan... Crystal. Astaga! Bakan gadis itu beraninya memeluk lengan lelaki itu erat di depan dirinya. Dan lihat, bahkan gadis itu terlihat tidak keberatan dengan apa yang pria itu lakukan.

" Sean-ssi" sapanya.

Siapa pria itu?

Kenapa mereka pulang bersama?

"Sean?" panggilnya- Crystal heran dengan diamnya Sean. Bukannya mempersilahkannya masuk, malah membatu seperti itu.

Mereka habis dari mana? Kenapa mereka terlihat akrab- pikir Sean

"Masuklah." Tangan yang hangat itu menepuk kepalanyanya pelan dan mengacak-acak rambut Crystal.

Terlihat akrab di mata Sean.

"Jangan lupa istirahat yang cukup," Ujarnya mengingatkan.

"Mmhhh, Oppa," ia tersenyum, sengaja ia lakukan di hadapan Sean "Terimakasih, untuk hari ini. Maaf merepotkanmu terus"

Apa itu Oppa? Kenapa ia memanggil dia sperti itu? Tanpa sadar Sean mencengkeram erat gagang pintu. Dia juga. Kenapa malah tersenyum seperti itu?

"Sean-ssi, jaga Crystal baik-baik ya." Ujarnya tersenyum ramah, memperlihatkan ketampanan wajahnya. Setelah itu, Alex pamit untuk pulang.

Tinggal Sean dan Crystal. Sean melirik sebentar istrinya. Ada apa dengannya? Dia punya personality disorder? Kenapa sikapnya berubah-ubah? Seperti tadi siang, ia memilih untuk tutup mulut saja. Diam itu emas, prinsip yang sudah dibuangnya jauh-jauh kini ia gunakan kembali.

Crystal terlebih dahulu masuk ke dalam rumah, menyingkirkan Suaminya yang masih diam di pintu. Gadis itu melangkah dengan cepat, tidak mau dekat-dekat dengan Sean.

Lalu pemuda bermata kelam itu menutup pintu rumah rapat. Siluet senja sudah nampak. Ternyata, bertemu dengan Kevin akan memakan waktu yang lama, padahal hanya mengobrol ringat dan b-berat mungkin. Gadis itu menuju dapur, merasa lapar walau tadi sudah menyantap beberapa kue dan segelas milkshake. Dia ingat di lemari es masih ada dessert, kue tart dan beberapa makanan beku. Lumayan untuk mengganjal perut. Tinggal menghangatkannya di microwave dan siap untuk disantap.

"Crystal"

Gadis yang dipanggil namanya berhenti melihat-lihat freezer. Jantungnya berpacu, Cemas. Baru saja tangannya menarik handler lemari es. Ragu, tapi kepalanya tetap menoleh. Lelaki itu menatapnya dengan pandangan yang tak bisa didefinisikan.

"Siapa dia?" Tanya Sean memicingkan kedua matanya.

Crystal memutar bola matanya malas, ia piker ada sesuatu yang penting. Sebenernya apa yang membuat Sean yang dingin itu menanyakan perihal Alex.

"Dia Managerku." Jawab Crystal, matanya tetap terpaku pada makanan yang ada di lemari es. "Kenapa?" Tanya Crystal balik, ekor matanya melirik Sean sekilas. Lagi, ia mencoba fokus memilih makanan apa yang pas untuk disantapnya saat ini.

"Jika kau pergi, biasakan kabariku. Kau membuatku khawatir tidak jelas" Ujar Sean datar.

Crystal mengernyitkan dahinya- Bingung. Jelas saja gadis itu bingung, bukankah ia sudah memberitahu suaminya bahwa ia akan menyelesaikan pemotretan hari ini. Ia menatap wajah Sehun. "Sean-ssi." Ujarnya pelan.

Sean- yang semula melangkahkan kakinya menaiki tangga, seketika langkahnya terhenti tepat di anak tangga pertama. Ia membalikkan tubuhnya menatap Crystal, menunggu apa yang akan istrinya katakana.

"Bukankah, aku sudah memberitahumu. Apa kau lupa?" tanya Crystal. Crystal memandang lurus kearah Sean.

"Akhh- Sean menggaruk kepalanya- benarkah? Eumh kau benar, mungkin aku lupa."

"S-sulli. Bukankah dia kekasihmu." Ujarnya tiba-tiba

"Wae..." ujar Sean menatap Crystal, tepat di kedua mata nya. "Wae?" Tanyanya sekali lagi, karena ia yakin ini bukanlah sebuah pertanyaan tapi pernyataan.

Crystal balik meanatap bola mata hitam Sean. "Jangan pernah menghawatirkanku dan jangan pernah menyentuhku lagi- Crystal menarik nafasnya sejenak- karena semuanya akan sulit Sean." ujarnya dingin.

An unfulfilled heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang