"Oh sayang, bibirmu kenapa?"
Ibu Jimin bertanya histeris saat aku dan putranya sampai di butik.
Ya, sesuai rencana. Kami akan fitting baju pernikahan pukul 10 pagi ini.
Setelah itu melihat gedung yang akan jadi tempat pernikahan kami.
Intinya, kami akan melakukan rencana yang tertunda karena Yoongi kemarin.
Aku menggeleng pelan kemudian menyentuh sudut bibirku yang terdapat luka kering, "gwaenchanayo.." lalu aku berpikir harus memanggil wanita dihadapanku ini dengan sebutan apa. (Aku baik-baik saja.)
"Eomma." Timpal ibu Jimin, "panggil aku eomma sayang." Kemudian dia membelai surai hitamku lembut. (Ibu.)
Kemudian aku mengangguk.
"Ah, ada apa dengan bibirmu? Kau belum menjawab eomma sayang."
"Ah hanya.." aku melirik Jimin sedikit meminta bantuan.
Hingga akhirnya aku bersyukur ia mengerti dan menjawab, "dia tidak sengaja menggigit bibirnya saat makan denganku kemarin eomma."
"Omo! Ya! Adeul! Kenapa kau tidak menjaga uri Haeun dengan baik huh?" Nyonya Park memukuli punggung putranya dengan telapak tangan. Cukup keras hingga menimbulkan bunyi yang membuat orang-orang melihat kearah kami. "I-jassik!" (Astaga! Anakku! // Anak ini!)
"Eomma mianhae huh? Aku kan juga tidak tau bagaimana dia bisa mengigit bibirnya." (Maafkan aku ibu huh?)
"Hish geurado~" (Hish tetap saja~)
"Ah gwaenchanayo." Aku menengahi pertengkaran anak dan ibu itu.
Jika dipikir-pikir aku juga pasti akan menanggung malu jika pertengkaran mereka benar-benar meledak.
Nyonya Park menghela nafas pelan.
"Ini tidak akan selesai begitu saja Jim."
Kemudian Nyonya Park mengalihkan pandangannya ke arahku, "ayo sayang. Kita harus cepat. Setelah ini masih banyak yang harus dipersiapkan."
Dan aku hanya mengangguk lagi.
Dari belakang, kudengar Jimin merengek memanggil ibunya beberapa kali.
Ih dia lucu juga.
Nyonya Park menggandeng tanganku menyusuri lorong yang penuh dengan manekin berbalut gaun pernikahan. Banyak model dan warna. Semuanya bagus. Tapi anehnya aku benar-benar tidak tertarik untuk membawa pulang salah satu diantaranya.
Alasannya? Simple. Karena aku merasa saat ini belum waktunya untuk memikirkan pernikahan.
Seorang wanita usia 20 tahunan bertemu dengan kami diujung lorong. Ibu Jimin segera menjabat tangan wanita itu kemudian setelah berbincang beberapa hal yang tidak kumengerti, wanita itu mengajakku ke suatu bilik.
Beliau juga sempat mengajak Jimin ke bilik sebelah.
"Didalam sudah ada beberapa desain baju. Pilih saja yang kau suka setelah itu katakan pada eonni, arasseo?" (Kakak perempuan, mengerti?)
Aku mengangguk.
Kemudian aku masuk kedalam bilik itu.
Aku cukup terkesima sebentar saat melihat gaun berbagai warna dan model digantung didinding bilik. Mungkin ada 5 jumlahnya jika aku tidak salah hitung.
Awalnya aku cukup terpukau dengan gaum warna rose yang dipadukan dengan warna gold terang. Aku suka modelnya. Sungguh.
Tapi tiba-tiba fokusku beralih pada strepless dress panjang berwarna putih gading. Sangat bagus. Sangat indah dan sangat anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him [Park Jimin BTS FF]
FanfictionDia itu, yang berhasil mengajarkanku bahwa tidak selamanya sesuatu yang kita cintai adalah yang terbaik dan sesuatu yang kita benci adalah yang terburuk. Dia mengorbankan semuanya untukku. Hanya untuk diriku. Dia, yang, meninggalkan rasa sakit yan...