Tidakkah aku benar-benar bodoh ?
Seharusnya dari awal aku memang sudah melupakan christian. Kenapa aku begitu mudah luluh pada perlakuan christian, sehingga aku terluka untuk kedua kalinya.
Sekarang chesy hadir diantara hubungan kami, dan mengatakan bahwa dia tengah mengandung anak christian. Tidak bolehlah Tuhan mengizinkanku bahagia ?
Aku menangis, melampiaskan segala luka diatap gedung ini. Sendirian. Hanya ditemani semilir angin yang mengusap air mataku tanpa sisa."Rey anakku" mendengar suara berat seorang laki-laki paruh baya, membuatku menoleh kebelakang.
"Dad-dy" lirihku, yang mungkin hanya diriku sendiri yang mendengar. Laki-laki paruh baya itu adalah daddy tommy. Beliau berjalan mendekat kearahku. Dengan tanpa aba-aba darinya, tiba-tiba saja beliau memelukku sayang. Mengetahui keadaanku yang tengah kacau, mulutnya tak henti menggumamkan kalimat-kalimat penenang untukku.
"Menangislah anakku, menangislah untuk membuatmu kuat."
"Bersabarlah sedikit anakku"
Dengan begitu aku kembali menangis dipelukan daddy tommy. Mengeluarkan segala emosi dan kesedihan yang saat ini kurasakan. Sekelebat perlakuan manis christian melintas dibenakku, namun sesaat tergantikan dengan penuturan chesy barusan. Membuatku merasakan luka itu kembali yang teramat sakit.
Beberapa menit terlewati, isakanku tak sehisteris tadi. Kini air mataku sudah berhenti mengalir. Hanya meninggalkan bekasnya saja. Mataku terlihat sembab, dan wajahku begitu terlihat lelah memikirkan kejadian barusan. Bahkan mungkin hatiku juga ikut merasakan hal yang sama.
"Kenapa daddy tau aku disini?" Aku bertanya lemah pada daddy tommy disebelahku.
"Setelah kepergianmu tadi, daddy bertanya pada karyawan lain yang melihatmu naik keatas sini" jawabnya lembut. Berbeda sekali waktu tadi tengah memarahi christian. Aku sempat ketakutan pada daddy tommy saat beliau menampar pipi christian. Tapi setelah itu aku tau mengapa beliau bersikap seperti itu.
Setelah memberi jawaban tersebut, aku kembali terdiam. Memilih bungkam atau memang tak sanggup berbicara, akupun tak tau.
Hingga suara daddy kembali terdengar ditelingaku."Apa kau mencintai christian?" Mendengar pertanyaan daddy yang seperti itu membuatku reflek menoleh kearahnya. Menatap wajahnya dan memberikan sebuah senyuman tipis yang terpatri dibibirku.
"Aku mencintainya dad, aku sangat mencintai christian. Tapi aku akan mencoba melupakannya karna seorang anak akan membutuhkan kehadirannya" jawabku dengan tulus. Entahlah setelah pengakuan dari chesy tentang kehamilannya. Aku merasa menjadi seorang pria yang egois bila masih mengharapkan christian. Mengingat aku pernah berkunjung kerumah dan tidak mendapatkan sambutan dari daddy, aku tidak ingin anak didalam kandungan chesy tidak mempunyai seorang ayah.
"Benarkah begitu?" Daddy bertanya memastikan. Dan aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.
Ya. Kurasa aku harus benar-benar harus melupakan perasaan konyol ini terhadap christian. Kupastikan aku akan bahagia meski tidak bersana christian.
"Apa kau ingin berlibur kesuatu tempat dinegara lain?" Tiba-tiba saja daddy menawarkan acara berlibur padaku. Membuatku terkekeh pelan mendengarnya.
"Tidakkah itu artinya daddy mengasingkanku?" Aku berujar seolah merajuk pada daddy.
"Oh ayolah anakku, aku hanya ingin kau bisa melupakan christian yang bodoh itu. Beraninya dia melukai putra kecilku ini" ujar daddy yang kutahu beliau mencoba menghiburku.
"Dia anakmu jika kau lupa dad" celetukku.
Dan kami tertawa bersama mendapati kegilaan kami. Dalam hati aku bersyukur, disaat aku meninggalkan rumah, dan tidak memiliki keluarga untuk sekedar bercerita tentang keluh kesahku menjalani hidup. Tuhan berbaik hati mengirimkan seorang malaikat seperti daddy tommy. Beliau selalu ada disaat aku membutuhkan sandaran. Setidaknya lukaku sedikit terlupakan dengan kehadirannya. Walaupun aku sempat menyalahkan Tuhan atas segala musibah yang kualami, tapi aku segera mengenyahkannya. Kuyakini pada hatiku mulai sekarang bahwa Tuhan sangat mencintaiku. Dia hanya sedang mengujiku menuju kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Big Boss [Manxboy]
RandomApakah ini hanya sebuah mimpi? Rasanya baru kemarin aku menyumpah serapahi bos besarku. Mengumpat dengan kasar sikap tak tau dirinya padaku. Tapi sekarang dia dihadapanku, menatapku dengan lembut penuh kasih sayang. Memancarkan begitu dalam rasa cin...