9

4.7K 1K 54
                                    

Apa cerita ini harus di private ya biar ga banyak siders? (•̅_•̅ )


















Hari Sabtu ini sungguh membuatku malas untuk turun ke bawah, lalu keluar rumah, berjalan sedikit ke arah kiri demi mengantar makanan yang masih hangat di tanganku.

Karena sudah terjerumus rasa malas, aku memutuskan untuk pergi ke balkon tetanggaku.

Setelah beberapa kali aku mengetuk pintu, keluarlah Minhyun dengan rambut berantakan dengan wajahnya yang ditekuk.

Ciri khas wajah orang yang baru bangun tidur.

Tapi dia terlihat sungguh, sangat, amat tampan.

"Bisa tidak sih, kamu tidak menggangguku sehari saja?"

"Memangnya aku ke sini untuk menemuimu?"

Ia terlihat salah tingkah kemudian mengangkat alisnya sebelah.

"Dimana kamar Woojin?" tanyaku.

"Pojok kiri." jawabnya sambil kembali berbaring.

Oh ayolah, ini sudah jam 1 siang tapi dia masih saja tidur.

Aku melangkahkan kakiku ke kamar Woojin sesuai petunjuk.

Setelah mengetuk, Woojin keluar dengan tampang tidak jauh berbeda dengan Minhyun, hanya saja wajahnya tidak ditekuk.

"Ada apa Mina?" ucapnya sambil mengucek matanya.

"Ini," aku mengangkat tempat makan yang sedari tadi aku pegang, "Sesuai dengan janjiku."













Sekarang kami bertiga—termasuk Minhyun—sedang menikmati makan siang buatanku.

Minhyun terlihat ogah menyentuh makananku. Padahal kata Woojin ia sangat menyukainya.


"Kalian baru bangun tidur? Ini kan sudah setengah dua siang."

Minhyun menatapku tidak suka, "Itu bukan urusan—"

Woojin menutup mulut Minhyun, "Semalam kami bermain game. Anak laki-laki kan suka lupa waktu saat main game."

"Iya juga ya. Ngomong-ngomong Woojin, kamu tidak sekolah?"

Minhyun terlihat ingin menjawabku.

Namun Woojin kembali menutup mulut kakaknya itu, "Kak, kalau lagi makan jangan bicara dong. Nasinya muncrat kemana-mana."

Aku tidak bisa menahan tawaku saat melihat wajah Minhyun memerah karena ucapan Woojin.

"Begini Mina, aku sudah lulus SMA tapi aku tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, aku mau membantu mengurus toko orangtuanya Minhyun di sini."

Minhyun melepaskan tangan Woojin dari mulutnya dan berkata,
"Baik nona Park, dengarkan aku."

"Terimakasih atas makanannya, sekarang pulang ya ke rumahmu?" pintanya dengan lembut.



Aku sampai terkejut karena nada bicaranya yang tidak biasa.






"Kenapa?"










"Karena aku tidak ingin melihatmu di sini."









Kenapa ya tanganku ingin sekali melempar bangku ke wajah tampannya itu?








🌸🌸🌸

to be continued

bites - minhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang