Gadis manis itu akhirnya keluar dari toilet setelah beberapa menit ia habiskan waktu di dalamnya. Hideko melangkah, mendekati wastafel lalu menekan kerannya. Setelah itu ia mencuci mukanya untuk menghilangkan jejak air mata di pipinya. Gadis itu memegang kedua pipinya yang basah seraya memandangi wajahnya di cermin. Matanya terlihat sembab dan hatinya pun terluka. Gadis itu bingung, apakah perasaannya yang baru saja tumbuh layak dipertahankan? Pertemuan singkat dengan atasannya membuatnya cukup gila. Semua perlakuan pria itu terhadap dirinya seakan menjadi teman baru untuk hidupnya yang kesepian. Apakah ia harus mempertahankan cinta ini, atau membuangnya jauh-jauh. Walaupun cinta yang ia rasakan masih dini, namun entah sihir apa yang Taka gunakan sehingga Hideko hampir terpikat pria itu.
Pada kenyataannya, Hideko menyukai Taka baru di tahap awal. Sehingga ia masih bisa mengontrol perasaannya.
"Mori san, apa maumu...?" gumamnya sendiri.
Gadis itu menyeka pipinya dengan cukup kuat. Setelah merenungi semua ini, sebuah keputusan pun telah ia petik. Ia sadar diri bahwa gadis biasa seperti dirinya mana mungkin bisa disukai oleh orang seperti Taka. Jika pun ada, itu hanyalah cerita di dalam novel saja. Kenyataannya kehidupan Hideko tidaklah seindah cerita princess. bila digambarkan, kehidupan Hideko lebih cocok disamakan dengan acara orang pinggiran di acara Televisi. Sungguh menyedihkan.
Sambil bercermin, Hideko memandang kedua matanya dengan penuh keyakinan. Ia sudah mantap dengan keputusan di benaknya. Karena kenyataannya, di mata Hideko, Taka menyukai wanita lain yang telah bersuami.
"Lebih baik aku fokus pada hidupku dan adikku. Hanya berdua, kami berdua" batinnya.
Perutnya mendadak keroncongan. Sambil memegangi perutnya, karena waktu saat ini sedang jam istirahat, Hideko pun keluar dari toilet dan segera pergi untuk makan siang.
Sesampainya di depan kantin, Hideko mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam karena ia melihat Taka disana seorang diri.
"Mori san. Maaf, aku harus menghindar darimu" gumam Hideko lalu pergi.
Mengetahui Taka berada di dalam kantin membuat Hideko mengurungkan niatnya untuk makan di kantin itu. Dengan terpaksa ia mencari sebuah kedai di luar kantor supaya ia tak terjangkau oleh pria yang telah memberikan harapan palsu. Langkah kakinya terburu-buru, ia pun pergi meninggalkan kantor.
Hideko memutuskan untuk makan siang di kedai ramen biasa yang paling dekat dengan kantor tempat ia bekerja.
"Aku pesan udon" ucap Hideko pada penjual ramen.
Tiba-tiba saja dering ponsel Hideko berbunyi. Gadis itu pun langsung mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya. Layar ponsel tertera nama Mori san di ponsel yang Hideko genggam. Ia menghela nafas, gadis itu pun bingung harus berbuat apa.
"Kenapa dia menelponku, sih?" keluhnya.
Hideko terpaksa mematikan lalu membisukan mode ponselnya supaya pria yang baru saja menelponnya tak ia dengar suara deringnya, sehingga perasaan tak enak hati pun cukup teratasi.
"Pesanan sudah datang" imbuh seorang pelayan kedai membawa makan siang yang Hideko pesan. Gadis bersurai pendek itu pun memberi senyuman sebagai tanda terima kasih.
Sambil menyantap makan siangnya, sesekali Hideko membuka ponselnya. Dan benar saja, Taka lagi-lagi menelponnya sebanyak lima kali. Hideko kembali sadar, ia tak mungkin bisa menghindar dari pria itu karena mereka berada di kantor yang sama setiap harinya. Apalagi kantor tempat ia mencari uang adalah milik Taka, atasannya. Sekeras apapun dan sejauh kemanapun dirinya menghindar, pasti akan kalah juga pada akhirnya. Kecuali jika dirinya berhenti bekerja, tapi itu tidak mungkin. Mati-matian Hideko mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang amat cukup bahkan ia hampir kehilangan kehormatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE 24K
Fanfiction++BEBERAPA CHAPTER DIPRIVAT++ Setelah kematian orang tuanya, kehidupan Hideko menjadi rumit. Semua Harta benda dirampas begitu saja oleh orang terdekatnya, yang membuat Hideko dan adiknya tinggal di tempat yang kumuh. Namun pada akhirnya, Hideko ber...