Tuhan Sedang Bercanda

172 49 23
                                    

Saat aku membuka mataku semua tampak begitu gelap, dan satu-satu nya yang terlihat hanyalah satu cahaya yang keluar dari sebuah infokus yang mengarah pada layar di atas sebuah panggung.

Seperti sebuah vidio, namun sayangnya aku hanya melihat sekilas ucapan HAPPY WEDDING di ujung pemutaran. Akhirnya aku sadar bahwa kini aku tengah berada di sebuah pesta pernikahan.

Tak lama berselang lampu pun di nyalakan. Aku yang kebingungan hanya terdiam sembari berfikir keras, apakah dengan mengubah hal kecil di masa lalu, kini aku bisa bersanding dengam Virtan?

Seorang MC memanggil kedua mempelai untuk berdiri. Sambil melihat kearahku. Aku berdiri seketika kemudian mencari Virtan yang seharusnya berada di sampingku.
Ketika sadar semua tamu undangan sedang memperhatikanku dengan tatapan yang tidak biasa. Benar saja seseorang menarik tanganku seolah mengisyaratkan aku untuk kembali duduk.

Rupanya dari arah belakangku masuklah kedua mempelai yang sesungguhnya. Aku duduk sambil tersipu malu. Menutup wajahku sambil berkata dalam hati, sial kenapa aku selalu berada pada moment yang tidak pas, sepertinya Tuhan sedang bercanda kepadaku.

Mc yang sebelumnya tercengang akhirnya mempersilahkan kedua pengantin itu untuk maju dan menyumbangkan sebuah lagu.

"Langsung saja kita persilahkan pengantin kita Vanessa dan Adnan"

Mulai terdengar lembut alunan musik disambut dengan suara kedua pengantin itu. Aku masih menunduk malu. Kemudian ada seseorang yang mendekatkan wajahnya ke arah waahku seolah ingin melihat jelas ekspresiku. Aku menoleh dan terkejut, tanpa sadar tanganku mendorong wajahnya.

"Au..... sakit"

Sembari mengelus-elus wajahnya sendiri. Siapa yang akan mengira wajah ka Fabyas sedekat itu denganku. Aku bahkan dulu tidak pernah berbicara dengannya kenapa sekarang aku dan dia terlihat begitu akrab. Duduk berdua di kursi tamu.

Maaf ka. Aku gak sengaja, lagian kenapa itu... emm wajah kakak sedekat itu.

Aku sedikit terbatah-batah seperti ada rasa segan malu dan takut. Karna sepertinya aku terlalu keras dan itu pasti sakit sekali. Mengingat kejadian dulu, Ka Fabyas terkenal senior yang tegas malah membuatku semakin ketakutan.

Kemudian ka fabyas mendekatkan kembali wajahnya, aku spontan memundurkan badan ke belakang. Dia membisikkan sebuah kalimat ke telingaku lalu tertawa kecil.

"Apa ini tamparan rindu dari seoarang matan "

Aku terdiam dan bingung seperti tidak percaya dengan perkataanya barusan. Terdengar tidak masuk akal. Aku memandangi wajahnya yang kini dihiasi dengan jambang tipis, ada garis-garis halus di pinggir matanya saat tertawa
Dia benar-benar terlihat dewasa dengan stelan jas dan kemeja putih yang dipakainya.
Benar-benar terlihat seperti lelaki dewasa di umur 30 tahunan.

Benar-benar terlihat seperti lelaki dewasa di umur 30 tahunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang terjadi dengan kata-kata mantan. Kapan kita pernah berpacaran, ayolah apa yang aku lewatkan. Jelas ini terlihat bukan di masa lalu lagi. Sekarang pasti di masa depan, karna sekarang aku tengah hadir di acara pernikahan Vanessa teman SMAku.

Tiba-tiba ada yang memanggil kami berdua untuk bergabung di meja tamu yang lebih besar. Aku dan ka Fabyas memutuskan untuk pindah dan duduk bersama teman-teman SMA kami. Aku kurang begitu hafal kebanyakaan adalah kakak kelasku yaitu teman-teman ka Fabyas.

"Gimana kabar kalian berdua? Udah belasan tahun lebih kita lulus kamu jarang sekali hadir reuni Byas."

Ucap seseoarang yang tampaknya adalah teman ka Fabyas.

" Ia aku baru kembali ke Indonesia satu tahun terakhir ini. Maaf aku sibuk bekerja. Aku hadir juga karna kebetulan aku adalah kakak sepupu Vanessa."

"Padahal kita rindu kehadiran ketua paskib yang ditakuti ini Haha
Btw kok bisa dateng berdua , kalian balikan yah?"

Mengapa semua orang tampak tidak asing dengan hubungan masa lalu kami. Ini tidak adil hanya aku yang tidak tau apa-apa mencoba mencerna percakapan mereka.

Udah deh Byas jangan lama-lama Dera masih single kan?, lagian si byas udah resmi bercerai. Apa lagi yang di tunggu.

Sambung teman ka Fabyas yang lebih mirip pembawa acara berita gosip. Aku hanya tersenyum tanpa menjawab apa-apa karna ini semakin rumit dan membingingkan

"Oiya Dera....
Siapa sih temen kamu yang waktu SMA sering berdua itu loh.."

Tanya seseorang lelaki berdasi kupu-kupu teman ka Fabyas yang bahkan aku tidak tahu namanya

"Maksud kamu yang pacarnya almarhumah Deff kan?"

Sambung seseorang wanita dengan dress merah.

"Almarhumah?"

Aku benar-benar terkejut mendengar kata itu. Apa yang terjadi, siapa yang meninggal? Ka Deff? Astaga hal yang pertama yang aku fikirkan adalah perasaan Virtan pasti begitu terpukul.

"hey der,
Dera....
Dera....
kenapa kamu , apa kamu sakit?"

Punggung tangannya mendarat di dahiku. Kemudian kedua tangannya berpindah ke pundakku seolah kawatir.

"Kapan itu terjadi? " Tanyaku dengan lirih.

"Lima tahun lalu der.Memang kasian sekali Deff meninggal di saat dia masih begitu muda."

Kali ini yang menjawab adalah wanita dress merah itu.

Aku kembali diam, perasaanku terenyuh. Aku kaget dan membuat kakiku begitu lemas. Aku meminum air soda di hadapanku dengan cepat.
Sembari mendengar mereka berbicara mengenai kronologi kecelakaan Ka Deff ,kemudian tentang keluaga yang ditinggalkan bahkan merembet kepada Virtan yang menarik diri dari perkumpulan.

****

Aku kini tengah duduk di sebelah kursi pengemudi. Ka Fabyas memaksaku untuk pulang bersamanya. Aku sudah berusaha keras menolak. Namun dia berkata bahwa aku datang bersamanya dan pulangpun harus bersama. Entah hantu apa yang merasukiku sehingga nampaknya kami begitu akrabnya sehingga aku diantat jemput olehya.

"Kita jemput Abel dulu yah"

Maaf ka , siapa? Abel?

" Ia Abel putriku, kamu gak keberatan kan sebelum pulang jemput Abel dulu di tempat les nya."

aku hanya mengangguk-angguk pelan sebagai isyarat aku setuju. Kemudian ka Fabyas berkata

"Lagian jalan ketempat les Abel searah sama rumah kamu.Kenapa sih kamu hari ini aneh banget , Apa ada sesuatu yang mengganggu fikiranmu?."

Aku kembali diam dan menggigiti kuku-kuku tanganku.

Ka Fabyas mengencangkan volume musik yang membuatku semakin leluasa untuk diam dan membisu. Terlalu banyak tanda tanya dan dimana Virtan sekarang? Apa yang terjadi lima tahun ini? Aku yakin ini pasti masa-masa sulit untuknya.
Apakah aku selalu di sisinya selama itu? Jika tidak , aku akan berada disini sekarang. Disisinya!

----------

Haii guys , Aku udah lama absen buat ngeup ceritaku. Jujur aku lagi sibuk banget, bergelut dengan tugas dan kerjaanku. Tapi otakku tetep berputar nyari tema dan kelanjutam cerita. Jadi di sempet-sempetin buat nulis bagian ke 10. Terus baca yah dan janga lupa tinggalkan jejak Vote nya thanks love you~~

Aku dan Petang #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang