Berubah

342 8 0
                                    

Sejak kejadian di perpusatakaan kampus, hubungan ku dan Satria tak pernah lagi sama. Dia sering terlihat tapi tak bisa aku jangkau. Dia dekat tapi sekaligus jauh. Sekarang yang dekat denganku justru Rian.
Tanpa kata dia berusaha ada. Tanpa bualan dia menjadi sandaran.

Selintas aku melihat Satria. Entah keberanian dari mana aku ingin bicara dengannya. Aku tak tau kenapa Satria seolah marah dan ingin menghindar.

" Satria tunggu. Aku mau bicara bisa ?"

" Mau bicara apa hah ???!! Satria malah bertanya sinis. Hilang sudah Satria temanku dulu. Satria enggak pernah sekalipun bicara seperti ini ke aku.

" Kamu kenapa sat.. ?? Aku tanya baik- baik mau bicara sama kamu. Tapi begini Respon kamu ?? "

" hahhh... kamu tanya tu sama Pacar kamu." Satria pun berlalu setelah mengatakan kalimat yang tak aku pahami. Pacar mana. Siapa.  Hahhhhh aku pusing. Mau pulang sajalah.

Saat ku putar tubuhku. Aku melihat Rian. Sorot matanya menyimpan amarah. Haduhhh ini Rian kenapa lagi. Belum selesai Satria. Ini malahan Rian enggak jelas juga. Udah lah fix mau pulang.

" Mau pulang kan ?? Aku anterin Farah. " Rian menghampiriku saat melihat aku mendekat.

" enggak usah. Aku mau pulang sendiri aja."

" Aku antar. "
Haduhhh ne Rian sejak kapan jadi tukang paksa gini. Dulu awal - awal dekat dia santai aja anaknya. Yaudah terserah Rian ajalah.

" Kamu putus sama Satria ". Rian membuka obrolan saat motornya mulai melaju.

" Enggak. Pacaran aja enggak, gimana mau putus."

" ohhhh ". Rian merespon singkat.

Tak ada obrolan lagi sampai kami di rumahku. Aku juga malas mau memulai bicara. Saat aku turun pun tak menawari Rian untuk mampir. Aku sedang malas. Mau istirahat. Pusing memikirkan perubahan sikap Satria.


Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang