Broken Friendship

1K 65 26
                                    


Hai baca ceritaku ya no boomvote please 😂

Yessi POV

Beberapa buku berserakan di meja belajarku, ada novel, ada buku pelajaran ada buku tulis, kamus dan lain sebagainya. Aku masih cukup sibuk untuk merapikan itu semua, tugas menumpuk, les wajib dan ulangan datang silih berganti membuatku stres. Tapi tak mengapa aku sadar itu kewajibanku, sebagai seorang mahasiswi.

Tak hanya buku saja yang berserakan, lihatlah setumpuk pakaian masih tersusun acak di keranjang pakaian, beberapa pakaian yang sudah kering belum pula aku setrika. Debu dan sampah, sudah 3 hari aku tidak sempat membersihkan apartemenku. Di dapur? Segunung piring dan perabot lainnya belum dicuci sama sekali.
    
Aku merebahkan diri pada kasurku yang empuk, daripada memikirkan keadaan apartemenku. Tidur mungkin lebih baik, ya kan? Tak perlu hitungan menit, aku sudah berada dalam alam mimpi.

***

Andi POV

Bandara Soekarno Hatta, Jakarta
Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Austria, oh ya ini kejutan untuk Yessi. Aku sengaaja tidak memberi tahu Yessi tentang, aku akan pergi ke Austria untuk menemuinya. Semoga dia senang dengan kejutan yang akan aku berikan padanya, lima menit lagi pesawat yang aku tumpangi akan segera mengudara. Selamat tinggal Indonesia.

Memerlukan waktu 23  jam, hampir sehari penuh dari Indonesia ke Austria, sudah  termasuk transit di Kuala Lumpur lalu Bangkok. Perjalanan yang cukup panjang dan cukup membuat kepala pusing, serta pembiayaan juga sangat menguras kantong. Itulah perjuangan cinta, rumit dan terkadang juga tidak dihargai, itu resiko. Ups kok jadi curhat, oke kembali ke cerita.

Pada saat transit di Kuala Lumpur aku sempat membeli beberapa cinderamata untuk Yessi, seperti baju, kalung dan gelang. Pesawat yang aku tumpangi pun mendarat dengan selamat di landasan udara Vienna, Austria, perasaanku sungguh senang sudah sampai Di Austria dan sebentar lagi bisa bertemu dengan Yessi.

Aku memilih untuk menginap di salah satu airport Hotel terlebih dahulu, sebelum pergi ke apartemen Yessi. Karena, ini sudah jam 11 malam gak mungkin dong aku pergi nyari alamat malam-malam begini. Apalagi, ini pertama kalinya aku datang ke Austria bisa-bisa aku tersesat tengah jalan.

Saat aku memasuki main enterance space hotel dengan membawa sebuah koper dan ransel, seorang concierge menghampiriku dia tersenyum ramah dan menawarkan bantuan untuk membawakan koper dan ranselku.

May I bring your bag?” ucapnya, sopan. Dia juga menggunakan Bahasa Inggris yang sangat fasih, mungkin dia tahu kalau aku bukan orang Eropa.

Yes please..”

Setelah itu, aku segera diantarkan kebagian front office, untuk melakukan check-in.

Good night Mr. May I help you?”  sapa si Receptionist, dengan ramah.

Check in please, i need one standar room for one night.” Aku segera mengatakan jenis kamar yang aku inginkan, karena kamar standar adalah kamar yang paling murah di setiap hotel. Ini bisa menghemat pengeluaranku selama  berada di Austria.

Yes, fill the registration and may i borrow your pasport?”
Aku segera mengisi registrasi dan menyerahkan paspor pada si Receptionist. Setelah proses check-in selesai concierge tadi segera mengantarku ke kamar no 36. Sesampainya di kamar, aku segera merebahkan badanku di atas kasur, tanpa mengganti pakaian apalagi mandi, ataupun sekedar melepas sepatu. Ya namanya juga capek, ngerti lah.

****

Yessi POV

“Halo, pagi Mike.”

Regen (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang