Pagi pagi sekali Jimin sudah datang dan menungguku sambil minum secangkir teh bersama ayah di teras.
Ini sebuah pagi di hari Minggu. Semua anggota keluargaku libur dan Jimin datang sangat sangat pagi bahkan sebelum aku sempat mandi.
Alhasil, beginilah penampilanku. Rambut acak-acakan, muka berminyak, dan masih banyak lagi, pandanganku bahkan masih blank seperti orang idiot.
Berita buruknya, aku sempat bertatapan dengan Jimin tadi saat turun dari tangga sambil berteriak kepada Hoseok oppa karena dia menganggu tidurku.
Aku tidak tau dia membangunkanku karena Jimin datang. Yang kutahu, dia melempariku dengan bantal dan menyuruhku untuk bangun. Dan aku yang mudah kesal tanpa pikir panjang langsung turun mengejarnya hingga berujung pada bertemu dengan Jimin.
Hoseok oppa tertawa sangat keras.
"Hahaha! Jim! Lihat calon istrimu ini. Lihat betapa buluknya dia saat pagi hari." Katanya dengan suara keras.
Disamping Jimin, ayah juga ikut tertawa menimpali perkataan Hoseok oppa.
Sial,
"Dia tetap cantik bagiku, hyung. Entahlah, Haeun terlihat imut."
"Tidak usah menutupinya didepan kami, nak." Ibu tiba-tiba muncul dari belakangku sembari membawa nampan coklat berisi piring yang diatasnya terdapat kue coklat dan bolu keju. "Katakan saja jika memang jelek." Imbuhnya lalu meletakkan piring berisi kue tersebut keatas meja.
Jimin tertawa pelan.
"Serius eommoni, Haeun terlihat imut." (Ibu.)
Kemudian giliran ibu yang tertawa. "Baiklah baiklah. Kau memang begitu tulus seperti kata ibumu Jim."
Ck! Tulus apanya. Batinku.
Setelah ibu kembali, aku langsung merapikan rambutku dengan cara mengikatnya secara asal. Aku kemudian menyandarkan tubuhku ke kusen pintu dan hanya diam mendengarkan para pria sedang berbincang.
Tak banyak yang mereka bicarakan. Sejauh ini, tidak jauh dari topik tentang liga sepak bola yang barusaja tayang tadi malam. Masing-masing saling meributkan grup kesukaan mereka. Lalu selebihnya bla bla bla, aku tidak mengerti karena itu seputar otomotif. Kenapa ya, laki-laki suka sekali membicarakan soal mesin.
"Jim? Yakin kau jadi pergi dengan Haeun?" Sesuatu menarik perhatianku. Pertanyaan itu membuat fokusku langsung kembali terpudat pada ketiga pria dihadapanku.
"Memangnya kenapa hyung?" Tanya Jimin pada Hoseok oppa yang barusaja menyesap tehnya.
"Tidak." Hoseok oppa meletakkanya cangkirnya kembali ke meja. "Kau tampak pucat. Apa kau sehat?"
Jimin tertawa kecil dan mengangguk. "Iya hyung, tentu saja aku sehat. Mungkin karena akhir-akhir ini aku banyak pikiran jadi sedikit terlihat pucat."
"Ah~" Hoseok oppa tersenyum sebentar. "Kau harus jaga kesehatan sebentar lagi kau akan menikah."
Lalu aku tersedak ludahku sendiri. Membuat ketiga pria dihadapanku menoleh menatapku.
"Ehey ada apa calon pengantin perempuan?" Hoseok oppa mengatakannya sambil menahan tawa sedangkan ayah sudah tertawa hampir terpingkal-pingkal karena aku tersedak.
Gila,
Aku menjauh dari tempat itu secepatnya. Lebih baik mandi membersihkan diri daripada mendengar perbincangan mereka yang menjengkelkan.
—
Pukul 1.30 siang aku jalan-jalan dengan Jimin menyusuri pantai tanpa menggunakan sepasang alas kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him [Park Jimin BTS FF]
FanficDia itu, yang berhasil mengajarkanku bahwa tidak selamanya sesuatu yang kita cintai adalah yang terbaik dan sesuatu yang kita benci adalah yang terburuk. Dia mengorbankan semuanya untukku. Hanya untuk diriku. Dia, yang, meninggalkan rasa sakit yan...