Sepucuk Surat

123 19 11
                                    

Kata kasih selalu disambung dengan kata sayang (kasih sayang).
Maka ketika kamu banyak mengasihi atau memberi rasa sayanglah yang akan diterima.

"Lama sekali sih buka pintunya, membuat tamu menunggu lama itu tidak sopan." Ucap kak Fabyas sambil menerobos masuk kedalam.

Prov Dera

Aku yang tenggelam dalam pelukan kak Fabyas, tanpa sadar mengucap bahwa aku ingin kembali. Apa ini bentuk sebuah penyesalan? Atau aku terbawa suasana karna perkataan kak Fabyas? Aku sudah terlanjur memutar waktu dan aku harus mencari jawabannya sendiri.

"Abel sayang, tante pergi dulu yah. Kalau mau ke toilet, jangan lupa bilang minta tolong ke papah ,okey?."

Aku yang menunduk kemudian bangkit berdiri dan mengelus rambut anak itu.

Lalu mengambil mantel yang tergantung dan juga kunci mobilku. Kemudian kembali lagi ke kamar dan membawa sebuah kotak kaleng bersamaku.

"Kak Fabyas aku pergi dulu."  Kataku sambil berlari-lari kecil.

"Tunggu Dera, kamu mau kemana?"
Jawab kak Fabyas yang mengikutiku langkahku sampai di depan pintu.

"Menemui orang yang paling kubenci. Tapi aku lebih benci ,pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal"

Jawabku sambil memakai sepatu.
Dan kak Fabyas hanya berdiam diri di depan pintu sambil menggiring kepergianku, tanpa sepatah katapun. Aku yakin dia akan mendukungku kalau dia tau apa yang akan kulakukan.

****

Hiruk pikuk kota saat malam membuatku semakin terbius sepi. Lampu merah membuat aku menanti dan mobilku terhenti. Di samping mobilku ada sebuah pemandangan kuarga harmonis. Di dalam mobil itu terlihat seorang ayah yang sedang mengemudi, disampingnya ada seorang ibu dan dikursi belakang ada seorang anak yang sibuk bermain boneka.

Itu adalah pose sederhana yang selalu aku bayangkan terjadi sehari saja di hidupku.

Aku tertegun dalam lamunan, dahulu ada sesorang gadis kecil yang senang menulis surat. Setiap hari minggu ia di bawa nenek nya pergi ke kantor Post.

Suatu hari gadis itu tidak masuk sekolah di hari sabtu. Tiba-tiba ada seorang tukang post yang datang memberikan surat. Gadis itu kegirangan karna mengira bahwa itu adalah balasan dari surat-suratnya.

Ketika ia membaca isinya, ia sadar bahwa itu adalah suratnya sendiri. Mungkin si tukang post itu kebingungan mencari alamat dan orang yang dituju. Sehingga mengembalikannya kembali kealamat pengirim. Terang saja gadis itu hanya menulis untuk ibu di sudut amplopnya.

Dan rupanya neneknya lah yang selama ini menerina suratnya di setiap sabtu. Kemudian menyimpan surat-suratnya, bukan bermaksud membohongi gadis kecil itu, namun aku yakin itu semua dilakukan untuk menjaga harapan gadis itu.

Tet.... tet....

(Bunyi klakson)

Lamunanku sontak buyar seketika. Rupanya lampu lalu lintas berubah hijau tanpa terasa. Aku melajukan kembali mobilku. Aku melihat ke arah kaca spion dan rupanya air mata kembali menghiasi wajahku. Aku membuka sedikit kaca mobil dan menarik nafas dalam-dalam. Sambil berbicara dalam hati

"Aku lah gadis kecil itu"

****

"Permisi, jadwal penerbangan ke L.A malam ini  jam berapa yah mbak?" tanyaku.

Aku kini sedang berada di dalam ruangan costumer service pesawat.

"Yang terakhir pukul 19.00 malam bu."
Jawab pegawai cs.

Aku langsung melihat ke arah jam yang tergantung di hadapanku. Kini sudah pukul 20.15 menit. Aku terlambat. Selalu berakhir seperti ini di bandara.

Yang pertama Virtan dan yang kedua adalah Ibuku. Aku semakin benci pada bandara membawa dua kesan pahit untuku.

Sebenarnya ini semua terjadi karna aku sama sekali tidak tau kapan keberangkatan ibuku. Yang aku tau hanya ia akan ke L.A berdasarkan email yang kuterima. Dan ucapannya datanglah nanti malam ke bandara.

Tapi anehnya air mataku sama sekali tidak menetes. Aku menganggap ini adalah ucapan selamat tinggal dariku. Sehingga aku tidak akan berubah menjadi orang yang paling kubenci.

Aku terus memandangi kotak kaleng yang sedari tadi kubawa-bawa berlari.Aku duduk di salah satu kursi tunggu bandara. Aku membuka kaleng itu di dalamnya dipenuhi surat-surat.

Aku  membacanya satu persatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku  membacanya satu persatu. Lalu tersenyum pada setiap isinya. Isinya sederhana hanya tentang seberapa menyenangkannya hari-hariku.

Ada juga surat yang berisi bahwa aku sudah memliki teman baru, anak lelaki yang selalu mengajakku mencari harta karun.

Di setiap ujung surat aku berkata agar ibu tidak mencemaskanku.
Tanpa ada satu tulisanpun menggambarkan bahwa aku sedih serta mengeluh. Rupanya gadis kecil dan polos itu lebih tegar dari aku yang sekarang.

Aku mengejarnya bukan karna aku memaafkannya. Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Dan akhirnya aku menemukan jawabanku.

Aku tidak sepenuhnya membenci ibuku. Karna saat kecil aku sempat mengasihinya. Surat-surat ini adalah bukti rasa tulusku padanya. Yang aku rasakan saat ini adalah kecewa.

Mungkin ibuku tidak perlu tau betapa aku merindunya dulu.
Tapi aku cukup tau menyayangi adalah seperti membagi sepotong roti. Mungkin tidak akan mengenyangkan perutmu tapi memuaskan hatimu.

Menurutku Tuhan selalu memberikan dua kesempatan. Sama hal nya manusia yang di berikan dua buah keluarga semasa hidupnya. Aku boleh saja gagal dalam keluargaku saat kecil tapi tidak untuk keluargaku kelak ,saat aku membangun keluargaku sendiri.

Aku dan Petang #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang