Fortune Cookies

643 15 2
                                    

Ini adalah hari terakhirku berada di Jakarta besok aku sudah balik ke Austria, rasa sedih dan tak tega menghantuiku, rasanya baru saja aku menginjakkan kaki di tanah kelahiran mengalami banyak peristiwa yang belum hilang dari ingatanku baik itu peristiwa buruk maupun peristiwa menyenangkan. Di hari terakhir aku di Jakarta, mama dan papa memiliki usul untuk berjalan-jalan bersama keluarga, aku sudah lupa kapan terakhir kami jalan-jalan bersama.

Lagi-lagi mama, papa dan Kak Heni libur kerja demiku aku senang dengan perubahan sikap keluargaku. Dulu untuk libur sehari saja mereka sangat perhitungan, yang ada dipikiran mereka hanya uang, uang dan uang, untunglah sekarang mereka sadar kalau harta yang paling berharga adalah keluarga. Kami tidak jalan-jalan ke luar kota hanya ke mall saja sekadar makan, shoping dan nonton di bioskop. Momon-momen indah yang akan aku rindukan nantinya.

Di perjalanan pulang papa yang menyetir mobil mengambil jalan pintas agar tidak terkena macet, Jalan Kartika, sewaktu SMA dulu setiap hari aku melewati jalan ini agar lebih cepat sampai di sekolah ataupun sampai di rumah. Jalan ini bukan jalan protokol hanya jalan kompleks saja yang kebetulan terhubung dengan jalan utama menuju rumahku. Aku terperanjat saat melihat plang sebuah kafe "ABC Cafe" ini merupakan salah satu kafe favoritku dulu.

Kafe ini menyediakan sebuah jajanan unik yaitu fortune cookies atau kue keberuntungan, selain rasanya yang enak dan renyah, yang membuat aku suka dengan kue ini adalah sepotong kertas yang berisi kata-kata petuah ataupun ramalan yang terdapat di tengah kue tersebut. Walaupun ramalan itu tak sepenuhnya benar tapi tetap saja ini sangat unik.

"Pa, bisa berhenti di kafe ini gak?"

Papa langsung menepikan mobilnya di depan kafe itu, "Mau ngapain Yess?" tanyanya.

"Udah lama Yessi gak beli fortune cookies, aku pengen sekarang kita sama-sama makan kue unik ini." jawabku.

Mereka tak bisa menolak permintaanku, kami semua masuk ke kafe yang langsung disambut ramah oleh pelayan disana. Desain interior kafe sedikit berubah, sekarang jadi lebih keren dengan latar bernuansa putih bersih yang dihiasi dengan lampu-lampu tumbler yang berkedip-kedip. Kami memilih tempat duduk yang berada paling pojok sementara aku memesan dua cup fortune cookies serta enam botol soft drink.

Tak perlu waktu lama seorang pelayan sudah membawakan satu cup fortune cookies tersebut ke meja kami. Berisi 12 buah fortune cookies, jadi masing-masing mendapat 4 buah cookies. Bukannya mengambil mereka hanya memandang dua cup fortune cookies yang terletak di tengah meja kami, mereka sama-sama enggan untuk mengambil duluan.

"Loh kok bengong? Ambil!" kataku sambil membuka cup tersebut, lalu menyodorkan kepada mereka masing-masing mengambil satu. "Oke sebelum kita makan, buka cookies-nya dan dapatkan petuah atau ramalan tentang kalian kedepannya." perintahku.

Kami membelah kue itu menjadi dua bagian, mengeluarkan kertasnya dan segera memasukkan kue ke dalam mulut. Lalu membuka gulungan kertas kecil yang ada dalam kue tersebut, masing-masing membaca isinya dalam hati sebelum memberitahu kepada yang lain. Aku tersenyum senang membaca ramalan yang ada di dalam kue tersebut, "Buktikan pada mereka kalau kamu bisa! Be fighting."

"Jadi apa ramalan atau petuah apa yang kalian dapat?" tanyaku ingin tahu.

"Kalau gua dapat ini 'Be humble, don't arrogant!' emang aku sombong ya?" tanya Kak Roki dengan tampang sok polos. Semua tertawa mendengar petuah yang ada di fortune cookies tersebut sedangkan Kak Roki hanya mendengus kesal lalu mengambil satu kue lagi.

"Yang itu isinya apa Kak?" tanya Adrian yang masih menggenggam kertas kecil berisi petuah atau ramalan.

"Isinya... 'Jangan patah semangat walaupun kamu jomblo! Hidup jomblo!' apaan sih ini ngeledek banget isinya, males ah masa isinya yang jelek-jelek doang." gerutu Kak Roki, "Kalian isinya apa?" tanyanya pada aku dan Adrian.

"Kalau gua 'Buktikan pada mereka kalau kamu bisa! Be fighting.' motivasi banget nih buat gua." kataku, aku mengambil satu lagi fortune cookies berharap isinya adalah kata-kata yang dapat membangkitkan diriku. "Yang kedua isinya, 'Kegagalan itu menyedihkan tapi itu adalah hal yang wajar karena orang tidak akan sukses tanpa mengalami kegagalan, so jangan takut gagal ya!' bisa jadiin caption Ig nih hehe."

"Dasar alay!" cibir Kak Roki

"Masalah gitu buat lo? Perasaan lo tuh yang tiap jam update status mulu di Facebook, jadi alayers sebenarnya siapa lo atau gua?"

"Udah lah jangan berantem lagi kayak anak kecil aja." lerai Kak Heni.

"Punya gua isinya, 'Pertahankan pasanganmu yang sekarang karena dia adalah jodohmu.' wah lo ternyata jodoh gua Yess." pungkas Adrian, keluargaku ber-cie ria, wajahku jadi memerah karena malu. Adrian mengambil lagi kue kedua dan langsung membacakan isinya, "Isinya adalah.... 'Cinta itu sederhana, aku untukmu dan engkau untukku' isinya kata-kata romantis mulu deh." ujarnya sambil mengunyah fortune cookies tadi.

"Punya Mama, Papa dan Kak Heni apa?" tanyaku lagi.

"Kalau Mama, 'Berhentilah menuntut dibahagiakan tapi mencobalah untuk membahagiakan' petuah ini pas buat Mama, Mama kan sering maksa Yessi dulu buat kuliah kedokteran biar mama bahagia. Tapi mulai detik ini Mama janji Mama gak akan menuntut hanya untuk kebahagian Mama, melihat kalian anak-anak Mama senang aja itu udah lebih dari cukup." mama merangkul aku dan Kak Heni yang berada disampingnya, lalu mengecup puncak kepala kami secara bergilir, mama mengambil lagi fortune cookies yang kedua lalu membacakan isinya. "Yang kedua, 'PERCAYALAH PADA PASANGANMU JANGAN CEMBURU-CEMBURU YA*emot senyum' apa nih? Emang Mama sering cemburuan ya Pa?" tanya mama sedikit terkekeh membaca kalimat itu.

Yang lainnya ikut tertawa mendengar itu, papa menyibakkan rambutnya kebelakang dengan gaya cool, sebelum menjawab pertanyaan mama.

"Sering sih," ceplos papa yang membuat mama menggeram dan melotot hendak menyembur papa dengan aneka sumpah serapah, tapi papa buru-buru mencegahnya. "Tapi wajar sih cemburu kan tandanya sayang."

Wajah marah mama kini pias, "Iya Pa untung deh Papa ngerti, terus Papa dapat apa?"

"Kertas kecil ini berisi tulisan yang isinya, 'Jaga kesehatan ya, biar gak sakit!' ini yang buat perhatian banget deh, gak kayak si istri yang gak pernah ngingetin buat jaga kesehatan." papa memasang ekspresi yang sedemikian rupa hingga membuat mama menggeram lagi, hendak menjewer telinga papa. "Canda kali Ma, biar gak tegang suasananya." lanjut papa dengan kedua jari membentuk huruf 'V'

"Yang kedua Pa..." kataku.

Papa mengambil fortune cookies yang kedua, alis papa tertaut. "What the? 'Jangan takut hidup susah, takutlah hidup kaya tapi tak bahagia.' papa mah gak mau hidup susah gak mau juga hidup kaya tapi tak bahagia. Maunya tuh hidup kaya dan bahagia bersama keluarga tercinta." ujar papa jujur.

Sekarang giliran Kak Heni yang membacakan apakah petuah atau ramalan yang didapatnya, Kak Heni membuka kertasnya perlahan.

"Isinya.... 'Obat untuk patah hati adalah jatuh cinta lagi' tau aja kalau aku belum move-on sama mantan hehe. Oke aku baca yang kedua ya, 'Ramalan 2018, kamu akan mendapat rezeki yang melimpah tahun ini' yei, ramalan yang bagus semoga ramalan ini emang bener-bener."

Setelah semua membacakan kata-kata yang terdapat dalam fortune cookies tersebut kami lebih banyak menghabiskan waktu untung ngobrol dan tertawa bersama, aku pasti akan susah move-on dengan liburan yang berkesan ini. Sampai jumpa nanti semuanya.

Saat matahari sudah tak tampak lagi dalam artian tenggelam, kami baru balik ke rumah. Aku juga mau prepare perlengkapan besok, besok pagi jam tujuh aku dan juga Adrian akan berangkat ke bandara. Pesawat yang akan kami tumpangi akan lepas landas pada pukul delapan tepat.


Regen (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang