Chapter 12 - Rindu {2}

12.7K 609 6
                                    

Doa adalah cara Allah untuk menjaga kita dengan orang yang kita sayangi, meski terpaut jarak jauh.

***

Sepertiga malam Nadhifa terbangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Kali ini ia akan shalat tahajud sendiri. Dengan segera Nadhifa mengambil air wudhu terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat tahajud.

Setelah itu, ia mengambil Al-Qur'an yang ia simpan di atas meja belajarnya. Lalu ia mulai membacanya sambil menunggu adzan subuh berkumandang.

Kemudian, setelah melakukan shalat subuh. Ia beranjak menuju lantai bawah untuk menemui sang Ibu yang sedang ada di dapur.

"Assalamualaikum, Ibu." salam Nadhifa sambil tersenyum.

"Wa'alaikumussalam, anak Ibu. Sudah shalat subuh?" tanya Sarah sembari memotong sayuran.

"Sudah, Bu. Ada yang bisa Nadhifa bantu?" tanya Nadhifa.

"Kamu lanjutin nih, potong sayuran nya. Ibu mau masak telur dulu." ujar Sarah sambil memberikan pisau kepada Nadhifa. Lalu Nadhifa langsung mulai memotong-motong 'kan sayuran.

"Faiz berapa lama di Surabaya, nak?" tanya Sarah disela-sela kegiatan memasak.

"Katanya sih satu minggu, Bu. Tapi satu minggu itu rasanya lama sekali ya, Bu."

"Sabar ya sayang. Suamimu 'kan kerja disana. Kamu berdoa aja agar disana suamimu baik-baik aja dan kerjaannya juga disana lancar dan cepat selesai."

"Iya, Bu. Nadhifa juga selalu berdoa yang terbaik untuk suami Dhifa disana." balas Nadhifa tersenyum.

"Ibu bahagia melihat kamu bahagia bersama Faiz, sayang. Kapan nih kasih Ibu cucu? Ibu sudah nggak sabar ingin dapat cucu nih dari kamu." tanya Sarah berniat menggoda anak perempuannya.

"Minta doanya ya, Bu. Semoga Dhifa dan Mas Faiz segera dikasih kepercayaan oleh Allah untuk memiliki seorang anak." jawab Nadhifa sambil tersenyum.

"Aamiin, sayang." balas Sarah sambil tersenyum.

Nadhifa mendekat ke samping Sarah lalu kepalanya ia sandarkan di bahu sang Ibu "Dhifa kangen Mas Faiz, Bu." ujar Nadhifa yang terdengar seperti rengekkan.

Sarah terkekeh melihat tingkah anak perempuannya yang manja seperti itu. "Telepon suamimu sana, kok bilang ke Ibu sih."

"Ya sudah deh, Dhifa ke kamar dulu ya, Bu." pamit Nadhifa.

"Iya, telepon suamimu ya. Bilang kalau anak Ibu yang shalihah ini lagi kangen sama suami tercinta," goda Sarah kepada anak perempuannya itu.

"Apa sih Ibu," balas Nadhifa sambil tersenyum malu dan ia langsung berjalan meninggalkan sang Ibu yang sedang terkekeh.

***

Lima hari berlalu, itu tandanya tinggal sehari lagi Nadhifa harus menahan rasa rindunya kepada sang suami.

Setelah shalat isya, Nadhifa memilih untuk duduk di ruang keluarga yang disana juga ada Kakaknya sambil menunggu sang Ibu selesai memasak makan malam.

Nadhifa menatap layar ponselnya, suaminya seharian ini belum menghubunginya. Nadhifa pun sudah mencoba menelepon Faiz namun tidak diangkat dan itu membuat Nadhifa khawatir.

"Mas Faiz kemana sih? Gak tahu apa kalau istrinya khawatir. Kangen juga," gumam Nadhifa sambil terus menatap layar ponselnya.

"Kenapa sih kamu, Fek?" tanya Fhirdan yang sedari tadi melihat sang adik yang begitu gelisah terlihatnya.

Kujaga TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang