Menyesal

3.7K 7 0
                                    

Hubunganku dan Mas Firman berjalan 3 bulan dan sejauh ini lancar. Kami sama-sama membuka diri untuk mengenal lebih jauh. Untuk memahami lebih dalam. Mas Firman sungguh terlihat menyayangiku, aku tak bisa pungkiri, perhatiannya perlahan menguasai diriku. Aku suka interaksi dengannya. Walau masih terlalu dini untuk aku mengatakan cinta. Kami sama-sama tak ingin membuat hubungan ini terburu-buru.

Kami sering jalan berdua. Makan. Nonton Film. Layaknya pasangan lain. Tapi sudah 2 hari ini aku tak bertemu Mas Firman. Dia pun hanya 3 kali mengirim pesan WA singkat. Memberitahu bahwa ada pasien baru yang mengalami depresi berat.

Ini sudah hari ke 5 aku tak berjumpa Mas Firman. Jadi aku putuskan akan memberi kejutan untuk mampir ke RSOB tempat dia praktek. Aku datang jam 11.30, sebentar lagi jam makan siang, aku membawa Ayam goreng kesukaannya. Di pintu depan aku bertemu beberapa perawat yang kukenal. Aku memutuskan bertanya pada salah satunya.

" Suster Ani.. Dr Firman ada di ruanganya ??"

" Ohh lagi visit kayak nya mbak. Tapi jam segini biasanya udah mau selesai Visit nya. Mbak Farah lurus aja ke depan. Nanti belok kanan. Dr Firman visit di ruangan 301."

" Makasih ya sus."

Aku melangkahkan kaki ku ke ruangan yang tunjukkan suster tadi. Aku putuskan menunggu di luar ruangan. Tapi samar aku dengar suara. Suara milik Mas Firman.

Tak lama pintu terbuka. Dan... .
" Nak Farah... . "

" Bu Siska .. "

" Loh.. kamu disini dek.. ?? Bu Siska kenal Farah ?"

" Kenal dok."

" Siapa yang sakit bu ?"

" Satria."

" S a t r i a. . . ?? Kaki ku lemas. Makan siang yang aku bawa lepas dari genggamanku. Bu siska menangis dan memelukku.

" Satria enggak sanggup menahan semuanya Nak. yang jadi puncak dari depresi Satria adalah Mas Pram ayah nya meninggal, setelah tau Tiara ternyata juga berstatus istrinya Rian. Dan Tiara hamil anak Rian. Satria lelah menanggung semuanya. Memutuskan lebih banyak berdiam diri di kamar. Pelan tapi pasti sebulan terakhir Satria bahkan tak mau bicara. Hanya lirih menyebut nama kamu. Dia merasa bersalah kepada Ayahnya. Karena ide Rian, Satria menikahi Tiara. Bukannya dendam itu padam. Justru Satria merasa menjadi perantara meninggalnya ayahnya. Satria juga merasa bersalah padamu. Dia tertekan sebagai anak dan sebagai seorang lelaki.

" Maaf bu.. Maaf." Aku pun terisak dan terduduk. Mas Firman hanya diam. Dia pasti bingung dengan semua ini.

" Jadi Farah yang sering di sebut oleh Satria itu Farah yg ini bu ??" Mas Firman membuka suara.

" Iya Dok. Farah yang ini. Ibu malu mau minta bantuan nak farah lagi. Ibu takut ditolak lagi. "

Aku memang telah menceritakan perihal mantan suamiku. Tapi tentang perasaanku untuk Satria, tentang permintaan Bu Siska beberapa bulan lalu, belum pernah aku ceritakan.

" Mas.. aku mau lihat Satria boleh ??"

Ada keterkejutan di mata Mas Firman. Tapi insting dokternya mengambil alih. Dan membimbingku bangkit menuju kamar Satria.

Diranjang itu Satria terbaring. Tubuhnya kurus. Dia tertidur.

" Tadi baru mas kasih obat penenang. Mas tunggu di luar."

Mas Firman meninggalkanku. Aku melangkah mendekati ranjang itu.
Satria. Maafkan aku. Aku tak berani mengambil kesempatan itu. Kesempatan yang di tawarkan ibu mu.

Perlahan aku menyentuh rambut bergelombang Satria.
" Rambut kamu sudah panjang Sat. Nanti aku gunting kamu mau ya ?? . Aku enggak suka liat kamu gondrong gini. Kamu pernah bilang mau coba aku yang pangkas rambut kamu. Tapi kamu jangan marah kalau hasil pangkasanku malah buat kamu tambah jelek." Aku mencoba tertawa dalam sesak. Bagaimanalah ini, pria yang namanya masih aku simpan di sudut hati. Terbaring lemah karena suntikan obat penenang. Bagaimanalah aku akan bisa membuka hati jika sekarang bukan cuma sudut, penuh sudah hatiku dengan namanya. Cintaku meminta haknya. Cintaku ingin Satria.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang