Scare

223 30 17
                                    


"Okey. Dimana cacar airmu?" Tanya orang itu. "Apa didalam mulut?"

"Diam kau pendek!"

Sejak tadi aku hanya diam sambil memandangi pohon-pohon rindang di pinggir jalan.

Intinya yang terjadi tadi adalah.

Aku gagal kabur.

Tertangkap oleh Jimin.

Dan dipaksa mengikutinya merencanakan pernikahan seperti anak ayam bodoh yang barusaja keluar dari dalam telurnya.

Dia bilang hari ini akan melakukan fitting baju pengantin dan mendatangi hotel yang akan jadi tempat pernikahan kami.

Oke, jika bukan karena ibuku di rumah, aku tidak akan mau ikut dengannya.

Aku tidak pernah pergi dalam waktu lama bersama orang asing. Lagipula ibu bilang, orang asing itu berbahaya.

"Aku bukan pedofil. Jadi jangan takut padaku." Katanya sambil mengusap rambutku lembut.

Iya, kau bukan pedofil. Tapi lebih parah dari pedofil. Lebih menakutkan, lebih sadis, dan bahkan lebih menjijikkan.

Aku takut padamu lebih dari apapun. Dan mendengarmu mengatakan itu membuatku lebih takut padamu.

"Apa buruknya pernikahan ini hm?" Tanyanya.

Sangat buruk. Lebih buruk daripada melihat film thriller yang notabenenya sangat kubenci dan kutakuti.

Huh!
Aku geram.

"Kau mau makan dulu?" Jimin melirikku sebentar, "sebelum ke butik?"

Makan?

Itu artinya dia akan berhenti dan aku akan keluar. Itu artinya..

Aku bisa kabur.

Dengan semangat aku mengangguk sambil tersenyum cerah yang pastinya itu hanyalah kedok untuk menutupi rencanaku selanjutnya.

Jimin tertawa pelan kemudian menambah kecepatan mobilnya.

Tak butuh waktu lama, kami sudah sampai di salah satu kedai tteokkbeokki di ujung jalan.

Jimin turun lebih dulu. Aku melihat dia memutari mobilnya sebentar kemudian keluar setelah pintu disampingku dibukakan olehnya.

Seperti malam itu, dia mengulurkan tangan didepan wajahku, menawarkan padaku untuk bergandengan tangan.

Okey,
Hanya untuk kabur.

Kami berjalan beriringan menuju kasir.

Seorang gadis seumuranku menyapa kami dengan senyum dibalik meja.

"Ada yang perlu saya bantu?" Ucapnya kemudian.

"Kau mau apa hm?" Kali ini Jimin yang bicara.

"Apa saja." Kataku seadanya.

Sejujurnya aku agak tidak nyaman dengan genggaman tangan kami. Dan..

Aku tidak bisa kabur Jimin jika kau terus memegang tanganku.

Saat Jimin sedang sibuk mengucapkan pesanannya pada pelayan gadis itu, aku berbisik, "Jimin. Bisa tolong lepaskan tanganmu." Aku menarik nafas sebentar, "aku tidak nyaman."

Dia melirikku sekilas kemudian menggeleng mantap.

"Kau akan kabur kan?"

Iya.

Him [Park Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang