Ego

4.1K 8 5
                                    

Besar kesalahanku besar lagi keegoanmu
Berkali ku beri alasan berkali-kali kau menolaknya
Kau ingin ku menyatakan
Diri ini bagai lilin
Dan terbakar oleh perbuatanmu

Suasana sepi kini menambahkan bening
Di dalam hatiku
Mengadil silapmu biar di jiwamu aku telah tiada
Di waktu begini diusik kenangan silam
Yang bertandang
Lalu ku biarkan
Ia menabahkan hati ini

Kekasihku cukup engkau buat ku begini
Luka ini usah engkau berdarahkan kembali
Aku masih cinta padamu
Aku masih setia padamu
Kembalilah engkau padaku seperti dahulu

Lagu Dato' Siti Nurhaliza kembali berputar di Playlist Mp3 ku. Ku putar. Ku ulang. Hingga aku hafal. Bagaimana tak hafal jika lagu itu mewakili kisah ku dan lagu itu juga setiap hari yang kuputar.

Ego.
Satria tetap menikah dengan Tiara. Sebesar itu Ego Satria. Ego sebagai adik yang merasa bertanggung jawab kepada dendam kakaknya. Ego lelaki nya yang tak bisa menerima aku yang nyatanya adalah mantan Istri Rian. Aku tau itu karna sebelum pernikahan itu terjadi. Satria menemuiku. Mengatakan tak akan pernah ada Kita diantara aku dan dia. Dia tak pernah bisa melupakan fakta aku pernah menjadi istri Rian. Aku coba jelaskan lagi dan lagi. Tapi nyatanya ego itu sudah terlalu dalam menguasai Satria.

Aku juga terus berfikir, apa memang sebesar itu kesalahanku. Salah karena terlalu cepat percaya Rian dan mengabaikan perasaan Satria. Kesalahan yang berujung pengorbanan Satria. Karena dia berpikir abang nya itu mencintaiku. Kesalahan yang membuat Satria rela membakar dirinya di api dendam Rian.
Bukankah Satria juga salah. Kenapa tak pernah mengatakan perasaannya ?? Kenapa tak pernah berjuang untukku ?? Ahhh aku lelah berputar di pertanyaan yang sama. Lagipula pernikahan itu telah terjadi. Satria dan Tiara

5 bulan sudah mereka menikah. Dan aku tau, aku tak punya kuasa mengubah keputusan Satria. Mungkin memang tak pernah akan ada kisah ku dan kisah Satria. Kisah kami berpisah di persimpangan jalan.

Aku masih beraktifitas seperti biasa. Hanya satu yang tak berubah, lagu itu. Lagu yang mewakili hati dan kisah ku. Tak lama pintu ruanganku di ketuk.

" Mbak. Ada tamu. Namanya buk Siska. Tapi belum buat janji." Salah satu staff ku muncul di depan pintu.

" Siska ?? Saya enggak punya teman atau kenalan dengan nama itu."

" Tapi tadi dia pesan ini penting mbak. Aku suruh tunggu di ruang meeting." Aku hanya mengangguk.

Aku terdiam sejenak. Menggali memori tentang siska.
Siska.
Siska.

Sepertinya aku pernah tau nama itu. Tapi dimana. Tak kutemukan jawabnya. Kuputuskan keluar ruangan menuju ruang meeting. Dan membuka pintu. Dari yang kulihat ibu ini sudah berusia 50 an. Tapi masih tetap tersisa kecantikan masa lalunya.

" Dengan ibu Siska ?? "

" Iya benar. Apa ini nak Farah ??"

" Ya, saya Farah. Hmmm maaf buk saya lupa kita pernah kenal dimana ?? Saya tidak ingat apa pun tentang ibu."

" Kita memang tak pernah bertemu. Saya tau kamu dari Satria. Saya tau kamu dari lirih doa nya. Saya tau kamu dari malam-malam resah yang Satria lalui beberapa tahun lalu"

Ibu ini ??? Apakah ibunya Satria ?? Dari suaranya memang sama dengan yang ku dengar di ruang meeting rumah mereka.

" Mungkin kamu menebak saya ibu Satria ?? Tebakan kamu enggak salah. Maafkan saya mengganggu waktu kerja kamu. Mungkin kamu sudah tau masa lalu itu. Rian dan Satria bersaudara.
Tujuan saya kesini ingin meminta maaf. Mungkin kita memang tak pernah bersinggungan secara langsung. Tapi karena ulah saya di masa lalu kamu ikut masuk di pusaran api dendam Rian. Saya minta maaf untuk semua luka dan sakit yang kamu rasakan Farah. Saya tau kamu dijadikan tumbal untuk menyakiti keluarga kami. Kamu dan Satria. Kalian harus terpisah dan mengalami semua penderitaan ini karena perbuatan saya di masa lalu. Karena perbuatan murahan saya merebut suami orang. Suami ibu nya Rian."

Sekarang aku ingat. Aku pernah tau nama Siska dari surat dan buku ibunya Rian. Nama itu ada di sana.

" Sudahlah Buk, menyalahkan diri sendiri tak akan mengembalikan apa yang sudah terjadi. Saya sudah maafkan semuanya. Saya juga sudah lepas dari Rian. "

" Rian boleh hancurkan saya. Boleh membunuh saya. Tapi jangan sentuh Satria. Satria satu-satunya anak saya. Saya hanya seorang ibu yang ingin anak nya bahagia. Dan bahagia Satria bukan dengan Tiara. Wanita yang dikirim Rian untuk menghancurkan keluarga kami. Saya enggak tau lagi harus bercerita dan minta tolong kemana. Yang saya tau kamu dan Satria saling cinta. Saya tau dari pembicaraan Rian dan Tiara. Mereka menjadikan kalian alat dendam masa lalu Rian. Biarkan saya beritahu satu hal. Biarkan saya membuka rahasia ini."

" Rian tau, kalau dia menyakiti saya ataupun ayahnya itu tak akan pernah setimpal dengan deritanya. Saya dan Mas pram sudah minta maaf. Memohon agar tak mengganggu Satria. Bahkan saya rendahkan harga diri saya bersujud di kaki Rian. Tapi ternyata dosa kami sudah terlalu tebal. Rian tak perduli. Dia susun rencana. Dia minta bertemu Satria. Satria polos menerima semuanya. Dia senang ternyata memiliki saudara lelaki. Itu impian nya sejak dulu. Dia bosan menjadi anak tunggal.
Satria tulus menerima Rian. Menyayanginya. Tapi Rian justru menjadikan Satria alat untuk menghukum kami dengan cara melukai Satria.
Hati orang tua mana yang tak hancur, saat perlahan melihat anaknya hancur, Satria sempat depresi setelah Rian menikahimu. Dia tak pernah jatuh cinta sedalam itu kepada wanita. Rian tertawa puas melihat adiknya menderita. Berkali-kali kami memohon Rian agar melepasmu, membiarkan Satria dan kau bahagia. Tapi permintaan kami hanya disambut tawa mengejek. Hati saya sakit melihat itu semua. Melihat Satria harus menjalani serangkaian pengobatan jiwa. Satria melewati berbulan-bulan untuk membuat jiwanya pulih. Dia berhasil keluar dari sakitnya."

Aku kaget mengetahui rahasia ini. Aku tak tau Satria depresi. Mama Satria menghentikan sejenak ceritanya. Meneguk air mineral yang memang selalu ada di ruangan ini.

" Saya kira selesai sudah semuanya. Keluarga kami terseok-seok bangkit. Satria kembali ke tengah hangat nya keluarga. Walaupun Satria tak pernah lagi sama. Dia tak seceria dulu, lebih memilih menutupi semuanya. Lebih banyak diam. Saya kira badai itu sudah reda. Tapi saya salah. 8 bulan lalu Satria datang lagi. Mengajukan ide pernikahan itu. Saya tau ini rencana lainnya. Tak pernah ada ketulusan di kata-kata ataupun tatapannya. Apalagi Rian memaksa tinggal di rumah kami. Dia pasti ingin melihat kehancuran kami dari dekat. Saya takut farah. Saya takut Satria kembali depresi. Dia memang menikah dengan Tiara. Tapi kau tau apa. Di depan kami justru Tiara bertingkah mesra dengan Rian. Saya tau tak pernah ada cinta di hati Satria untuk Tiara. Tapi suami mana yang harga dirinya tak terinjak melihat Istrinya bermesraan dengan abangnya. " Ibu siska terisak diujung kisahnya. Pasti berat harus menceritakan semunya kepadaku. Dan lebih berat lagi harus menyaksikan semuanya.

" Tolong saya Farah. Tolong. Bantu Satria keluar dari rumah kami. Biar saya dan mas pram yang terbakar di rumah itu. Tapi jangan Satria. Saya mohon Farah. Satria sudah menunjukkan gejala itu. Gejala depresi. Saya takut nak.. " Ibu Siska kembali bersuara, menangis dan menggenggam tanganku.

Gila. Ego dan api dendam sepenuhnya sudah membakar Rian. Melumpuhkan hati dan akal nya. Lihatlah wanita ini, yang justru melempar semua ego nya hanya untuk meminta pertolongan dari ku. Tapi aku bisa apa ?? Kalau Satria saja menolakku.

" Bu.. Saya bisa apa bu. Saya sudah mencoba membatalkan pernikahan itu. Satria tak mendengarkan. Saya bahkan sudah pasrah. " aku berkata lemah.

" saya minta maaf buk. Saya enggak bisa bantu. Bagaimana saya akan berjuang. Jika Orang yang saya ajak berjuang justru memaku pendiriannya di rumah itu. Saya enggak bisa buk. Saya enggak akan melakukan kesia-sia an lagi. Maaf. "

" Baiklah. Tentu kamu berhak menolak. Saya tak bisa memaksa. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk orang tua ini. Hati saya hancur nak Farah. Kemana lagi saya harus minta tolong. " Buk Siska berdiri dan keluar ruangan

Aku kembali ke ruangan ku. Mencerna semua informasi yang aku terima.
Satria depresi. Pernah Depresi. Sedalam itu kah cintanya untuk ku ??
Dan istrinya, Tiara.
Yang justru bermesraan dengan Rian di depan mata Satria dan keluarganya. Rian benar - benar akan menghancurkan keluarga itu dari dalam
Apa keputusan ku menolak membantu keluarga itu sudah benar ??? Apa aku akan sanggup menerima kenyataan seandainya Satria kembali depresi ??

Sejak pertemuan terakhir itu. Aku sudah bertekad tak akan mengurusi keluarga itu lagi. Tapi kedatangan Buk Siska sedikit banyak mengganggu pendirian ku.
Akan kah aku sanggup menghadapi penolakan Satria ?? Apa aku sanggup melakukan kesia-sia an sekali lagi ?? Usaha terakhir ku ??
Apakah aku akan tetap dengan Ego ku atau melemparnya jauh hanya untuk menggapai cintaku ?? Satria Ku.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang