2 (Bad Talking)

200 18 9
                                        

(Hideko)

Dengan terburu Buru ku melangkah, bahkan setiap beberapa menit aku terus menilik jam tanganku, entah sampai berapa kali. sekarang benar-benar Pagi hari yang sial! Aku terlambat masuk kerja karena harus mengurus rumah, memasak, dan mengurus adik gendutku. Entah apa yang akan terjadi saat aku sampai nanti.

Aku pun berjalan melewati lorong kantor, namun kantor nampaknya masih sepi. Apa aku yang salah? Apa mungkin aku terlalu cepat datang? Jelas-jelas saat tadi aku lihat jam di rumah sebelum berangkat waktu sudah menunjukan pukul 08:15 pagi.

Langkah ku pun terhenti saat aku melewati ruangan milik atasanku dengan pintu yang terbuka, aku pun mengintipnya dari balik pintu. Terlihat banyak karyawan yang sedang berkumpul di dalam sana. Apa yang terjadi? Bahkan seharusnya jam kerja sudah dimulai.

Aku pun ikut masuk karena penasaran, mendatangi kerumunan orang.

"Permisi, ada apa ini?" seruku menyelinap melewati kerumunan karyawan.

Semua orang beramai ramai memprotes bos ku. Ada apa ini sebenarnya?

Bos ku pun memukul meja, terlihat raut wajahnya yang nampak sangat marah
"Diam!" bentaknya. Aku tak tahu apa-apa sebelum Bos menjelaskannya secara langsung.
"Mohon perhatiannya! Kami terpaksa menutup kantor ini lantaran perusahaan yang sudah kita jalani mengalami penurunan nilai secara signifikan! Dengan berat hati saya harus mem PHK semua karyawan yang sudah berjasa dalam menjalankan pekerjaan yang telah kita lalui"

Sontak saja aku langsung kaget pendengar akronim haram itu. PHK? Yang benar saja? Permainan apa ini? Ini tidak mungkin, mengapa dia mem-PHK kami? Seharusnya dia mengatakannya sejak lama kan? Lalu bagaimana nasib kami? Dia pikir Mencari pekerjaan mudah?

Aku pun tak terima, dan langsung mengambil posisi paling depan, tepatnya langsung berhadapan dengan Bos ku
"Bagaimana bisa kau tega memecat kami secepat ini? Tidak ada musyawarah?" ketus ku.

Bosku menghela nafas sedalam-dalamnya "Sekali lagi maafkan aku. Aku juga tak bisa melakukan sesuatu. Pihak Bank sudah menyegel perusahaan kami, terpaksa usaha yang sudah kita jalani harus ditutup. Kita bisa apa? Ini hanyalah perusahaan kecil yang bisa saja akan mengalami masalah kapan saja seperi saat ini" jelasnya

Dengan perasaan menyesal kami semua sebagai karyawan tak bisa melakukan pembelaan apapun. Karena atasan kami sudah terlihat tak mampu melakukan apapun untuk menyelamatkan usahanya

"Kalau begitu, berikan gaji kami!" seruku. Jelas saya kami harus mendapatkan upah kami.

Tak lama setelah ku mintai upah, Bos ku pun membagikan gaji kami satu Bulan. Ternyata dia sudah menyiapkannya di dalam amplop cokelat.

Setelah itu, kami pun pulang dengan perasaan yang kacau balau. Aku, bahkan yang lainnya mungkin sedang memikirkan diri masing-masing bagaimana nasib kami setelah ini, terutama aku. Dimana aku akan mencari pekerjaan yang cocok dengan kriteria sepertiku yang hanya lulusan SMA saja?

Sebenarnya aku sempat kuliah, namun saat pertengahan semester aku tak dapat melanjutkannya lantaran terhambat biaya. Orang tuaku meninggal, dan aku harus melanjutkan hidup untuk keperluan sehari-hari dan biaya adikku.

Setelah meninggalkan kantor, Aku pun berjalan entah kemana arahku pergi. rasanya aku lemah. Aku terus berjalan yang entah tak kusadari sudah dimana diriku berada. Yang pada akhirnya aku menghentikan langkahku di tempat yang kemarin aku singgahi, sungai.

Ku melangkah mendekati pagar besi penghalang aliran sungai. Lihatlah, aliran sungai itu terlihat jernih sejernih cahaya Mentari pagi ini. Mereka pergi ke suatu tempat dimana mataku tak dapat melihat titik alirannya. Bahkan walau ada penghalang pun, aliran air pun dapat menemukan dimana jalan pintas yang pada akhirnya sampai ke ujungnya.

LOVE 24KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang