Hadiah

22 0 0
                                    


Kak Fabyas memberi warna yang berbeda di masa depan, dia mengajarkanku menghargai masa lalu. Dia membiarkanku bebas memahami hatiku sendiri, malam itu jalanan dan angin malam yang membuatku masuk angin mejadi saksi, betapa aku tidak menyesal menjelajah waktu. Jika aku tau dari awal membuka buku "SENJA" dapat membuatku terjebak dalam lingkaran masa, maka aku akan tetap memilih jalan yang sama. Aku putuskan untuk menjalani semua nya sebagaimana takdir kedua yang diberikan Tuhan.

****

Kalender adalah hal yang pertama kali kucari saat aku terbangun, memastikan aku masih menembus masa. Sangat berbeda dengan kebiasaan orang normal lainnya, kehidupan ku yang unik ini membutku merasa jam bukanlah satu-satunya penunjuk waktu.

27 Desember 2015

Lalu aku berlari mencari Omah yang sedang memasak di dapur, kemudian dengan manjanya aku memelukkna dari belakang, dalam hati aku amat bersyukur masih melihatnya dan akan menghargai setiap waktu di masa lalu dengan terus menunjukkan kasih sayang setiap harinya.

"Oma kok gak bangunin Dera? Nanti Dera terlambat kesekolah gimana?"

" Sejak kapan sekolah buka hari minggu?" Omah mencubit pipiku geram.

" Yaudah kalau minggu Dera bobo lagi yah Omah he..he.. "

" Bukannya hari ini kamu ada janji sama Virtan? Kemaren kan Virtan minta izin sama Omah buat ngajak kamu pergi."

"hah? Serius Omah?" Aku mendadak panik sambil mengacak-acak rambutku bingung.

Jelas saja aku tidak tau dengan janji yang aku buat dengan kapten bajak laut, malam kemarin yang aku lalui adalah menyiram wajah mantan istri kak Fabyas.

****

" akhirnya datang juga nih putri tidur, udah bikin pulau apa aja di bantal? Hari minggu itu jangan malas dong, bangun pagi kayak aku." sindir Virtan.

" Baru juga kali ini, lagian kalau di hitung- hitung yang sering telat itu kamu deh. Coba orang mana yang mau nungguin kamu mandi sampe berjam-jam tiap hari kalau bukan orang di depan matamu ini."

" Jurus andalan planet bumi adalah mengungkit kebaikannya, sudahlah aku kalah, laki-laki emang selalu salah." Wajah kesal kapten bajak laut berubah menjadi wajah pasrah.

" Bukan ngungkit tapi emang kebaikan dan kesabaran aku memang banyak ke kamu, terima nasibmu yah! Ha..ha.. dasar meyebalkan."

" hemm, kenapa kamu sarkas sekali si Planet Bumi." Virtan menepok jidatku pelan.

Selama perjalanan kami terus berdebat dan membahas hal-hal yang tidak penting seperti membahas teman SMP kami yang kaos kakinya bau trasi, atau tentang kucing betina sepupu Virtan yang sering dihamili. Sudah lama kami tidak sedekat ini. Aku terlalu senang malah membuatku takut tawaku tidak bertahan lama.

"Oiya, terus kamu sama sepupu kamu udah nemuin ayah dari anak-anak si Mercy?"

"Masih menjadi misteri , dia sering menghilang dan ketika pulang bawa anak-anak hasil hubungan gelapnya, pacar nya gamau tanggung jawab katanya."

"hahaha..." aku tertawa sambil terpingkal-pingkal

Bunyi klakson mobil bergema seketika dan mengagetkanku yang tengah mengobrol asik dengan Virtan.

"Awas!" Virtan dengan sigapnya menarik lenganku

Membuat wajahku menghadap dadanya, seolah aku jatuh pada pelukannya. Aroma tubuhnya khas kapten bajak laut seolah melekat padaku dengan jarak sedekat ini. Aku mendongakkan wajahku ke atas dan wajahnya mendongak ke bawah karena selisih tinggi badan kami. Mata kami saling bertatapan tangan kapten bajak laut masih melingkar di pinggangku. Lalu ia meniup mataku, aku kembali sadar setelah terhanyut dalam suasana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan Petang #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang