5

88.8K 6.8K 119
                                    

Jika kau bertanya tentang kisah bahagiaku, jangan harap aku menceritakannya. Ingat pun tidak. Tapi jika kau bertanya tentang kisah sedihku, aku bisa menjabarkannya sampai kau bosan. Sampai kau lelah dan menjauh, karena aku tahu.. Kau tidak sungguh-sungguh mengerti, hanya akan menganggap remeh kisahku.. Apa aku benar??

🍃🍃🍃

Marsha berdiri didepan rumah yang menyimpan banyak kisah untuknya. Entah itu suka atau pun duka. Sungguh, ia merindukan rumah ini.

Tok..tok..tok..

Marsha mengetuk pintu kayu itu beberapa kali. Kalau saja tidak dikunci, ia bisa langsung masuk kedalam.

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan sosok sang ibu. Ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.

Tidak ada senyuman.

Tidak ada tatapan kerinduan.

Itu sudah biasa..

"Ibu"

Marsha mengulurkan tangan, meraih tangan sang ibu untuk menyalaminya. Namun, saat itu juga langsung ditepis kasar.

Sakit yang sudah biasa.. Hah!

"Tia...bawa tas itu kemari!"

"Ada apa ini ibu? Apa aku tidak boleh masuk? Aku sudah rindu rumah"

tidak ada jawaban..

"Tia..cepaaat!"

Kebingungan melanda Marsha, hingga matanya menangkap sang kakak sedang membawa satu buah tas ransel. Marsha cukup tau tas itu. Tas lusuh yang dulu selalu menemaninya menimba ilmu.

"Berikan padanya!" perintah si ibu pada Tia yang berada disebelahnya.

Tia melempar tas itu dibawah kaki Marsha seraya memandang sinis sang adik.

"Apa maksudnya ini ibu?" tanya Marsha..

"Kurasa kau bukan orang bodoh. Tas itu berisi seluruh pakaianmu"

Marsha kaget, menatap tak percaya pada ibunya "ibuu.."

"Kau tidak berhak lagi menginjakkan kaki dirumah ini" tegas sang ibu seraya bersendekap dan menyender dipintu.

"Kenapa ibu? Kumohon jangan.. Aku masih ingin disini" Marsha meraih tangan ibunya yang lagi langsung ditepis begitu saja.

"Bukankah calon suamimu kaya? Tinggal saja dengannya? Kau senang kan akan jadi nyonya disana sampai lupa keluargamu?" Marsha menggelengkan kepalanya, menolak pemikiran sang ibu, "kau bahkan tidak mau memberi uang kepada kami lagi, sombong sekali dirimu. Tidak ingatkah kau siapa yang membesarkanmu, hah?"

"Aku tidak punya uang ibu, sungguh. Aku belum gajian" bela Marsha

Tapi tetap saja, ibunya tak mau tau..

"Pembohong, calon suamimu itu kaya? Mana mungkin kau tak punya uang? Dasar perempuan picik. Sekarang pergi dari sini, aku sudah muak denganmu. Pergii!!" usir ibunya sekali lagi..

"Tidak ibuu.. Biarkan aku disini" mohon Marsha..

"Ayah bilang pada Ibu, aku ingin disini" ayah Marsha yang baru muncul akibat mendengar teriakan sang istri langsung melengos pergi begitu saja, menghiraukan permohonan putrinya.

Meski begitu Marsha tidak menyerah, ia memandang kakak dan adiknya "Kakak, adek,.."

"Cih, mengganggu saja. Ayo masuk, kak!"

Belum sempat Marsha berbicara, kedua orang itu pun pergi. Mereka sama sekali tidak perduli padaa.

Air mata mengalir deras, ini lebih menyakitkan daripada perlakuan dua sahabatnya serta Andrean suami terpaksanya..

Pengganti ( Selesai ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang