Why?

204 14 0
                                    

Daegu, 2013.

Untuk kesekian kalinya semenjak Yoongi divonis mengidap sakit beberapa bulan yang lalu, dia muntah muntah seperti pagi ini.

Aku sejujurnya tidak mengerti kenapa dia selalu seperti ini sebab aku bahkan tidak mengerti penyakit apa yang di tubuh Yoongi. Meskipun dia sudah mengatakannya dan aku sudah berkali kali mencari tau di situs pencarian tentang penyakit itu, tapi aku tetap saja tidak paham.

Otakku itu tidak sampai.

Namun aku tidak perduli akan hal itu, yang aku tau aku harus menjaga Yoongi dengan sepenuh hati.

"Kau makan apa pagi tadi?"

Yoongi masih sibuk mengeluarkan isi perutnya di wastafel. Beberapa detik kemudian barulah ia berhenti, Yoongi membasuh wajahnya dengan air dan mengacak rambutku setelah itu keluar dari kamar mandi.

"Yoon~ kau belum menjawab pertanyaanku." Aku mengekor dibelakangnya.

Yoongi berhenti. Dia berbalik dan mengusap rambutku sembari berkata,

"Hanya samgyetang sayang. Memangnya kenapa?"

Aku mendengus sebentar lalu berucap.

"Bagaimana bisa hanya samgyetang sampai muntah-muntah seperti itu?" Aku agak kesal. Agak sih.

Dia malah tertawa membuatku semakin kesal saja.

"Aku kan sudah sering seperti itu. Berhentilah khwatir." Dia tersenyum. Seperti yang sudah sudah, senyum di bibirnya selalu berhasil memikatku. "Mau ke pantai, Eun? Ini hari kerja, pantai pasti sepi."

Mendengar kata pantai semangatku seketika menggebu-gebu. Aku bahkan senantiasa mengangguk mantap berkali-kali  sampai leherku terasa sedikit pegal.

"Arasseo arasseo. Berhentilah menggangguk jika tidak ingin lehermu patah." Katanya sambil menahan tawa.

Aku berhenti mengangguk dan segera berlari menuju kamarnya. Mengambil 2 baju hangat dan 2 mantel dari dalam lemari besar Yoongi karena cuaca diluar masih sedikit dingin —bekas musim dingin beberapa hari yang lalu. Setelah itu, aku berlari lagi keluar menghampiri Yoongi.

"Ya! Ya! Ya! Jangan berlari nanti kau jatuh." Katanya memperingatkan sambil menghentikan pergerakanku dengan kedua tangannya.

Aku hanya nyengir lebar menghadapinya dan sekon berikutnya kupilih untuk memakaikan baju hangat dan mantel ke tubuhnya.

Jariku terasa dingin saat sempat menyentuh kulitnya tadi, jadi aku berhenti, menatapnya sebentar sambil menunjukan ekspresi seperti bertanya 'apakah kau baik-baik saja?' Dan dia hanya tersenyum.

Pada akhirnya, aku hanya mampu menyingkirkan segala pikiran buruk didalam otakku.

"Haruskah kita ke pantai? Sepertinya kau sedang tidak baik Yoon."

Dia menggeleng.

"Aku baik-baik saja. Kan tadi aku sudah bilang aku baik-baik saja. Ini sudah biasa, Eun dan aku tidak ingin kebiasaan ini mengganggu liburanmu dan menggagalkan rencana kita untuk pergi ke pantai."

Aku mengangguk pasrah.

Ya, mau bagaimana lagi. Yoongi itu susah sekali dibujuk. Dia itu teguh pada pendiriannya. Jika dia memilih A maka sampai mati dia akan memperjuangkan pendapatnya itu.

"Ayo." Dia mengulurkan tangannya padaku. Aku yang telah selesai dengan baju hangat dan mantelku, menerima uluran tangannya, lalu sembari bergandengan kami berjalan keluar rumah.

Him [Park Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang