Sepotong Roti

133 18 14
                                    

Tapi aku cukup tau menyayangi adalah seperti membagi sepotong roti. Mungkin tidak akan mengenyangkan perutmu tapi memuaskan hatimu. - Brenda Sandera

♪ ♪♪♪

Naik.... naik.... ke puncak gunung.... tinggi.... tinggi.... sekali

Kiri..... kanan.... kulihat saja banyak pohon stobeli..... kiri... kanan....

(Menyanyi)

Prov Dera

Dengan penuh semangat tanpa terkecuali kami pun menyanyikan tembang wajib ala-ala perjalan yaitu "Naik-Naik ke Punca Gunung". Seolah membakar jiwa muda kami. Begitulah cara bersenang-senang menghabiskan setiap momen indah SMA dengan sederhana yang berkesan nantinya.

Kemudian selain bernyanyi bersama hal yang semakin menambah kebahagianku adalah pemandangan alam yang mempesona.

Dedaunan teh yang lebih mirip hamparan karpet hijau tersuguhkan di balik jendela bus yang berselimutkan embun.

Sepertinya kabut tipis lembut itu membawa imaginasiku semakin liar bermain.Apa ini negri awan atau jangan-jangan disurga?

Tampak seorang gadis yang aku yakin adalah teman sekelasku. Ia duduk persis di sebelahku sambil menumpangkan kaki. Sesekali mengganti posisi duduk, ia begitu larut memasuki dunia fiksinya."Harry Potter and the Half-Blood Prince "
Itulah yang terbaca sekilas di sampulnya, novel yang tak kalah tebal dengan kacamatanya.

Sepertinya ini adalah perjalanan study tour pertamaku saat SMA. Aku tidak ingat jelas apa yang terjadi saat ini tapi pasti ada alasannya kenapa aku kembali.

****

"Kamu suka novel Harry Potter?, sudah nonton part ke 7 nya?" Tanyaku membuka topik pemecah keheningan diantara kami.

Dia menurunkan sedikit kacamatanya lalu melihat kearahku dengan tatapan datar. Kemudian menggeleng.

Aku kembali mencari-cari bahan pembicaraan dengan gadis yang aku lupa siapa namanya itu.

"Hah masa? Pecinta Harry Potter pasti senang melihat Harry dan kedua sahabatnya menjadi keuarga. Aku saja suka melihat Hermoini dan Ron menikah, ditambah Harry menjadi adik iparnya. Benar-benar Happy Ending." Ceritaku dengan semangat.

"Imaginasimu benar-benar tinggi yah Brenda." gadis itu tertawa terbahak-bahak.

"Hah maksudnya?." Aku kebingungan

"Yang aku baca sekarang adalah Harry Potter ke 6 yang sedang di filmkan. Dan kamu sudah menonton Part ke 7. Itu tidak masuk akal haha" Dia tertawa lebih keras.

Astaga, aku bahkan berbicara sesuatu yang belum terjadi. Tidak mungkin kan aku menjelaskan bahwa aku datang dari masa depan singgah sebentar di masa lalu dan terkadang di masa depan.Mungkin aku di anggap gila olehnya.

"Nyala, itu bu wali manggil kamu." Ucap ketua kelas sambil menunjuk kearah depan.

Aku merasa tertolong ketika ketua kelas memanggil gadis yang kini kuingat bernama Anyala itu.

Aku merogok isi tasku mencari satu benda yang dapat menyibukanku ketika si Anyala kembali. Sudah kuduga aku pasti membawanya, sebuah workman hitam benda sejuta umat saat aku SMA.

Aku dan Petang #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang