21 (a planning)

91 13 3
                                    

Tangan mungil Hideko sedang sibuk menggulung sushi untuk makan malamnya dan sang adik tercinta. Sedangkan Hideki nampak sibuk dengan PR menulis rangkaian aksara Jepang di meja makan. Sesekali bocah gempal itu menoleh kearah sang Kakak yang belum rampung membuat makan malam. Perutnya keroncongan, sesekali bocah itu mengelus-elus perutnya.

"Nee chan, sudah belum? Lama sekali. Aku sudah lapar" keluh Hideki.

Sang kakak menoleh pada adik tersayangnya disertai senyuman yang khas "ini sudah selesai" ujar Hideko lalu membawa piring berisi sushi buatannya ke meja makan.

"Asyik!!! Sushi alpukat!!"

Hideki terlihat sangat riang melihat apa yang kakaknya buat. Sushi isi alpokat adalah sushi favoritnya Hideki, namun tidak untuk Hideko. Karena menurut gadis bersurai hitam pendek itu rasanya aneh, tak ada rasa gurihnya sama sekali. Namun demi sang adik, Hideko bersedia membuatkannya.

Sang adik begitu lahap menyantap sushi itu, sedangkan Hideko sibuk memerhatikan adiknya yang mulutnya penuh dengan makanan.

"Nee chan tidak makan?" tanya Hideki yang melihat kakaknya hanya memandanginya saja.

Hideko tersenyum kecil "aku tidak lapar. Habiskan saja" jawabnya.

Beberapa hari ini, Hideko nampak sedikit melow dari biasanya. Biasanya jika Hideki melakukan kesalahan sedikit saja, Hideko tak segan memarahi adiknya hingga suaranya terdengar hingga luar rumah. Kali ini, Hideko lebih terlihat kalem dan sering melamun. Saat selepas pulang bekerja, Gadis manis itu lebih sering melamun di dekat kolam ikan koi nya.

Gadis itu merasa kesepian. Padahal, sebelumnya keseharian Hideko tak jauh berbeda seperti sekarang. Namun sejak ia menjauh dari Taka, hatinya terasa hampa. Jauh dari lubuk hatinya, gadis itu sangat merindukan pria yang menjadi atasannya. Berhari-hari Hideko berusaha melupakan dan melawan rasa rindunya, namun nihil. Setiap gadis itu mendapati Taka memerhatikannya, ia berusaha keras untuk tetap diam dan seolah tak terjadi apa-apa. Namun sesungguhnya, Hideko amat merindukan pria itu. Perasaannya tersiksa harus terus menerus bersikap tak acuh. Namun ketika mengingat kejadian waktu itu, Hideko jadi tak berdaya. Ditambah lagi adanya penghalang, yaitu Aya.

Tok tok tok!!!

Suara ketukan pintu berhasil memecahkan lamunan Hideko. Gadis itu beranjak dari kursinya lalu pergi ke depan untuk menerima tamu di malam hari.

"Siapa yang datang malam-malam begini" Hideko berdecak kesal.

Hideko mengintip dari jendela kecilnya untuk melihat orang yang datang ke rumahnya. Yang Hideko dapat simpulkan bahwa orang itu adalah seorang pria, namun wajahnya tak nampak karena tubuh pria itu membelakanginya.

Hideko membuka pintu rumah yang terbuat dari kayu itu.

"Hideko chan!!!"

Hideko sangat terkejut melihat siapa yang datang. Saking terkejutnya, mata dan mulut gadis itu terbuka. Tubuh gadis itu bergetar, mendadak ingatannya memutar ke masa lalunya yang pahit.

"Ta.. Takeshi san"

Pria tua nan kurus. Pria yang bertemu dengan Hideko saat ia dan Taka di supermarket Yokohama datang menemui Hideko. Gadis itu menutup pintu rumahnya, ia merasa tak sudi bertemu dengan orang yang menjadi komplotan bersama paman dan bibinya yang telah mengusirnya dan adiknya. Namun pria tua itu menahan pintu yang Hideko tutup.

"Hideko chan, tolong biarkan aku bicara denganmu sebentarrrr saja. Ada suatu hal yang ingin kukatakan padamu"

Pria tua bernama Takeshi itu tak kuasa menahan tenaga Hideko yang lebih kuat hingga pintu rumahnya tertutup. Namun Takeshi tak menyerah begitu saja, ia terus menggedor-gedor pintu itu sampai Hideko menerima dirinya.

LOVE 24KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang