Ruang

105 6 0
                                    

Rasa nya kedua mataku sayup-sayup mulai menutup, berat sekali untuk membuatnya tetap terjaga. Pandanganku pun perlahan samar-samar.

Astaga... terakhir kali aku tertidur di atas ranjangku setelah di marahi habis-habisan oleh Oma karena pulang malam dan basah kuyup.

Hingga akhirnya terkapar kelelahaan sesudah puas bermain di taman hiburan bersama kak Fabyas. Dan ketika terbangun aku malah berada di atas mobil yang tengah melaju. Sudah tidak aneh lagi buatku berada di masa depan secara tib-tiba

Di sebelahku ada seorang yang tengah mengemudikan mobil ini , ia menggunakakan kemeja putih. Tangan kananya memegangi stir , lalu tangan kirinya ia gunakan untuk melonggarkan dasi yang menjerat lingar kerah kemejanya.

Antara sadar dan tidak, namun sentuhan lelaki itu begitu terasa. Ia seperti tengah mengusap pelan pipiku dengan lembut. Sontak membuatku menarik kembali nyawaku yang hampi sampai di alam mimpi.

"Maaf Dera, sepertinya aku membangunkanmu." dengan wajah penuh rasa bersalah Kak Fabyas memohon maaf.

"Maaf aku ketiduran." aku merapikan kembali tempat dudukku.

"Mobilnya sudah berhenti? Sudah berapa lama kak?" Aku melongo ke arahnya.

Kak Fabyas melihat sejenak ke arah jam arloji yang ia pakai.

"Sejam tujuh belas menit" jawab kak Fabyas santai

"Ya ampun. Kenapa tidak bangunin aku sih?" Suaraku melengking karena panik.

" Aku malah merasa ini masih kurang lama, untukku puas memandang wajahmu saat tidur. Tuh sebelah sini!" kak Fabyas menunjuk pipi kiriku.

Aku dengan refleks memegang pipiku dan mengusapnya dengan punggung tanganku.

"Yang ini kak?" Aku mencoba menanyakan posisi yang ia maksud.

"Iya yang itu , ada air liur yang mengering." jawabnya datar sambil menunjuki pipiku.

Aku langsung menarik kaca spion mobilnya, dan ia pun tertawa terbahak-bahak karena kepanikanku.

"Dasar bodoh, kamu masih saja mudah tertipu yah." Ia tertawa terpingkal-pingkal sambil sesekali memukul stir mobilnya.

Aku benar-benar kesal padanya, kupingku yang panas mendengar tawanya membuatku langsung menuruni mobilnya dengan raut wajah masam.

"Trimakasih kak." aku mengucapkanya walau denga rasa kesal di hati.

"Jangan sembarangan tidur di mobil orang yah!"

"iyaa.... aku tau." aku membanting pelan pintu mobilnya.

Kaca mobilnya kemudian ia turunkan

"Aku belum selesai bicara"

"Apalagi kak?"

"Ingat jangan sembarangan tidur di mobil lelaki lain!. Karena aku sudah sedari tadi menahannya, lain kali aku tidak akan sebaik ini padamu" Jawabnya menggoda

Wajahku mendadak merah padam, aku langsung berlari masuk kedalam apartemenku. Dasar mesum, apa maksudnya mengatakan itu, apa dia niat macam-macam padaku? Dasar om-om kesepian.

"aaaaaahhhh sudah lupakan"

Intinya aku harus berhati-hati pada kak Fabyas dimasa depan , dia seperti hewan buas yang siap menerkamku. Mengerikan sekali

Badanku memang benar-benar lelah sepertinya, bahkan setelah mandi dengan air panas masih terasa pegalnya. Membuatku semakin ingin menyudahi hari ini di atas ranjang empuk yang menggoda. Kemudian ku tutup tirai jendela yang masih terbuka , namun rupanya mobil kak Fabyas masih terparkir di posisi yang sama.

Aku dan Petang #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang