Bertahan

4.3K 8 0
                                    


Nyatakah Pria di depan ku ini ?? Atau ini hanya wujud dari khayalan ku saja ?? Nyatakah hadirnya Lelaki ini ?? Atau hanya bayangan karena harapan semu yang selalu ku pupuk setiap malam ?? Tapi aku masih waras dan sadar, jadi aku yakin kehadiran lelaki ini nyata.

4 tahun tak melihatnya. 4 tahun aku membayangkan akan bagaimana jika kami bertemu. Tak pernah sekalipun aku memikirkan akan seperti ini skenario pertemuanku dan Satria.

S a t r i a.. 
Baru aku sadari bibirku seakan beku saat ingin menggumamkan satu kata itu.  Namanya hanya hadir menjelang malam-malam sesak ku. Namanya hanya hadir dalam lirih doaku. Tak pernah aku suarakan dengan lantang. Setelah 4 tahun tanpa komunikasi, aku bingung berinteraksi dengannya. Bingung menyapanya. Lihatlah, dia yang aku rindu berdiri tenang di hadapanku. Tapi aku segera tersadar, bahwa tak punya banyak waktu untuk menjeda pertemuan kami. Jadi aku memutus lamunanku dan maju ke arahnya.

Dari yang kulihat banyak perubahan dari Fisik Satria. Wajah itu semakin tegas. Ditumbuhi sedikit rambut di bagian dagu menambah kesan wibawa. Sorot mata yang tenang. Satria tak menunjukkan keterkejutannya saat melihatku. Ahh ya aku tau, ruangan ini memiliki foto ku dan staff di beberapa figura. Pasti Satria melihatnya.

" Maaf Bapak lama menunggu, silakan duduk." Aku memutuskan melanjutkan kalimat yang terpotong tadi dan  menggunakan bahasa formal. Karena dia datang kesini tentu bukan khusus menemuiku, dia punya kepentingan dengan usaha ku, Uniq Florist.

Satria kembali duduk. Sorot mata itu tak lepas dari wajahku. Mendadak aku ingin menangis. Aku rindu Pria ini. Ya Tuhannnn. Biarkan aku bertahan sesaat. Biarkan aku selesaikan pertemuan bisnis ini.

" Dari salah satu staff, saya dapat informasi bahwa Bapak ingin memesan bunga untuk acara keluarga ??" Aku harus banyak berbicara agar mataku tak punya waktu untuk meneteskan air mata.

" Iya benar. Sebenarnya Saya masih bingung mau bunga apa ?? "

Sepertinya Satria mengikuti gaya bahasa formalku. Mungkin dia tak punya waktu berbasa basi untuk sekedar mengenang kedekatan kami dulu. Mungkin perasaannya pun sudah luntur oleh waktu. Atau mungkin dia malah sudah tak mengenaliku.  Bukankah 4 tahun waktu yang lama untuk memproses hati dan pikiran agar bisa melupakan. Tapi juga waktu yang lama bagiku yang masih memeluk rindu.

" Kalau boleh tau, ini untuk acara apa ya pak ?"

" Lamaran. Punya ide bunga apa bagusnya ??"

Dia menjawab singkat, tapi cukup sudah meruntuhkan harapan ku di malam-malam penuh sesak itu. Cukup sudah menjawab setiap resah malam ku. Dan sangat cukup untuk meruntuhkan pertahanan yang tadi mati-matian aku jaga.

Aku memutuskan permisi keluar. Dan terburu-buru menuju ruanganku. Aku butuh sedikit ketenangan. Air mata itu jatuh. Pelan. Aku tak boleh terisak. Aku harus kuat. Harapanku terbanting ke ke sudut keputusasaan. Anganku melayang ke tepian duka.
Satria mungkin memang hanya akan jadi kenangan. Aku harus menguasai diri. Aku harus tahan laju air mata yang semakin susul menyusul mendesak ingin keluar. Aku harus tahan. Menunda sejenak selebrasi berduka ku. Biar aku tahan semuanya. Biar, biar semakin sesak hatiku. Aku menghapus air mata. Dan menuju ke kamar mandi. Aku harus menyegarkan wajah. Memoles bedak tipis dan lipstik nude agar tak terlihat pucat selepas menangis. Aku butuh 5 menit lagi untuk menetralkan semuanya. Ku tarik nafas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan sambil mensugesti pikiran bahwa aku mampu menghadapi Satria.

Oke aku siap kembali menghadapi Satria. Berjalan pelan dan membuka kembali pintu itu. Satria masih menunggu sambil memainkan HP nya.

" Maaf Pak. Tadi saya ada sedikit urusan. Mengenai pertanyaan Bapak tadi umumnya klien kami menggunakan bunga mawar putih. Untuk melambangkan cinta yang tulus. Tapi kalau meminta saran saya lebih baik menggunakan bunga tulip melambangkan cinta abadi dan juga ketulusan. Dan orang jarang menggunakan bunga tulip."

" Saya bisa lihat contoh bunga nya ??"

Aku menyerahkan album berisi bunga tulip. Posisi duduk kami tidak berhadapan tapi bersisian, jadi aku agak menggeser kursi mendekati Satria. Saat aku menggeser album itu. Tanganku menyentuh tangan Satria. Aku tak sengaja. Satria terlihat biasa saja. Seolah tak terasa oleh sentuhan sesaat tadi. Tapi bagiku yang memendam rasa, itu adalah kebahagiaan. Yang aku sadari akan menjadi terlarang. Aku tak boleh mencintai calon suami orang. Aku harus bisa mengendalikan diri dan perasaan ku.

" Oke saya pilih Tulip Putih."

" Baik. Akan saya proses. Ini mau pesan berapa banyak ?"

" Saya mau pesan untuk 2 spot di ruang tamu. Dan 1 di ruang makan. Nanti hanya acara keluarga saja. Jadi saya tidak butuh terlalu banyak."

" Oke sebentar saya hitung totalnya. Bapak bisa bayar DP dulu atau melunasi semua."

Aku menyerahkan angka total semua pesanan Satria. Dari pembicaraan lanjutan kami, aku tau acara itu diadakan ujung minggu ini. Tepatnya minggu malam. Satria memutuskan melunasi semuanya. Dan sebelum meeting berakhir Satria menyerahkan kartu namanya. Mengatakan jika ada yang ingin ditanyakan silakan hubungi nomor yang tertera. Hanya aku balas dengan anggukan dan sedikit senyum. Mungkin yang terlihat justru senyum kaku. Aku tak perduli. Yang aku perdulikan adalah aku berhasil menyelesaikan urusan bisnis ini dengan baik. Baik di sisi pekerjaan. Tapi buruk dari sisi hati ku. Di dalam sini aku menimbun derita. Aku butuh pelampiasan.

Setelah Satria pamit. Aku juga pamit ke staff ku. Dan mengatakan aku tak kembali ke kantor. Aku melajukan mobilku ke arah pusat wisata Ocarina. Aku butuh sendiri. Dan pilihan baiknya bukan ruangan kantor ku. Aku butuh tempat terbuka untuk melepas semua, untuk mengeluarkan desakan air mata yang tadi tertunda.

Sampai Ocarina. Aku hanya menepikan mobil di tepi jalan. Pemandangan laut sejauh mata memandang. Ku tundukkan kepala di kemudi, dan wajah tenang itu hadir di ingatan ku. Sosok nya. Wajahnya. Senyumnya. Sorot matanya.
Apa aku akan sanggup menatapnya lagi. Ini kerjasamanya dengan aku. Jadi nanti aku pasti yang harus cek ke lapangannya. Ingin aku serahkan semua nya ke staff lain. Tapi mereka juga sibuk. Aku tak mungkin tega menambah kerepotan. Apalagi weekend Uniq Florist kebanjiran orderan. Aku harus bagaimana ??

Aku pernah membaca kata-kata bijak ini. Hadapi semuanya. Semenyakitkan apa pun itu. Bukan malah melarikan diri. Karena dengan lari yang tampak di permukaan adalah semuanya selesai, tertutupi. Tapi sejatinya kita masih menyimpan luka.

Perlahan isak tangis itu mengungkung ku. Sesak itu menguap, menjelma menjadi tetes air mata. Biarlah saat ini aku menangis. Biarlah aku ratapi ... .
Rindu ini
Kenangan ini.
Perasaan ini.
4 tahun aku memeluk semuanya. Jika Satria memang bukan untukku. Maka aku putuskan tak akan membunuh semuanya. Akan aku peluk. Sama seperti 4 tahun ini. Hanya satu yang akan aku singkirkan.
Harapan.
Biarkan aku tetap memeluk semuanya tanpa ...
harapan.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang