Generasi ke 10

214 70 56
                                    

Siang yang panas atau suasana nya memang kian memanas seperti melihat sorotan laser , yang keluar dari mata Fabyas si Ketua Paskib angkatan ke 8.

Sorotan itu terpancar jelas kepada gadis cantik semampai, yang lebih mirip model walau berambut pendek sebahu. Yang baru saja mengambil alih anggotanya.

"Apa setelah pelatihan, kamu lupa caranya memberi salam pada seniormu?" Nada bicara ka Fabyas terkesan meremehkan

Seolah tidak memiliki dosa Ka Deff, membalas dengan senyuman. Tampak gigi nya yang tersusun rapi. Boleh ku akui , dari sudut manapun dia sempurna.

"Jangan terlalu serius lah ka Byas, aku cuma berniat menyapa." hahah.

Sembari menyimpulkan senyum sinis pada sudut bibir nya. Seolah mengisaratkan bahwa ada masalah pribadi di antara mereka berdua. Ka Byas menyuruh kami calon generasi ke 10 dalam posisi sikap sempurna yaitu tidak boleh bergerak. Ditambah dia membuat posisi kami mengarah ke teriknya matahari.

Seorang senior lain nya menginstruksikan kami agar menutup mata. Entah pertikaian kekuasaan apa yang tengahku hadapi. Astaga rumit sekali, terjebak dalam keributan anak SMA rasanya konyol. Apa mereka semua tidak tahu bahwa hal ini tidak berguna terlebih ketika mereka lulus.

"Mengambil barisan seenak nya, kamu lupa? bukan kah di sini ada aturan!
Intonasi Ka Byas mulai meninggi. Dia tidak main-main kali ini

"siap , maaf ka" . Nada bicara Ka Deff juga mendadak serius, seolah menyadari sikap nya dinilai kelewatan.

"Aku tidak perduli, di luar sekolah kamu seorang Paskib nasional. Tapi di selama di linggkungan sekolah, aku adalah pemimpin. Maka ikuti aturanku!" Dengan lantang nya Ketua Paskib mempertegas wilayah.

Ka Deff hanya berdiri tegap, berpandangam lurus kedepan entah apa dalam fikirannya. Sesekali dia menjawab "Siap, ka". Ka Byas masih sibuk meledak-ledak. Dan di sisi lain aku kagum kepadaKa Deff ,mentalnya benar-benar terlatih di marahi seperti itu.

Puncak dari amarah Ka Fabyas adalah menyuruh generasi ke 9 di bawah nya, yaitu anggkatan Deff untuk berkumpul dan memisahkan diri dari barisaan lainnya.

*****


Sedikit penjelasan , di dalam pasukan pengibar bendera sekolahku ada 3 pembagian generasi. Itu semua berdasarkan tinggkat kelasnya. Dimulai dengan Generasinya Ka Fabyas ke 8 karna dia sudah kelas duabelas, ka deff generasi ke 9 karna masih kelas sebelas. Jangan tanya aku dan Virtan. Kami masih calon generasi ke 10 karna belum dilantik, bisa jadi acara pelantikannya di batalkan dan terburuk kami adalah generasi terakhir mengingat pertikaian kaka kelas di atas  kami"

*****

" Seluruh nya , Paskira generasi ke 9, bentuk barisan hitungan 10.

1....
2...
3...

mereka berlari dan membentuk barisan dengan cepatnya dalam hitungan ke 5 . Namun Ka Fabyas masih berteriak

"turun kalian semua.... push up 100 kali, semuanya!!! 

"siap keberatan ka". Seluruh anggota Generasi Ke 9 memberontak, tidak terima karna merasa di hukum semena-mena.

200 kali!! Balas Ka Fabyas menantang

Masih dengan jawaban yang sama anak generasi ke 9 bersorak lebih keras "Siap keberatan ka"

"Kalian sudah berani tidak patuh ya, baik!! "

Ka Fabyas menghampiri pemimpin barisan generasi ke 9 , lalu mencoba melemparkan tinjunya. Ia berniat melakukannya sebagi gertakan. Namun siapa sangka anak-anak generasi ke 9 mulai melawan.

Tiba-tiba suara berubah bising , seperti berkelahi dan banyak teriakan teriakan bermunculan dimana mana ricuh sekali. Aku tidak tau persis kejadian nya karna saat itu aku dan teman- teman satu pletonku tidak melihat apa-apa di sebabkan mata kami masih tertutup.

Gubrak.... gubrakkkk

Tak ada satupun yang berani membuka mata ,Sebagian dari kami menangis ketakutan. Kebingungan dan tidak melakukan apa-apa ,aku tau semua nya gelisah. Takut malah memperburuk suasana. Kecuali satu orang.

"cukup saya keluar"!

Dengan lantangnya anak itu berbicara. Seolah tidak berfikir panjang, ternyata dia sedari tadi menahan emosi. Dia adalah Virtan Fahlendra.

Aku membuka mata karna suaranya dan melihat semua nampak mematung dalam hening, yang lain masih menutup matanya. Hanya suara Ka Fabyas yang membalas ucapan Virtan.

"Kembali ke barisan sekarang, selagi ku minta baik-baik!!

Ancaman ka Byas hanya terdengar seperti angin lalu. Tanpa ragu Virtan memutar badan nya, Berjalan semakin jauh meninggalka barisan.
Ini bukan karna ia takut pada Ka Fabyas, aku yakin kini Virtan mencoba menenangkan dirinya.

"Sudahlah Fabyas,dia hanya seorang pengecut, biarkan dia pulang dan berlindung pada ketiak ibunya!"

Ucapan salah seorang senior lainnya, yang tengah berbicara kepada Ka Byas. Senior itu sangat kelewatan. Sepontan langkah Virtan terhenti.

Ia kemudian mengepalkan tangan lalu berlari ke arah senior itu, beberapa senior lain berdiri di depan untuk menghalangi nya. Tak terkecuali Ka Fabyas yang mencoba melerai kedua nya.

Hal yang bisa aku lakukan hanya menutup mataku dengan tangan seraya berdoa agar Virtan tidak terluka. Aku begitu takut dan gemetar.

"Sudah! Hentikan!"

Suara itu milik Deffana Larasatih ,tanpa ia sadari kedua tanggannya kini tengah memeluk lingkar pinggang Virtan dengan eratnya dari belakang.

Aku akhirnya menurunkan tanganku dan membuka pelan mataku. Mendapati Virtan yang mematung kaget tanpa pemberontakkan.Di satu sisi aku senang wanita itu berhasil menahlukkan amarah Virtan. Di sisi lain aku.....

" ahhhh ....bau apa ini?"

"Iuhhh Cairan lengket apa sih?"

"Seperti telor busuk"!.

Semua yang masih menutup mata sibuk berbisik-bisik. Kemudian akhirnya mereka di perbolehkan membuka mata. Hal yang pertama mereka lihat bukanlah diri mereka yang di penuhi cairan aneh. Namun memperhatikan Virtan dan Ka Deff yang tengah berpelukan.

Masalah cairan aneh , benar saja semua wajah anak-anak di barisan di penuhi cairan berwarna warni yang lengket dan bau. Cairan itu di buat dengan campuran telor busuk dan pewarna.

Ternyata inilah kegiatan plantikan legendaris itu. Para senior pengibar bendera berubah seketika menjadi , pelakon pentas seni. Ternyata perkelahian ini semua hanya sandiwara. Andai Virtan lebih sabar sedikit. Mungkin semua akan terganti dengan tawa. Andai aku bisa mengatasi rasa takutku dengan melerai Virtan. Andai.... andai... dan andai.... saja.

Aku yakin setelah hari ini Virtan dan ka Deff akan terus menjadi perbincangan. Sama seperti ketika mereka pacaran kelak. Akhirnya aku sadar, ikut atau tidaknya aku di ekskul ini. Tidak bisa menghalangi awal mula pertemuan mereka.

Dan aku...

Terdiam....

Adakah yang bisa aku ubah?

Aku dan Petang #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang