18 (confusing)

107 16 7
                                    

Hideko kembali ke ruangannya dan mulai menjalankan kegiatan rutinitasnya. Sambil membuka layar laptop kerjanya ia pun bernafas lega. Ia bisa kembali ke ruangannya tanpa bertemu Taka.
"Huftt.. Syukurlah. Mori san belum datang" gumamnya sendiri.

Semua otot yang tadinya menegang kini normal kembali. Wajahnya kini penuh dengan cahaya seakan mendapat udara segar di hidupnya. Jari jemari Hideko menari-nari di atas keyboard, sesekali tangan kanannya itu pindah ke mouse.

"Hideko san, jas siapa yang kau bawa tadi?"

Gadis bermarga Yamamoto pun bersuara, hingga partner kerja lainnya pun ikut memandangi Hideko. Sedangkan Hideko menoleh ke belakang mengarah pada gadis yang berbicara tadi. Gadis bersurai hitam pendek itu melemparkan pandangannya ke bawah setelah mengetahui seisi ruangan memandangi dirinya, ia bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin Hideko harus jujur, dan tak mungkin juga harus berbohong. Ia menggigit bibir bawahnya mengetahui dirinya menjadi sorotan.

Hideko melemparkan bola matanya ke bawah "itu... Milik sepupuku.." ujarnya berdusta.

Setelah mendengar pernyataan yang dilontarkan dari bibir Hideko, semua karyawan yang memandanginya pun kembali pada pekerjaan mereka. Sedangkan salah satu pria yang duduk paling pojok ruangan nampak mengerutkan keningnya. Memberi tatapan sinis pada Hideko. Namun gadis itu tak menyadarinya.

***

Aya masih berada di ruang kerja Toru. Wanita itu memang diberi leluasa memasuki kantor ini walaupun tak mempunyai jabatan apapun. Karena agensi milik Taka ini memang hasil campur tangan Aya dan Toru, ditambah lagi mereka merupakan sahabat karib. Namun Aya menolak tawaran dari Taka menerima jabatan apapun karena Aya sudah mencintai karirnya sendiri di perusahaan lain. Aya sungguh ikhlas membantu sahabatnya itu.

Wanita itu duduk di sudut ruangan dekat jendela kaca besar. Sinar menyilaukan menjadi sumber cahaya yang menerangi ruangan itu. Matanya terus menatap ke arah luar ruangan yang berhiaskan lalu lalang kendaraan di bawah sana. Wanita bersurai hitam panjang itu melamun. Ia merasa jiwanya sepi setelah menikah. Padahal Toru selalu memberinya segala kebutuhan, apalagi dengan cinta. Memang benar Tuhan telah memberinya sebuah cinta, yaitu Toru. Namun di sisi hatinya yang lain merasa ia kekurangan sesuatu. Yaitu persahabatan.

Namun tiba-tiba Aya teringat kejadian di hotel silam. Terbesit di dalam pikirannya bahwa Taka menjauhi dirinya dan Toru karena orang lain. Ia merasa diduakan sebagai sahabat.

"Apa benar dia kekasih Taka? Mengapa Taka memilih wanita biasa?" gumamnya sendiri. "Apa dia tidak membutuhkan aku lagi? Dia bisa saja memintaku mencarikan pasangan ideal yang sesuai dengan citra dirinya" imbuhnya disertai helaan nafas panjang.

Disela lamunanya, suara pintu terbuka pun berbunyi yang membuat dirinya sedikit terkejut. Wanita cantik bak model itu menoleh ke belakang, dan datanglah pria berbadan tegap nan tampan itu yang tak lain adalah suaminya, Toru.

"Mengapa kau di situ sendiri?" ujar Toru seraya mendekati istrinya.

Aya berdiri "aku... Aku hanya merasa bosan"

"Kenapa? Apa kau ingin berbulan madu?" ujar Toru seraya melingkarkan tangannya di pinggul istrinya.

"Bukan begitu... Aku hanya merindukan Taka"

Toru menyentuh bahu lalu mendorong istrinya supaya duduk di kursi dekatnya. Pria itu tersenyum, namun senyumannya menandakan bahwa ia pun tak mampu menjawab apapun yang diucapkan istrinya. Bahkan permasalahan yang terus terngiang di otak Aya juga dipermasalahkan oleh Toru. Toru bingung, ketika ia berusaha bersikap santai pada Taka, Taka selalu menghindarinya.

LOVE 24KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang