Christ

17.7K 1.2K 21
                                    

"Hai kakak sepupu, apa kau sibuk?"

"Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu. Disini aku adalah bosmu." Ujarku pada manusia dihadapanku.

Sudah kubilang bukan. Hariku akan berantakan dengan kehadiran manusia seperti arlion.

"Hehe maafkan aku kakak sepupu. Ini berkas-berkas yang harus kau tanda tangani." Kata lion menyerahkan sebuah kertas yang berada digenggamannya padaku.

"Mmmh kak, apa kau kenal dengan karyawan yang bernama rey?" Fokusku teralihkan pada ucapan lion.

"Rey?"

"Iya rey, yang tadi habis dari ruangan kakak." Katanya lagi.

"Ahhh bocah mungil yang berkulit pucat yang dari sini itu? Jadi namanya rey.."

"Ya ampun kenapa kau tidak tau namanya, padahal kau tadi bertemu dengannya."

"Memang kenapa kau menanyakan dia.?"

"Dia terlihat seperti temanku. Wajahnya begitu sama."

"Temanmu? Siapa?" Tanyaku lagi penasaran.

"Miky"

"Miky? Temanmu yang sudah meninggal itu?" Tanyaku menatap lekat arlion.

Dan dia hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban iya.

"Arlion dengarkan aku, tak ada manusia yang sudah meninggal hidup kembali."

"Aku tidak bilang miky hidup lagi kakak sepupu, aku hanya bilang bertemu dengan orang yang mirip dengan miky." Ujarnya mempoutkan bibirnya lucu.

Arlion memang tampan tapi dengan kepribadiannya yang sangat childish menjadikan dia sebagai bottom dalam hubungan sesama jenis. Darimana aku tau?

Karna setiap dia memiliki kekasih, arlion akan bercerita semua tentang kekasihnya padaku yang notabenenya berjenis sama dengan arlion. Arlion tipikal lelaki yang cerewet. Pantas jika dia menjadi bottom dalam hubungannya.

Sedangkan aku?

Aku straight. Di swiss aku bukan orang yang berdiam diri dirumah. Aku akan ke club malam bertemu kawan-kawan dan berakhir one night stand dengan para wanita virgin. Aku tidak akan tidur dengan sembarang wanita, aku masih menyayangi kejantananku.

Selama bersekolah di swiss wanita datang dengan sendirinya menemuiku, tapi aku tak menghiraukannya. Jika aku mau aku akan terima ajakannya. Jika bosan aku akan meninggalkannya. Brengsek memang. Tapi aku tak perduli.

"Banyak orang yang mirip didunia ini arlion. Berhentilah membicarakan hal yang tidak penting."

"Baiklah, tak ada gunanya juga aku bercerita padamu."

"Bukan begitu arli, aku hanya tidak ingin kau selalu mengingat orang yang sudah tiada. Aku takut kau akan depresi seperti dulu lagi karna kau tidak menerima kematian sahabatmu itu." Katakuku menjelaskan maksudku.

"Miky sahabat ku dari kecil kak, wajar aku tak terima dengan kematiannya" arlion berucap sedih mengingat sahabatnya.

Aku memang tidak terlalu mengenal sahabat arlion dengan baik. Mesky miky sering berkunjung tapi aku tak pernah bergabung dengan mereka. Karna aku mengurusi urusanku sendiri.

Ketika miky menghembuskan nafas terakhirnya karna penyakit yang dideritanya lion twins begitu terpukul mengetahui sahabatnya meninggal. Terutama arlion. Tapi meski begitu erlion juga sangat kehilangan miky. Namun erlion lebih dewasa dari adiknya. Erlion tak ingin ikut jatuh dalam keterpurukan. Jika dia terpuruk, siapa yang akan menenangkan saudara kembarnya kalau bukan dirinya, begitu pikirnya.

Arlion menangis dan berteriak histeris memanggil nama miky waktu itu. Bahkan dia sampai pingsan dihadapan jasad miky.

Sepeninggal miky, arlion menjadi sosok pendiam, masih dengan kesedihannya dia sering menangisi miky. Sampai terkadang arlion berbicara sendiri seolah dihadapannya sedang bersama miky. Hal itu membuat keluargnya merasa khawatir, demikian dengan erlion. Mengetahui adiknya seperti itu, erlion berusaha keras menyembuhkan keterpurukan arlion.

Jika aku mengingat itu, rasanya sosok miky begitu besar bagi lion twins. Sehingga aku tak akan membicarakan tentang miky lebih lanjut dihadapan mereka.

"Aku mengerti arlion. Aku hanya tak ingin kau mengalami hal yang sama. Apa kau nanti mau makan siang bersamaku?" Tanyaku sembari memberikan dokumen yang sudah aku tanda tangani sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

"Tentu saja aku harus makan siang bersamamu. Aku akan datang lagi kesini. Terimakasih kakak christ." Ujarnya tersenyum manis padaku dan berbalik meninggalkan ruangan kerjaku.

Begitulah arlion, dia memang terkadang membuatku repot. Tapi dia juga yang membuat sisi lembutku terlihat.

**

Masih menatap deretan gedung-gedung besar yang menjulang tinggi seakan menantang langit, lewat jendela kaca diruangan kerjaku.

Setelah kepergian arlion tadi, aku beranjak dari tempat dudukku. Dan sekarang disinilah aku. Berdiri menatap keluar jendela kaca.

Rey..

Bocah mungil yang ceroboh.
Aku sudah tidak sabar untuk bermain dengannya.
Tunggu pembalasanku. Batinku menyeringai.

"Kak christ?"

"Astaga." Aku terlonjak kaget dari lamunanku.

"Aku memanggil nama kakak berulang kali tapi tidak ada sahutan sama sekali"

"Sedang memikirkan apa hm?" Tanya arlion orang yang ternyata membuatku terlonjak kaget.

"Ahh tidak. Kenapa kau disini?"

"Astaga kakak sepupu apa kau tidak lapar? Ini sudah waktunya makan siang. Dan kau berjanji mengajakku makan siang bersama" Katanya sedikit berteriak— sebenarnya tidak, hanya saja suaranya yang keras dan cempreng.

Aku sibuk memikirkan rencana untuk besok menjaili bocah mungil itu, sampi aku lupa kalau sudah waktunya makan siang.

"Baiklah, kau mau makan dimana?" Tanyaku.

"Karna ini hari pertama, aku ingin dikafetaria kantor saja kak." Pinta arlion.

Sebenarnya bukan masalah bagiku kalau makan di manapun. Tapi kalau dikantin aku agak risih, karna jam makan siang begini, pasti banyak karyawan yang berlalu lalang dikantin.

Ingat... aku benci berisik.

Tapi kalau sudah berurusan dengan arlion, apapun harus dituruti. Jadilah aku menyetujui keinginannya.

"Yasudah, ayo." Aku berjalan mendahului.

Aku tak akan tersesat di kantor ini. Jangan kira aku baru pertama memimpin perusahaan terus aku harus bertanya pada karyawan. No— itu tidak berlaku untukku.

Sebelumnya aku sudah pernah kesini dulu dengan chesy waktu masih sekolah junior high school.

Kulihat sampai sekarang belum banyak yang berubah. Masih sama.

Sudah kubilang banyak orang yang berlalu lalang di area kantor. Jelas saja, ini jam istirahat. Dan tak jarang pula banyak karyawan yang menatap minat diriku. Hal itu sudah biasa bagiku. Aku memang sudah tampan sejak lahir.

Sesampainya di kantin, arlion kusuruh masuk ke dalam  memesan makanan dan mencari meja kosong. You know me. I'm the big boss. Tidak mungkin mencari meja kosong. Hal yang memalukan.

Arlion menarik tanganku untuk mengikutinya. Aku sudah tau pasti dia sudah menemukan meja kosong.

Tapi nyatanya..

"Rey"

Dia memanggil nama bocah mungil berkulit pucat itu. Bahkan arlion dengan seenaknya bergabung bersamanya. Imageku bakalan rusak setelah ini. Dan itu karna arlion.

Aku menatap lekat rey, tapi dia mengabaikanku. Apa dia pikir dia pemilik perusahaan ini? Didepannya berdiri bos besarnya, tapi dia begitu sombong mengabaikanku.

Lihat saja kau bocah, pastikan besok kau selamat.

***

15/10/17
◎차

Love Big Boss [Manxboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang