Keheningan melanda kami berdua setelah keluar dari restaurant tempat tadi bertemu dangan chesy .
Rey menjadi sangat pendiam tak mengeluarkan satu katapun walau sudah berada didalam mobil.
Memecah keheningan yang terjadi, aku mulai membuka suara.
"Apa yang tengah kau pikirkan?" Aku bertanya namun tidak mengalihkan fokusku dari jalanan.
Dilihat dari ekor mataku, rey menoleh ke arahku.
"Kenapa hubungan sesama jenis selalu ditentang, bagaimana pendapatmu christian?" Mendengar pertanyaan dari rey membuatku terkekeh pelan menjawab pertanyaan itu.
"Kkk Apa kau menyukaiku? Kau mau menjadi kekasih sungguhanku? Aku tak mengapa asal itu kau." Kataku sedikit menggoda rey. Entahlah aku pun tak mengerti kenapa aku berkata seperti barusan. Hanya saja apa yang kuucapkan bahwa aku sudah nyaman dengan rey itu memang benar adanya.
Apa mungkin justru aku yang menyukai bocah itu?
Tidak, benar yang dikatakan chesy, rey adalah laki-laki. Dan aku masihlah laki-laki normal yang menyukai dua oppai besar.
"Ge-er sekali kau, aku hanya bertanya. Sebenarnya aku memang gay"
Ciittttttttt—
Aku mengerem mobil secara mendadak mendengar penuturan rey. Beruntung jalanan tidak terlalu ramai oleh kendaraan. Walaupun membuatnya terdorong kedepan secara kasar.
"Yaaa christian, oh God. Kau ingin membunuhku" rancaunya kesal padaku, mengumpatiku seperti biasanya namun tak kuhiraukan. Aku justru malah bertanya padanya.
"Jadi kau benar menyukaiku?" Aku berujar menolehkan kepalaku pada sosok rey disampingku.
"Ck astaga, meskipun aku gay, tapi aku tidak mungkin menyukai sembarangan orang. Karna belum tentu yang kusukai adalah laki-laki gay sepertiku juga." Rey berujar dengan mengalihkan pandangannya kedepan jalan tidak menatapku.
"Ingin ku ceritakan sesuatu? Aku punya masa lalu yang pilu tentang percintaanku." Katanya lirih diakhir kalimatnya, menerawang jauh masa lalunya, dia mulai menceritakan hal itu padaku. Yang anehnya aku mau mendengarkannya. Bukan tipe seorang christian sama sekali. Sudah kubilang bukan, aku sudah merasa nyaman bersama rey.
Setelah menyelesaikan ceritanya, hatiku terenyuh mengetahui perjuangan hidup yang rey jalani. Ragaku bertekad untuk menjaga dan melindungi bocah disebelahku ini. Memang awal bertemu rey aku berfikir dia adalah sosok yang ceria dan ceroboh juga bodoh. Tapi dibalik semua itu, jauh dari kata ceria, rey adalah sosok yang begitu rapuh.
Tanganku terulur mengelus pucuk kepala rey dengan pelan. Memberikan semangat yang terlontar begitu saja dari mulutku.
"Tuhan begitu mencintaimu, sehingga Dia banyak mengujimu. Mulai sekarang aku akan ada untukmu. Kau punya aku sekarang." ujarku lembut seperti bukan aku. Bahkan dengan arlionpun aku tak berkata selembut itu. Entahlah berhadapan dengan rey membuatku menjadi bukan diriki.
"Jangan lakukan itu. Aku bisa salah paham pada actingmu" melepas usapanku dari kepalanya rey berujar pelan memberikan seulas senyuman manis padaku.
Aku terkesiap atas senyumannya.
Kenapa dia tersenyum terlihat sangat manis sekali. Benar-benar menggemaskan. Ohh- apa yang tengah kupikirkan...Seperti sudah ketahuan tengah mencuri, aku berdeham menghilangkan rasa gugupku sebelum berujar.
"Ekhem ma-afkan aku" " baiklah kita pulang ke kantor sekarang." Finalku mengalihkan pandangan kedepan jalan dan memacu laju mobilku kembali.Sepanjang perjalanan, meski fokusku pada jalanan didepan, namun pikiranku masih memikirkan ucapan rey barusan.
Kenapa mencintai sesama jenis harus salah? Meski kenyataannya Tuhan sendiri yang memberi ku cinta itu.
Apa aku salah menginginkan seseorang yang membalas cintaku dengan tulus? Meski dia adalah seorang laki-laki..
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Big Boss [Manxboy]
RandomApakah ini hanya sebuah mimpi? Rasanya baru kemarin aku menyumpah serapahi bos besarku. Mengumpat dengan kasar sikap tak tau dirinya padaku. Tapi sekarang dia dihadapanku, menatapku dengan lembut penuh kasih sayang. Memancarkan begitu dalam rasa cin...