15 •Perpustakaan•

17 0 0
                                    

[06:00]

Setelah Bia selesai merapihkan seragam yang sudah ia kenakan dan merapihkan buku-buku pelajaran yang akan ia bawa ke sekolah, kini Bia melangkahkan kakinya untuk ke dapur dan sarapan bersama keluarganya.

Tapi Bia berubah pikiran ketika ia melihat kamar Kana. Dan akhirnya Bia melangkahkan kakinya untuk mendekat ke kamar Kana.

"Aa ! A Kana." teriak Bia dengan mengetukkan jari-jarinya di pintu kamar Kana.

Kana membuka pintu kamarnya. "Pagi dede cantik." dengan mencium kening Bia. "Tumben ke kamar A."
Lanjutnya.

Bia merengutkan sedikit wajahnya. "A dari semalem kemana aja ? Udah ninggalin Bia gitu aja di lapangan basket. Kesel Bia sama A." ujar Bia.

Kana menggaruk kecil kepalanya. "Maafin Aa ya de. Semalem A nyariin kamu tau. A ke kamar kamu, eh tapi kamunya udah bocan."

Bia mengernyitkan alisnya. "Terus kenapa gak bangunin Bia ?"

"Gak ah. Kasian, kamu kan pasti kecapean abis dinner sama Rey." ledek Kana dengan senyum nakalnya.

"Ihhh A terus aja deh ngeledekin Bia. Tau ah. Bodoamat Bia mau marah sama Aa." ujar Bia dengan membelakangi Kana dan melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga.

Kana menutup pintu kamarnya dan berusaha mengejar Bia. "Dasar aneh. Marah sih bilang-bilang wkwk." gerutu Kana. "Deee tungguin A sih." lanjut Kana.

Bia tidak menghiraukan Kana dan tetap melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga.

Kini Bia sudah berada di dapur dan mendapati Papah dan Bundanya di meja makan.

"Papah, Bunda." teriak Bia dengan mengampiri Adira dan Hafidz.

Adira mengernyitkan alisnya. "Kenapa dek pagi-pagi udah teriak-teriak aja" ucap Adira dengan menuangkan air putih ke gelas Hafidz.

"Itu loh Bun, Aa bikin kesel Bia mulu. Capek Bia sama A." ngeluh Bia dengan menarik salah satu kursi  diantar meja makan di sebalah kanan Hafidz.

Hafidz hanya tertawa melihat wajah Bia.

"Cepet amat sih de jalannya." ucap Kana yang kini berada di dapur dengan nada yang terengah-engah.

"A, Aa ngapain bidadari papah ?" tanya Hafidz.

"Hem. Gak A apa-apain pah beneran deh." dengan menunjukan huruf V dari jarinya.

"Boong banget A pah. Masa Bia di tinggal di lapangan basket sama A." celetuk Bia.

Adira memasang wajah penuh tanda tanya dengan melihat Kana. "Itu bener A apa yang Bia bilang ?."

Kana menganggukan kepalanya. "Tapikan Bun, A udah nyuruh Kis buat nganterin Bia pulang."

"Memangnya kamu kemana sampai tidak pulang bareng sama Bia ?" kali ini hafidz yang melontarkan pertanyaan.

"Gini loh Pah, Bun. Kemaren itukan A ngajak Bia buat nemenin Aa main basket. Nah tiba-tiba Isal dapet telpon dari orang terus bilang kalo Deni kecelakaan. Akhirnya Isal sama Aa panik yaudah langsung buru-buru nyamperin Deni dan Bia, A titipin ke Kis." jelas Kana sambil mengoleskan selai Pada rotinya.

Hafidz menganggukan kepalanya dengan memasukan potongan roti ke dalam mulutnya.

Bia hanya merengutkan wajahnya sambil menutup telinga dengan jarinya mendengar penjelasan Kana.

"Ya ampun kok bisa Deni kecelakaan ? Terus Kis itu siapa ? Bunda kok baru denger nama dia." nyaut Adira.

"Entah Bun, A juga belom tau pastinya. A belom nanya kronologisnya ke Deni." dengan mengunyah potongan roti miliknya. "Kis itu temen A main basket di lapangan, Bun."

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang