Sepasang Sepatu

175 42 33
                                    

Waktu terus berjalan maju, tidak denganku. Aku berbeda, jarum masa menelan langkahku mundur hingga semua berbalik ke belakang.

"Kita persilahkan pengantin kita Vanesa dan Adnan"

Pipiku kini masih digenangi air mata, aku sudah mengerti jalan permainan waktu. Aku dihadapkan pada masa masa lalu, dan setiap kali aku berhasil mengubahnya maka berimbas ke masa depan. Kemudian aku diperlihatkan segala kesempatan yang terlewatkan dan cara untuk memperbaikinya. Kali ini aku tidak akan membuang sia-sia kesempatan ini.

Aku bergegas keluar meninggalkan para tamu undangan lainnya tanpa mereka sadari, para tamu kini tengah fokus kepada kedua pengantin yang sedang bernyanyi. Aku berlari-lari kecil menyusuri aula gedung sembari tak henti-henti melihat jam tanganku, waktunya 3 jam sebelum keberangkatan Virtan.

Ternyata ada satu orang yang menyadari kepergianku. Ia rupanya mengejarku sedari tadi. Dia kemudian menarik tanganku.

"Dera, kamu mau kemana?Pestanya belum berahir.

" Aku harus pergi ka". Ucapku dengan cepat.

"Kemana? Ada apa yang terjadi?coba tenang dulu Der."

"Tolong kak jangan halangi aku,
Ini mendesak, kumohon".

Air mataku mengalir dan suaraku kembali serak. Ka Fabyas melepaskan pegangannya, lalu ia merogok kantong memperlihatkan sebuahbkunci mobil.

"Aku tidak akan bertanya kemana dan ada apa lagi, tapi biarkan aku mengantarmu."

Aku mengangguk pelan.

Ka Fabyas menarik tanganku kembali namun kali ini bukan untuk menahanku, aku kemudia berlari bersamanya menyusuri lorong gedung yang panjang. Kami berlari berdua seperti seoarang anak-anak. Aku tidak menyangka inilah sisi lain ka Fabyas.

****

Aku kini berada di parkiran mobil, menunggu ka Fabyas mengeluarkan mobilnya. Aku merasakan sepatuku tidak begitu nyaman. Rupanya hak sepatu di kaki kananku hampir patah. Ini semua mungkin karna terlalu kencangnya aku berlari.

Ka Fabyas pun datang membukakan pintu, sebelum aku menaiki mobilnya. Ia menyuruhku membuka kedua sepatuku. Aku menolak, namun ia malah melepaskan sepatuku dengan kedua tangannya.

"Kamu tidak ingin terlambatkan?, sepatu itu akan menghambatmu. Kamu bisa terjatuh karnanya."

Ucap ka Fabyas sembari mematahkan kedua hak yang berada di sepatuku.

"Ini jauh lebih baik kan Der?"

"Trimakasih ka"

Aku menatapnya yang kini tengah memasangkan kembali sepatu ke kakiku. Sepatu nya kini berubah tanpa hak.

Ada seseorang yang pernah melakukan hal sama persis seperti apa yang tengah dilakukan Ka Fabyas padaku. Dulu ada seorang anak lelaki, belasan tahun mengikatkan tali sepatuku, karna sering kali terlepas atau aku tak begitu pandai membuat simpulnya.

Kini anak itu bertumbuh menjadi pria dewasa. Yang membuatku sadar bahwa tak akan selamanya dia disampingku. Tak akan seterusnya dia mengingat tali sepatuku. Aku memanggilnya Tuan bajak laut.

 Aku memanggilnya Tuan bajak laut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku dan Petang #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang