Pergi

333 9 0
                                    

Sekarang aku sudah ada di semester 7. Tak terasa sebentar lagi akan wisuda. Rasanya tidak sabar. Aku ingin malam-malam panjang di kampus segera berakhir. Karena bukan perkara mudah kuliah malam dan siang harinya harus bekerja. Aku lelah secara fisik dan pikiran.

Tapi ada yang lebih menyita perhatian ku. Bapak, beberapa tahun terakhir bapak di vonis punya penyakit jantung. Bapak harus hidup dengan ketergantungan obat. Operasi pun tak bisa dijamin keberhasilannya. Itu yang dokter sampaikan.

Hingga di akhir Januari. Bertepatan dengan Perayaan Imlek. Di suatu sore, bapak mengalami serangan jantung. Tepat saat azan Maghrib. Ya Allah itu rasanya kaki ku tak berpijak di bumi. Tubuhku luruh.
Bapak cuma sempat berpesan di sela sela suara nya yang terputus putus, agar aku dan ibu tak meninggalkan shalat.

Pergi.
Bapak ku pergi.
Sandaranku
Cinta pertamaku
Tulang punggungku
Bapak pergi untuk selamanya.

Aku dan ibu menangis.
Dengan langkah gontai aku coba berdiri dan memberi tahu tetangga ku mengenai kepergian bapak. Setelah itu biasanya akan diumumkan melalu pengeras suara di mesjid.

Aku kembali ke rumah. Ibu menangis. Kepeluk tubuh ibu. Suram mengungkung rumah ku. Aura kesedihan memeluk rumah ini.
Perlahan aku ambil kain panjang menutupi tubuh bapak.

Malam ini banyak saudara, tetangga bahkan kenalan kami datang. Mengucapkan bela sungkawa. Mencoba meneguhkan hati dengan satu dua nasehat. Tapi aku seperti tak mendengar. Aku menangis dalam diam. Aku terisak dalam sesak.

Pak. Bahkan tubuh bapak masih di hadapan ku. Terbujur kaku
Tapi....
Aku sudah Rindu.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang