Jalan Malam

78 8 0
                                    

Kami sampai. Lalu, kami semua turun dan menuju ke kamar. Begitupun aku dan Zura. Semuanya kami lakukan dengan masih bergandengan.

Drina:(Tiduran)Aaah... Nyamannya...
Arisa:(Tiduran)Ya.

Shina:(Datang)
Niza:(Datang)
Drina:(Melihat)Kamu membeli itu?.
Shina:Kenapa pertanyaannya dari tadi sama semua?.
Drina:He?...
Niza:Ya. Tadi dia membelinya di toko tadi.
Drina:Ooo...
Arisa:Ternyata ada yang membeli benda semacam itu.
Drina:Tadi kamu melihatnya?.
Arisa:Tidak. Tadinya kupikir tidak akan ada yang membelinya.

Sampailah kami di kamar bersama Tiani dan Illyani. Setelah merapikannya, kami pun bersantai. Tiani berada di balkon, Illyani yang menonton TV, sementara aku dan Zura tiduran sambil mendengarkan musik.

Tidak seperti hari pertama aku di sini, kali ini, aku yang lebih banyak mengobrol dengan Zura. Aku juga merasa lebih dekat dengannya, entahlah. Aku memandang ke langit-langit kamar saat melamunkan hal itu. Dan Zura pun melakuan hal yang sama.

Tiani:Aelyana?. Kamu kenapa?.
Aelyana:Waaah... (Bangun)Tiani, ada apa?.
Zura:Dari tadi kamu melamun terus. Kamu tidak apa-apa?.
Aelyana:Aku tidak apa-apa, benar.
Illyani:Zura sempat mencemaskanmu, loh.
Aelyana:Benarkah?.
Zura:Um.

Mungkin aku terlalu memikirkannya. Setelah itu, kami membicarakan banyak hal. Mulai dari kegiatan tadi hingga lain-lain. Semuanya merasa senang, dan terkadang sampai tertawa.

Hari ini adalah hari terakhir kami semua di XXXXX. Besok pagi kami akan meninggalkan hotel ini dan pulang. Ah, sebelumnya ada beberapa tempat yang masih harus kami kunjungi di XXXXX. Jadi tidak pulang langsung.

Illyani:Kalau begitu aku mau keliling di sini dulu.
Zura:Eh, kenapa?.
Illyani:Habis tadi kamu bilang begitu. Ayo, Zur!.
Zura:Tapi, aku maunya sama Tiani.
Tiani:(Menggandeng tangan Illyani)Ayo Lya!. Aku juga mau jalan-jalan. (Menarik Illyani pergi)
Aelyana:...
Zura:...
Aelyana:Kamu mau juga?.
Zura:Ya.

Karena Zura juga mau jalan-jalan, aku menemaninya keluar. Kami menutup pintu kamar serta menguncinya. Setelah itu kami mulai menyusuri lorong keluar. Di sini sangat sepi dan gelap.

Niza:Kami mau keluar. Apa kalian tidak mau ikut?.
Arisa:Tidak. Kami di sini saja.
Shina:Baiklah kalau begitu. (Pergi)
Niza:(Pergi)

Drina:Padahal aku juga mau ikut.
Arisa:Maaf, ya. Tapi aku tidak mau.
Drina:Yah...
Arisa:Tapi, kita bisa tiduran di sini dengan bebas.
Drina:Kamu benar, Ris.
Arisa:...
Drina:...

Arisa:...
Drina:Aku mau mandi dulu. (Pergi)
Arisa:Ya.

Hari sudah malam, namun belum terlalu larut. Tetapi, kami sudah harus masuk ke kamar. Karena belum merasa mengantuk, kami putuskan untuk keluar dan melihat-lihat sekitar. Begitulah yang kupikirkan.

Dan ternyata benar, tidak hanya aku dan Zura, Aelyana serta Illyani, ada juga yang keluar dan melihat-lihat sekitar. Mungkin karena semuanya belum mengantuk. Aku ingin ke sana, tapi Zura mau ke arah lain. Jadinya, aku ikuti Zura.

Aku dan Zura menyusuri lorong-lorong yang ada di lantai ini. Ada yang gelap, tapi ada juga yang terang. Di sini sangat sunyi dan sepi hingga langkah kakiku bisa terdengar jelas. Sangat menenangkan bagiku, karena bisa di tempat seperti ini bersamanya.

Drina:(Datang)
Arisa:Kamu sudah mandinya?.
Drina:Sudah. (Duduk sebelah Arisa)Sekarang giliran kamu.
Arisa:Ini sudah malam. Aku juga tidak mau mandi.
Drina:Ayolah!.
Arisa:Tidak mau.
Drina:Arisa...
Arisa:Ya, ya. (Bersiap)
Drina:...

Setelah puas menyusuri lantai yang ini, Zura mengajakku menyusuri lantai yang lain. Dari tadi aku tidak melihat Tiani dan Illyani. Kemana mereka?. Nanti juga kembali.

Arisa:Selesai. Aku sudah mandi.
Drina:Berarti tinggal mereka saja, ya?!.
Arisa:Ya.

Akhirnya, kami sampai di halaman depan hotel. Huh, aku lelah sekali. Dibanding jalan-jalan, tadi lebih mirip patroli mengelilingi sekitar. Semua lorong ingin Zura lihat.

Tadi juga, saat dia ke lorong tempat orang yang dia suka, Zura merasa gugup. Tubuhhya gemetaran sampai tidak bisa berjalan lurus. Dia takut bertemu orangnya nantinya, yang pastinya tidak. Akhirnya, dia beranikan diri untuk melewatinya dan berhasil.

Angin di sini terasa sejuk, tapi tidak terlalu dingin. Hembusan anginnya yang pelan seolah memanjakan badan. Tepat di sini, aku bisa melihat kamar teman-temanku dengan jelas, meski hanya balkonnya. Dan aku juga baru tahu kalau di sini ada kolam berenangnya.

Berbicara soal teman, teman-temannya Zura memanggilnya saat kami melihat-lihat balkon dari halaman depan. Zura menyadarinya dan merespon balik teman-temannya. Kelihatannya, mereka ingin pergi bersama-sama.

Walau aku merasa keberatan, aku tidak bisa mencegah dia untuk pergi. Aku juga tidak mau dia kelihatan kecewa. Wajahnya senang sekali saat dia mulai dipanggil. Untuk itulah aku membiarkannya.

Lalu, aku melanjutkan untuk pergi menjelajah sendiri setelah Zura pergi bersama teman-temannya. Aku tidak begitu mengenal siapa mereka. Mungkin teman satu ekskulnya. Soalnya mereka tidak sekelas denganku.

---

Arisa:Di sini anginnya sejuk.
Drina:Ya.
Arisa:...
Drina:...
Arisa:...
Drina:Bzz...
Arisa:Kamu kenapa?.
Drina:Ga kenapa-kenapa. Kenapa?.
Arisa:Kamu terlihat kedinginan. Apa mau masuk saja?.
Drina:Tidak. Aku mau lihat bintang-bintang. (Melihat)
Arisa:(Melihat)

Drina:(Melihat)
Arisa:Tapi, di sini tidak terlalu kelihatan.
Drina:Biarin aja. Yang penting kamu di luar.
Arisa:Eh?.

Setelah Zura pergi, aku pergi berjalan sendiri. Aku keliling-keliling tempat ini. Tidak ke kamar-kamar seperti tadi, aku hanya melihat-lihat di luarnya. Lebih tepatnya, di area bawahnya saja.

Lobi di sini sangat luas, tapi tidak ada orangnya. Setelahnya, aku pergi keluar. Melewati tempat parkir, dan kembali melihat-lihat balkon kamar teman-temanku dari sini. Tentu saja, kamar yang lainnya juga kelihatan.

Ada yang ada orangnya di balkon, ada juga yang tidak. Mungkin saja keluar atau sudah tidur. Sepertinya ada orang di kamarku, atau bukan?. Aku coba mendekat untuk melihat.

Drina:Arisa.
Arisa:Ya.
Drina:Besok kita pulang, ya?!.
Arisa:Ya. Kenapa?.
Drina:(Menggelengkan kepala)Tidak apa-apa.
Arisa:Kamu kenapa?.
Drina:...

Arisa:...
Drina:Kita sudah melakukan banyak hal di sini.
Arisa:Apa misalnya?.
Drina:Bermain air, minum kopi, membeli oleh-oleh, dan lainnya.
Arisa:Ya.
Drina:Tidak semuanya, sih. Hampir.
Arisa:Hampir?.
Drina:(Menghadap Arisa)
Arisa:...

Drina:(Menutup mata)
Arisa:(Memerah)Eh...?... Apa maksudnya?.
Drina:(Membuka mata)Kamu tahu, kan?. 'Itu'. Apa kamu tidak mau?.
Arisa:Aku bukannya tidak mau. Tapi, kita...
Drina:(Menutup mata)
Arisa:(Memerah)Baiklah, aku mengerti. (Menutup mata)

Apaaa...???!!!... Mereka melakukannya. Di malam-malam seperti ini?. Di luar?.

Aku melihatnya, sampai selesai. Meski tidak terlalu jelas, kelihatannya terasa sangat lembut. Ditambah dengan ekspresi mereka yang seperti itu, membuatku semakin penasaran. Setelah mereka berpelukan, aku kembali lobi.

An Interest To Be Your Girlfriend 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang