Rencana

793 34 9
                                    

Seminggu setelah perayaan prom night kampus mengadakan ujian akhir semester, untuk menilai pemahaman mahasiswa selama satu semester. Aku berharap agar hasilnya memuaskan, sehingga membuat keluargaku di Indonesia bangga. Satu lagi, aku tidak sabar akan pulang ke Indonesia, bertemu dengan keluarga tercinta. Dan menikmati lagi suasana tanah kelahiranku, yang amat aku rindukan. Setelah ujian berlangsung, seperti biasa sekolah akan mengadakan acara-acara untuk mengisi waktu luang sebelum pembagian rapor. Hari ini ada lomba bermain gitar antar kelas, Yani yang mewakili kelasku dan beruntung sekali dia berhasil meraih juara ke-2.

"Wah hebat nih temen gua, selamat ya." aku memberikan ucapan selamat kepada Yani, saat ia baru turun dari atas panggung untuk mengambil piagam penghargaan.

"Selamat ya sahabatku." timpal Jihan.

"Ah biasa aja kok." jawab Yani berusaha merendah.

Drrt..drtt

"Ntar ya gua mau angkat telepon dulu." kataku pada Yani dan Jihan.

Ponselku bergetar beberapa kali tanda ada panggilan masuk, aku mengambil ponsel dari dalam tasku. Di layar ponsel tertera jelas nama Adrian, dia yang menelponku. Semenjak kejadian di prom night, hubunganku dengan Adrian menjadi semakin dekat, dia sering menelponku bahkan sering berkunjung ke apartemenku untuk sekedar membawakan makanan. Walaupun tetap saja dia masih memiliki dua kepribadian kadang manis kadang dingin, mungkin bawaan dari lahir.

"Ntar ya gua mau angkat telepon dulu." kataku pada Yani dan Jihan. Mereka mengangguk.

"Halo Ad, kenapa?"

"Lo dimaana? Gua depan kampus nih."

"Hah? Ngapain?"

"Ya, mau ketemu lo lah, jemput gua ke depan dong!"

"Masuk sendiri gak usah manja, gua ada di auditorium sekarang."

"Manja sama calon pacar kan boleh. Hehe." dia terkekeh disana.

Mukaku langsung blushing mendengar ucapann Adrian, "Tau ah.."

"Dari siapa?" tanya Jihan, yang langsung duduk di sampingku.

"Dari-"

Ucapanku dipotong oleh Yani, "Dari Adrian lah siapa lagi, lo pakek nanya lagi Han."

Aku memutar bola mata, malas dengan sikap sok tahu Yani. Bukan sok tahu sih, emang kenyataan begitu tapi, aku malu mengakuinya. "Ah lo Yan."

"Aku pulang duluan ya.." kata Jihan, yang langsung bangkit dari tempat duduknya, beranjak keluar meninggalkan aku dan Yani.

"Eh Han mau kemana?" teriak Yani namun, tak ada respon darinya. Jihan terus berjalan keluar dari auditorium.

"Jihan kenapa?" aku bertanya pada Yani.

"Entahlah mungkin dia lagi PMS, gua perlu keluar?"

Aku mengernyitkan dahi, "Maksud lo?"

"Adrian kan mau kesini masak iya gua jadi obat nyamuk lo berdua,"

Aku tertawa kecil melihat ekspresi Yani yang sengaja dibuat sedemikian rupa, "Lo disini aja Yan, biar gua gak canggung."

"Ya elu baru juga PDKT udah canggung-canggungan segala. Biasakan mulai sekarang menciptakan suasana yang nyaman dan santai sama si dia." ujar Yani dengan lagak sok bijaknya. "Baru juga diomongin bocah ini udah datang aja, udah deh gua keluar ya. Bye." lanjut Yani saat Adrian tiba dengan membawa seikat bunga segar. Kemudian dia segera mengambil tasnya dan berlari kecil keluar auditorium.

Regen (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang