The Wedding

244 18 3
                                    

Jung Haeun's POV 

Me
Ha-ya
Aku akan menikah
Datanglah ke gedung XXX
Akan kujelaskan nanti
Datang ya, ini bukan gurauan

Setelah mengirim pesan pada Eunha, aku bergegas menuju ruang ganti.

Sebelum masuk ke ruangan tersebut, sialnya aku malah mendapati Jimin yang sedang ditata rambutnya didepan cermin. Sontak, aku berbalik arah menjadi berjalan kearahnya.

Jimin tampan.

Dengan rambut karamel yang sudah ditata rapi dan mata terpejam, ia tampak sangat  berkarisma. Tiupan-tiupan angin dari hairdryer yang dipegang hair stylish didepannya juga mampu membuat Jimin tampak lebih keren dengan anak-anak rambut yang berterbangan kecil karena angin dari benda tersebut.

Dia benar-benar mempesona hari ini meski hanya mengenakan kaus putih lengan pendek dan skinny jeans hitam.

"Apa yang kau lihat, nona?"

Aku tersentak kaget ketika suara Jimin terdengar.

Entah sejak kapan dia sudah membuka matanya dan tersenyum jahil padaku.

"Kau terpesona padaku, ya."

Sial, dia menggodaku.

Aku menggeleng cepat. Kemudian bergerak menjauh dari meja rias. Tapi sebelum aku sempat berbalik, tangan Jimin sudah lebuh dulu menangkap pergelangan tanganku.

Ia menyuruh hair stylish-nya pergi meninggalkan meja rias dan menarikku untuk duduk di kursi putar disampingnya.

"Gugup?" Tanyanya.

Aku menggeleng. "Untuk sekarang ini tidak. Tapi tidak tau nanti."

Jimin tertawa sampai matanya menyipit lucu.

"Jangan lihat aku jika di altar nanti kau gugup."

"Kenapa?" Aku mengernyit.

"Nanti kau semakin gugup karena aku terlalu mempesona."

Kupukul punggungnya cukup keras dan mengumpat, "Sialan."

"Hush! Perempuan."

"Apa?"

"Kau perempuan. Tidak baik berbicara kasar apalagi kau sedang mengandung. Bagaimana jika nanti anakmu-"

"Dia belum ada. Kau tidak tau hukum seperti itu ya?"

"Tau. Kau pikir ibuku tidak pernah hamil."

"Habisnya kau aneh."

"Hanya jaga-jaga, sayang."

"Jaga-jaga apa?"

"Bagaimana jika dia mendengar sebelum ada di perutmu?"

"Memangnya bisa?"

"Bisa."

"Aneh."

"Biar."

Menjengkelkan. Tapi menyenangkan. Jimin, entah bagaimana, selalu bisa membuatku bahagia bahkan dengan kalimat-kalimat kecilnya yang tidak bermutu dan kadang tidak jelas.

Dia menghibur. Lucu.

Aku mencubit perutnya lama sampai dia memekik kesakitan dan aku langsung ambil ancang-ancang untuk lari darinya agar dia tidak membalas cubitanku.

Namun Jimin lebih cepat.

Dia berhasil menangkapku dan menyentakku hingga duduk di pangkuannya. Jimin memberi tatapan jahilnya dan menggelitikiku hingga badanku terasa hampir melemas karena ulahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Him [Park Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang