32

3.2K 462 72
                                    

Aku membuka mataku, nafasku berantakan.

Rasanya aku sangat lelah, seperti habis bermimpi buruk terus menerus.

Aku melihat ke sekeliling, langit sudah gelap.

Bantal–guling ada pada tempatnya, poster yang tadinya hampir copot sudah tertempel kembali, buku serta kertas ulangan yang ku ingat tergeletak berserakan sekarang sudah tersusun rapi di rak.

Aku mengernyitkan keningku. Sejak kapan kamarku jadi bersih dan tertata rapi begini?

Belum puas aku mengamati setiap sudut kamarku, atensiku teralihkan oleh pintu yang dibuka seseorang.

"Mina," ibu mendatangiku.

Aku pikir ibu mau menyambutku dengan pelukan hangat, nyatanya ibu malah memukul lenganku cukup kuat,
"Akhirnya kamu bangun juga! Kamu betulan mau menjadi beruang lalu berhibernasi ya?"

"Aduh!" rintihku, "Memangnya sudah berapa lama aku tertidur?" tanyaku sembari mengusap lenganku yang memerah.

"Dua minggu! Selama dua minggu itu mom sangat khawatir, untung saja ada calon menantu menenangkan mom."

"Huh? Bagaimana aku bisa tertidur begitu lama? Lalu, calon menantu? Ibu mau menjodohkanku dengan siapa lagi?" tanyaku bertubi-tubi.

"Soal itu, biar calon menantu yang jelaskan. Walau terlihat dingin, ternyata dia baik juga, ya. Selama kamu tertidur, dia menunggumu terus menerus, bahkan dia membereskan kamarmu yang super berantakan ini."

"Siapa yang mom maksud?"

"Mom tidak bisa menjelaskannya secara detail. Sebenarnya mom sendiri tidak bisa menerimanya." ujar ibu sambil memelukku erat.

"Mom akan belajar menerimanya, karena ini satu-satunya jalan terbaik, dari pada harus kehilanganmu." lanjutnya.

Belum sempat aku tersadar dari semua kebingungan ini, seseorang dengan wangi yang aku kenal berjalan dari belakangku.

"Oh, itu dia, sudah datang rupanya menantuku." sambut ibu kelewat girang yang dibalas dengan kerlingan mata olehku, "Mom tinggal dulu, ya."

Aku tidak mengerti kenapa ibuku, yang genit ini, mengedipkan mata, seolah mengirim sinyal untuk anaknya ini.

Aku menoleh, manikku menangkap Minhyun yang terlihat sangat lelah. Lingkaran bawah matanya tertampang jelas walaupun hal tersebut sama sekali tidak mengurangi ketampanannya.

"Sudah lama ya, Mina?"

Melihat aku yang hanya terngaga, tak kunjung merespon, ia kembali membuka mulutnya, "Kamu lupa aku siapa?"

"Tidak, bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu."

Mana mungkin aku melupakan pria tampan sepertinya. Big mistake.

Ia tertawa kecil lalu mengaitkan jemariku pada miliknya perlahan, "Apa kamu baik-baik saja?"

"Ya, aku tidak apa-apa, aku hanya bingung karena perkataan ibu, apa maksudnya aku tertidur selama itu?" aku mengerucutkan bibirku, "Tadi aku juga bermimpi buruk sebelum bangun."

bites - minhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang