20

4K 756 111
                                    

Ayo vote sama komennya biar aku makin semangat menjalani hidup penuh tugas, ga deng, semangat update bites maksudnya.










Aku berguling-guling di atas kasurku, mencari posisi yang nyaman untuk memejamkan mata.

Sedari tadi aku berusaha untuk tidur, tapi pikiranku masih belum mau beristirahat dari bayang-bayang Minhyun yang menarik lenganku.

Rasanya aku mau gila, sungguh.

Seperti ingin berteriak dengan bebas di lapangan luas.

Namun apa boleh buat, aku hanya bisa berteriak dan menahannya dengan bantal agar tidak ada yang berinisiatif untuk membawaku ke rumah sakit jiwa karena berteriak histeris.

Wajahku terasa semakin memanas saat mengingat wajah Minhyun yang berubah menjadi merah saat Woojin menuduhnya cemburu.

Apa dia beneran cemburu, atau hanya salah tingkah? Atau ia hanya menahan malu?

Aku tidak yakin apa perasaannya tadi yang pasti—

Oh, aku baru ingat, aku belum mengerjakan PR sejarah.

Guruku mungkin senang menyiksa murid, ia memberikan tugas untuk menulis perkembangan negara Jepang dari merdeka sampai menjadi negara maju.

"Bagaimana bisa aku mengerjakan soal ini, jelas-jelas aku belum lahir pada tahun itu."

Aku menghela nafas,
"Internet putus, kuota juga habis, mau dari mana aku mencari jawaban?"

Tok
Tok

Jantungku nyaris copot ketika menemukan sebuah bayangan hitam yang berdiri di depan pintu balkon.

Sekarang sudah malam dan hujan, mungkinkah itu malaikat maut yang dikirim untuk menjemputku?

"Heh, Mina. Buka pintunya."
ujarnya dari luar.

Apa aku sedang berhalusinasi ya?

Kenapa suara malaikat maut itu mirip Minhyun?

Seolah menjawab pemikiranku, orang tersebut kembali berkata,
"Mina, ini aku, Minhyun. Bukan pencuri, cepat buka pintunya."

"Huh, kamu bikin aku parno saja. Ada apa ke sini?
Kamu kangen sama aku?"
jawabku setelah membiarkan Minhyun yang sedikit basah karena terkena air hujan di luar untuk masuk.

"Aku hanya ingin bilang, jangan berteriak, jangan menggerutu, dan jangan mendesah. Kamu sangat berisik."

Aku mengernyitkan dahiku,
"Pertama, dari mana kamu bisa mendengar semua itu?"

Minhyun menarik kedua pipiku,
"Itu karena suaramu sangat keras, orang lain juga bisa mendengarnya."

"Oke, kedua, aku tidak mendesah!"
sangkalku.

"Terdengar seperti mendesah bagiku. Lupakanlah, kenapa kamu berisik begini?"

"Aku tidak bisa mengerjakan PR sejarah. Kamu mau bantu aku?"
tanyaku dengan nada memohon sambil menyodorkan laptop.

Minhyun menarik kursi yang berada di sebelah tempat tidur lalu mengambil alih tugasku,
"Ini mudah."

Ia mulai mengetik dengan lancar tanpa ada hambatan sama sekali.

"Kamu hafal semua sejarah Jepang?"

Minhyun mengangguk, masih sambil fokus pada layar.

"Bagaimana kamu bisa hafal? Kamu menelan ensiklopedia, ya? Atau, jangan-jangan..."
aku sengaja menggantungkan perkataanku.

"Kamu tau karena kamu pernah hidup di jaman itu?" lanjutku.

Ia tidak menjawab, namun tangannya terulur untuk menyentil dahiku,
"Aku rasa otakmu tidak pernah beres."

"Iya, memang tidak pernah."

Tidak ada lagi yang berbicara setelah itu, aku hanya memerhatikan Minhyun sampai tanpa sadar aku terlelap.

Aku kembali membuka mataku saat matahari sudah bersinar dengan selimut yang menutupiku.

Seingatku, aku tidak memakai selimut tadi malam.

Aku berhenti berpikir saat menyadari ada sesuatu yang menempel di keningku.

Dengan mata yang masih setengah terpejam, aku mengambil sticky notes yang tertempel dan membaca tulisan di sana.










"Jangan mimpi buruk lagi, kamu sungguh berisik saat mengigau. "






🌸🌸🌸

to be continued

Halo halo!!!!
Maaf ya baru update, tugas sekolah banyak banget nih (ಥ﹏ಥ)

Sebagai gantinya, aku bikin part yang lebih panjang dari biasanya ( cuma sedikit lebih panjang sih)

Pokoknya jangan lupa vote + comment ya!

Pokoknya jangan lupa vote + comment ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

salam,
Hwang (kurang ajar) Minhyun.

bites - minhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang