Diluar hujan turun cukup lebat.
Orang-orang sibuk menutupi tubuh mereka dengan benda-benda yang sekiranya bisa menghalang rintik-rintik hujan tersebut. Entah itu tas, buku, atau jaket dan barang lain yang ada didiri mereka.
Beberapa ada pula yang sudah siap dengan payung dan jas hujan mereka.
Sementara, semua orang bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Aku masih betah duduk termenung dibalik jendela kantin. Ditemani dengan sepotong cheesecake dan secangkir cappuccino hangat.
Sekolah sudah bubar beberapa jam yang lalu karena guru kami harus mempersiapkan ujian dan ikut rapat di luar sekolah. Seharusnya aku semangat pulang seperti biasanya, namun hari ini aku benar-benar enggan meninggalkan tempat ini.
Rasanya benar-benar nyaman berada di sekolah. Hangat dan damai mendengar celotehan murid-murid yang belum beranjak juga sepertiku.
Lagipula disini enak.
Hampir semuanya sudah pulang jadi kantin sangat sepi dan sunyi.
"Ya! Mwohae?" Tiba-tiba sebuah suara dan tepukan terasa di bahuku. Sungguh membuatku terkejut apalagi saat si pelaku duduk disampingku sambil menyinggung senyum aneh sembari melirik cheesecake-ku yang masih utuh. (Apa yang kau lakukan?)
Aku memutar bola mata jengah.
"Makanlah. Aku tiba-tiba tidak berselera setelah kau datang."
"Halah. Kau memang tidak niat makan, kan? Aku tau kok." Dia menarik cheesecake-ku mendekat ke arahnya dan mulai makan. Dengan mulut yang penuh di bertanya, "kau diet?"
Aku menggeleng. Lalu kembali melihat keluar jendela.
Gadis disampingku ini namanya Choi Eunha. Dia sahabatku sejak kelas 1 SMA. Kami sudah sering bersama bahkan terlihat seperti saudara kembar.
"Kau tidak menghubungiku akhir-akhir ini. Kenapa?" Tanyanya.
Benar, aku belum pernah bicara dengan Eunha sejak perjodohanku dengan Jimin.
Aku menggeleng. Lagi. Dan juga sama sekali tidak menoleh kepadanya.
"Kau sedang ada masalah, ya? Ayo cerita padaku." Eunha mengguncang bahuku pelan.
Dia tau aku sedang tidak baik, jadi sikapnya sedikit berubah. Menjadi tidak sejahil biasanya.
"Aku sahabatmu, Eun. Ayo cerita." Katanya.
Kini aku menoleh padanya. Melihat Eunha tepat dimata lalu menghela nafas.
"Tidak. Nanti kau bocor. Mulutmu itu ember sekali."
"Ya!! Aku tidak ember!!"
"Itu kau barusaja ember. Aku yakin seratus persen kau akam berteriak begitu kencang saat aku mengatakannya nanti."
Eunha menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Tidak. Tidak. Aku janji."
"Nanti saja aku cerita. Tapu berjanjilah kau tidak akan bilang siapa-siapa setelah aku mengatakannya."
Eunha tersenyum lebar sambil membentuk jarinya menjadi huruf o.
"Oke." Ucapnya.
Setelah itu dia lanjut makan. Dan aku melanjutkan kegiatan awalku.
Ting!
Aku mengeluarkan ponselku dari saku. Melihat notifikasi yang muncul sebentar sebelum menekannya dan melihat siapa yang mengirim pesan.
Jimin
Aku didepan
Sebentar lagi kau pulang, kan?Aku mengernyit.
Me
Depan mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Him [Park Jimin BTS FF]
Fiksi PenggemarDia itu, yang berhasil mengajarkanku bahwa tidak selamanya sesuatu yang kita cintai adalah yang terbaik dan sesuatu yang kita benci adalah yang terburuk. Dia mengorbankan semuanya untukku. Hanya untuk diriku. Dia, yang, meninggalkan rasa sakit yan...