Di sisi

332 8 0
                                    

Saat aku masih berselimut duka, masih berteman air mata, yang ada di sisiku bukan Satria. aku tak melihatnya datang untuk berbelasungkawa. Tapi Rian, pria itu selalu ada mulai dari jam 10 an sampai jam 8 malam. Tak banyak kata terucap, hanya sekedar duduk menemani kesedihanku. Setiap hari dia lakukan itu selama 1 minggu aku mengambil jatah cuti kerja.

Perlahan kesedihan itu terkikis. Sudah beberapa bulan sejak kepergian bapak. Dan selalu Rian yang ada di sisiku. Aku tak tau kerja dimana Rian ini, kenapa bisa tiap hari menemuiku.

" Mau pulang ke Rumah atau mau langsung ke Kampus ?" Rian bertanya di parkiran motor RS Kasih Ibu. Sejak kepergian bapak Rian rutin menjemput dan mengantarku pulang tanpa aku minta. Beberapa kali aku tolak. Tapi dia tetap muncul. Lagi dan lagi. Aku lelah menolak, jadi ku biarkan saja.

" Ke rumah dulu ya. Gerah. Tadi kan sempat mati lampu. Jadi ni badan lengket. " Aku menjawab sambil memakai helm.

20 menit kemudian kami sampai di rumah ku. Rian tanpa kutawari langsung ikut masuk.

Ibu sudah terbiasa dengan kehadiran Rian. Diawal - awal ibu malah beranggapan aku dan Rian berpacaran. Aku tegaskan bahwa kami hanya teman. Sepertinya ibu menaruh harapan Rian bisa menjadi bagian dari keluarga kami. Tapi.di hatiku masih ada Satria.  Aku lelah memikirkan Satria. Dia semakin tak kukenal. Bila bertemu hanya tatapan sinis yang aku terima. Entah apa yang salah

Rian yang tanpa banyak kata selalu mendampingiku. Selalu ada buat aku. Apa aku pindah hati ke Rian aja. Tapi dia tidak pernah membahas soal perasaan. Apa sikapnya hanya karna kami berteman tanpa ada rasa yang lebih.

" Melamun apa ?? " Rian mengganggu lamunan ku.

" ehhh.. enggak kok. Aku mau tanya sama kamu. Kamu itu kerjanya apa sih ?? Kok jam kerjanya fleksibel banget. Kadang senin kamu bisa temenin aku seharian. Kadang minggu malah sibuk banget. Aku mau tanya tapi lupa terus."

" Aku punya usaha kecil-kecilan lah. Jual komputer gitu. Sama Design Software gitu-gitulah." 

" Ohhhh.. pantesan waktunya bebas gitu. "

Rian tersenyum. Kadang aku merasa aneh. Rian ini senyum nya aneh. Bukan tipe senyum yang buat meleleh. Tapi senyum misterius gitu. Aku mau tanya tapi enggak enak.

Kelak urusan perasaan dan senyum aneh Rian baru ku ketahui beberapa bulan kemudian.


Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang