21

3.6K 683 56
                                    

❤️ Happy 19k! Jangan lupa vote + comment nya ya! ❤️








Aku pulang sekolah dengan semangat ditemani sejumlah kantung plastik di tanganku.

Senang sekali rasanya ke sekolah setelah bangun dengan sambutan sticky notes dari Minhyun.

Tepat di depan pagar, aku menekan bel berkali-kali yang membuat Woojin keluar dengan muka bantalnya.

Ia tersenyum saat menyuruhku untuk masuk.

Tanpa diduga, Woojin memelukku dengan erat.

"Sebentar ya Mina, rasanya aku kangen banget sama kamu."

Aku tertawa dan balas memeluknya,
"Makanya jangan tidur saja, main ke rumahku juga."

"Haha, ayo, masuk. Kamu bawa apa? Sini, biar aku saja yang bawa."

"Oh, ini bahan makanan, aku akan memasaknya untuk kalian."

"Tumben sekali, ada apa?"

"Kak Irene yang memintaku, katanya kasihan kalau kalian memesan junk food terus."

Aku berjalan ke dapur dan mulai menyiapkan makanan.

"Ngomong-ngomong, Woojin, Minhyun dimana?"

"Yang jelas bukan di mana kamu dapat melihatku."

Tentu saja itu bukan Woojin yang menjawab.

Minhyun menghampiriku yang sedang tercengang melihatnya memakai kaos putih polos ditambah rambutnya yang berantakan.

"Jangan melamun,"
Minhyun menjentikkan jarinya yang membuat aku langsung tersadar,
"Apa tujuanmu ke sini?"

"Aku? Untuk memasak makan siang, memangnya kamu tidak lapar?"

"Tsk," ia menarik tanganku agar menjauh dari dapur, "Sana pulang, aku bisa membeli makan sendiri."

"Percayalah, aku akan diam total saat memasak. Aku tidak akan membuat keributan yang mengganggumu." mohonku.

"Bukan itu, aku menyuruhmu pulang bukan karena kamu berisik."

"Lalu apa? Kamu tidak ingin melihatku di sini? Aku sudah muak dengan kata-katamu itu."

"Kalau kamu sudah muak mendengarnya, aku harap kamu juga muak untuk datang ke sini, menemuiku." jawabnya dengan nada ketus.

Spontan, aku melepas genggamannya dengan kasar,
"Kamu sungguh membingungkan, di satu hari kamu akan baik padaku dan di lain hari kamu malah seperti ini."

"Itu karena kamu—"

"Karena apa? Aku mengganggu hidupmu, membuatmu kesusahan, berisik, dan menyebalkan?"

Minhyun terdiam sebelum menjawab,
"Iya, sejak kedatanganmu, aku merasa sangat terbebani. Aku rasa, kamu tidak perlu repot-repot berbuat baik, karena aku tidak membutuhkan kehadiranmu."

Oh, great, kalimat terpanjang yang pernah Minhyun ucapkan adalah kalimat yang bahkan tidak ingin aku dengar.

"Apa kamu pernah memikirkan perasaanku hanya untuk sekali saja?"

Aku ingin merutuki diri sendiri ketika kata itu terlontar dari mulutku.

"Tidak. Ada lagi yang ini kamu katakan?" tanyanya dengan dingin.

Kenapa rasanya aku ingin menangis, ya?

"Apa kamu tau kenapa aku melakukan semua ini walau kamu selalu mengusir dan melarangku?"

"Pasti bukan karena alasan yang penting."

"Bagiku, itu penting!" Suaraku mulai meninggi, "Aku melakukannya karena hal konyol bahwa aku menyukaimu!"

"Sayangnya, Nona Park,
tidak ada yang memintamu untuk menyukai diriku. Aku sudah memperingatkannya."

"Kalau itu maumu, baik, aku akan menjauh."

Aku mati-matian menahan air mataku agar tidak jatuh dihadapannya.

"Aku akan menjauh darimu, aku lelah dengan perasaan ini. Kamu selalu menumbuhkan bunga di hatiku dan menginjaknya saat bunga-bunga itu akan tumbuh."

Woojin yang sedaritadi diam langsung menghampiri dan menarikku menjauh dari Minhyun.

Aku membalikkan badan sebelum benar-benar meninggalkan rumah ini.








"Semoga kamu bahagia, tanpa adanya diriku yang selalu menggangggumu."




🌸🌸🌸

to be continued

Nahluh nahluh, cem mana ini
jadinya (•́•̀ )

Udah semester dua, makin sibuk, maaf ya telat update :')

Ini kira-kira gambaran Woojin kalau jadi Dilan KWKWK

Ini kira-kira gambaran Woojin kalau jadi Dilan KWKWK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
bites - minhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang