Saat pintu kamarnya terbuka, aku melihat pemandangan yang tidak ingin kulihat. Botol soju berserakan di ujung ruangan. Baju baju tidak tergantung didalam lemari. Dan yang terakhir, banyak sekali pil yang berceceran didekat tempat tidurnya.
Kamar Yoongi. Jauh dari kesan rapi. Padahal dulu saat masih bersamaku, dia sangat bisa menjaga kerapiannya. Bahkan akupun kalah rapi dengannya.
Tapi sekarang, dia benar-benar berubah.
"Eonni. Apa yang harus kuambil dari kamar Yoongi?" Tanyaku pada ponsel yang sejak tadi bertengger di telingaku.
Intinya, Yoonmin eonni menyuruhku untuk pergi ke apartmennya dan mengambil beberapa barang didalam kamar Yoongi. Sementara aku datang apartemennya, Yoonmin eonni menunggu operasi Yoongi selesai.
"Beberapa baju hangat saja, Eun. Handuk dan beberapa peralatan mandi. Dan jaket Yoongi yang tergantung dibelakang pintunya."
Aku mengangguk. Kemudian meletakkan ponselku asal diatas meja didekatku dan mulai mengambil barang-barang yang Yoonmin eonni sebutkan tadi.
Selesai dengan barang-barang tadi, aku memungut hal hal berserakan —yang menurutku tidak penting didalam kamar Yoongi lalu membuangnya ke tong sampah. Aku juga menyempatkan diriku untuk merapikan kamar itu. Ya, setidaknya agar terlihat lebih bersih daripada tadi.
Namun, saat aku ingin mengangkat selimutnya, mataku lebih dulu menangkap sesuatu yang menarik. Tumpukan gulungan kertas dibawah meja tempatku meletakkan ponsel tadi.
Aku mendekat. Duduk bersila didekat kaki meja lalu mulai membuka gulungan kertas itu satu persatu.
Sejenak menatap kertas itu, awalnya aku tidak mengerti apa yang ada didalamnya. Tapi saat melihat tulisan 'aku bodoh. Tidak bisa membuat lagu untuknya.' Dan coretan coretan lainnya, pada akhirnya aku mengerti apa isi dari kertas itu.
Lirik lagu.
Lagu yang pernah Yoongi bicarakan padaku. Dia tidak bohong. Dia benar-benar membuat lagu untukku. Dan dia berjuang untuk menulis liriknya selama ini. Tapi aku dengan santai memperkenalkan Jimin sebagai calon suamiku. Betapa hancurnya hati Yoongi saat itu.
Seharusnya aku tidak menerima perjodohan itu.
Aku benar-benar tidak tau harus melakukan apa saat ini.
Aku menangis. Rasanya sakit sekali mengetahui perjuangannya selama ini. Aku merasa jahat dan memperlakukannya dengan begitu salah. Seharusnya bukan ini yang kuberikan padanya ketika kami bertemu kembali.
Tapi mau bagaimana lagi. Aku juga marah karena dia berbohong sudah meninggal di Daegu padaku dulu.
"Eun. Apa kau masih disana?" Suara Yoonmin eonni terdengar dari seberang. Kali ini terdengar sedikit panik.
Aku menghapus sisa air mata di kedua pipiku lalu berdiri sambil menempelkan ponsel itu ke telingaku lagi.
"Ya eonni? Memangnya kenapa?"
Terdengar sebuah tawa dari seberang, "aku ingin melihatmu."
Dan pada akhirnya, aku menemukan diriku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya pada orang yang sama.
Min Yoongi. Seketika membuat hatiku buta dan tuli.
Lagi.
—
Aku sampai di rumah sakit sekitar pukul 8 malam. Ketika sampai di depan ruangan Yoongi, aku hanya mengintip dari kaca kecil di pintu sebab tidak berani masuk dan melihat keadaannya. Lebih tepatnya tidak tega.
Namun saat mataku melihat kedalam, tidak ada siapapun disana. Dengan setengah panik aku membuka pintu itu dan sungguh benar-benar tidak ada siapa-siapa didalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him [Park Jimin BTS FF]
FanfictionDia itu, yang berhasil mengajarkanku bahwa tidak selamanya sesuatu yang kita cintai adalah yang terbaik dan sesuatu yang kita benci adalah yang terburuk. Dia mengorbankan semuanya untukku. Hanya untuk diriku. Dia, yang, meninggalkan rasa sakit yan...