20 (Time goes by)

96 12 4
                                    

Gak kerasa udah chapter 20 aja, hehehe.

Hari ini, pukul 20:05

Beberapa hari telah berlalu. Seperti biasa, Hideko menjalankan rutinitasnya setiap hari. Bekerja, dan mengurus sang adik. Namun tak seperti hari-hari sebelumnya yang mendadak keseharian Hideko menjadi berwarna setelah pertemuannya dengan Aya yang tak begitu baik. Begitu pula sikapnya pada Taka, ia berusaha menjauh walaupun pria itu terus mendekatinya. Suatu hari di sebuah jalanan kota Shinjuku yang sedang ramai-ramainya, saat Hideko hendak pulang dari bekerja, Taka mencegatnya untuk mengajaknya pulang bersama. Namun, Hideko bersikeras menolaknya.


"Hideko, ada apa denganmu? Bukannya sejak hari dimana kita bersenang-senang kau baik-baik saja? Tapi mengapa mendadak kau jadi seperti ini?"

Pria itu terus berceloteh di jendela mobil sambil mengendarai mobilnya dengan sangat pelan, mengikuti kecepatan langkah kaki Hideko yang berusaha menghindarinya. Perasaan Taka amat tidak tenang belakangan ini. Hari-harinya menjadi hampa merasakan dirinya diacuhkan begitu saja oleh Hideko, wanita yang berhasil menancapkan panah asmara tepat di hatinya. Namun tiba-tiba saja, tak ada badai apapun, masalah menghampiri mereka tanpa Taka ketahui penyebabnya.

Sedangkan Gadis itu tak menanggapi, masih terus berjalan menghindari pria itu.

"Hideko, kumohon. Jangan hukum diriku dengan diammu. Ini sangat menyiksa. Kumohon katakan sesuatu"

Masih tak menanggapi, akhirnya Taka memarkirkan mobilnya asal lalu mengejar Hideko.

"Hideko, tunggu aku"

Gadis itu berlari mengetahui kalau Taka mengikuti dengan langkah kakinya. Namun wanita tetaplah wanita. Sekeras apapun seorang wanita melawan, akhirnya pria jugalah yang menang.

Taka berhasil meraih tangan Hideko.

"Lepaskan aku!!!" Hideko berusaha melawan genggaman Taka yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Tidak. Sebelum kau memberitahu apa kesalahanku!"

Genggaman yang cukup kuat membuat Hideko meringis kesakitan. Taka terus menggenggam tangan mungil itu tanpa peduli rasa sakit yang Hideko alami.

Lebih baik Taka sedikit menyiksa gadis manis itu daripada harus menerima sikap diamnya tanpa alasan yang jelas.

"Mori san, lepaskan. Sakit!!!" rintih nya.

"Aku takkan melepaskan sebelum kau menjelaskan arti diammu, Hideko"

Keributan yang Taka dan Hideko ciptakan membuat pengguna jalan lainnya memerhatikan mereka berdua. Tak jarang ada yang berhenti berjalan untuk menonton mereka berdua bertengkar, bahkan ada sekelompok remaja yang mengabadikannya dengan ponsel.

"KAU MEMPERMAINKAN DIRIKU!!!"

Akhirnya alasan yang Taka harapkan terucap juga oleh bibir mungil Hideko. Mendengar alasan itu tentu saja membuat otak Taka semakin bingung, karena dirinya merasa tak berbuat kesalahan apapun terhadap Hideko, apalagi mempermainkan perasaan wanita yang dicintainya. Seketika, Taka melonggarkan cengkeramannya dari tangan Hideko yang sudah memerah.

Taka mengernyitkan keningnya "A.. Apa maksudmu..? Mempermainkanmu..? Aku tak mengerti" ujarnya dengan wajah dan suara memelas.

Nafas Hideko memburu, memandang tajam pada wajah pria di hadapannya.

"Kau tetaplah Taka yang menyebalkan!!! Taka yang pertama kali kulihat dulu!!" ketusnya.

Ucapan itu keluar begitu saja dari pemilik bibir mungil itu. Namun perkataannya itu cukup beralasan baginya. Setelah pertemuannya dengan Aya, ia merubah opininya mengenai pria yang hampir membuatnya jatuh cinta itu. Yang tadinya ia anggap pria baik menjadi buruk. Bagi Hideko, semua kebaikan Taka hanyalah berupa pelampiasan rasa sakit hatinya saja karena tak bisa mendapatkan Aya. Lalu dirinya hanyalah objek pembalasan saja.

LOVE 24KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang