Hari ini genap dua minggu sejak kejadian miris yang menimpaku bersama Yoongi.
Tidak.
Lebih tepatnya. Kejadian miris yang menimpaku. Sebab aku adalah korban disini. Aku yang merasa tertindas dan dilecehkan.
Yoongi merenggut sesuatu milikku yang sangat berharga.
Yang aku ingat, aku bangun dalam keadaan mengenaskan. Aku telanjang dan hanya tertutup selimut. Rambutku berantakan dan baju-bajuku berserakan di lantai.
Aku menangis begitu keras kala itu sambil memunguti baju-bajuku. Setelah itu aku pulang.
Kukira aku bisa langsung istirahat saat menginjakkan kakiku di rumah. Tapi pada kenyataannya aku harus mendengar omelan orang rumah selama hampir 1 jam lamanya.
Selama kurang lebih 1 minggu yang lalu, aku tidak merasa ada yang aneh di tubuhku. Namun beberapa hari ini aku merasa sedang terserang demam. Kepalaku pusing, perutku mual, dan aku sering muntah. Aku bahkan tidak nafsu makan.
Karena itulah, aku berada disini.
Didalam ruangan yang tidak terlalu luas dengan wastafel, shower, dan bathup. Ruang yang kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan kamar mandi.
Dengan sebuah benda kecil bernama testpack yang ada ditanganku, aku berdiri didepan kaca wastafel.
Wajahku pucat. Dan.. kacau. Ada raut khawatir, cemas, dan takut disana.
Tenang.
Aku menghela nafas panjang lalu memejamkan mataku kuat-kuat. Perlahan tanganku bergerak keatas—menaikkan benda tersebut agar sampai ke jangkauan mataku.
Dan seluruh duniaku terasa berhenti begitu saja. Jantungku berdegub kencang dan darah mengalir deras diseluruh tubuhku.
Kedua belah pipiku kini berhias air mata.
Garis dua.
Aku...
—
Musik berdentum-dentum begitu kerasnya hingga terdengar ke seluruh penjuru. Lampu warna-warni pun berkelap-kelip, menyorot kesana kemari diantara beberapa orang yang asyik menari di lantai dansa. Bau alkohol juga menyeruak kemana-mana bahkan sampai ke rongga hidungku.
Aku di club.
Sudah sekitar 2 jam, kurasa.
Awalnya aku tidak diperbolehkan masuk karena belum cukup umur. Tapi seorang wanita dengan dandanan heboh mengatakan sesuatu pada penjaga selama beberapa menit hingga aku diperbolehkan masuk.
Entahlah. Aku tidak perduli apa yang wanita itu katakan. Yang aku inginkan saat ini hanyalah duduk sambil menegak bergelas-gelas alkohol di meja bar. Berharap itu bisa membunuh sesuatu yang akan hidup didalam perutku.
Anehnya, meskipun aku masih 19 tahun dan belum pernah mencoba alkohol, aku sangat doyan. Entah sudah berapa kali aku minum, akupun juga belum mabuk. Sama sekali belum mabuk. Sekalipun aku minta kadar alkohol didalam minumanku ditambah, aku tetap belum mabuk.
Sial,
Aku tidak menyangka aku bisa sekuat ini terhadap alkohol.
"Hei nona." Tiba-tiba si wanita penolong tadi mendekat. Duduk di bangku disampingku sambil menyeringai. "Kulihat kau sangat frustasi, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Him [Park Jimin BTS FF]
FanfictionDia itu, yang berhasil mengajarkanku bahwa tidak selamanya sesuatu yang kita cintai adalah yang terbaik dan sesuatu yang kita benci adalah yang terburuk. Dia mengorbankan semuanya untukku. Hanya untuk diriku. Dia, yang, meninggalkan rasa sakit yan...