Kejutan

696 23 0
                                    

HAI SELAMAT TAHUN BARU PARA PENGHUNI WATTPAD :V

Semoga di tahun ini jadi lebih baik dari tahun sebelumnya ya :)

Keesokan harinya

Suara ketukan pintu sangat mengganggu tidurku, aku mencoba mengabaikann saja tapi semakin diabaikan suara ketukan pintu itu makin menjadi-jadi. Aku membuka mataku sekejap kemudian dengan otomotis mataku tertutup kembali, sudah aku lakukan berulang kali namun hasilnya nihil.

"Yessi... bangun dong udah siang! Malu dong sama Adrian, dia aja udah bangun dari tadi." teriak mama, aku segera melompat dari tempat tidur dan membuka pintu. Aku kira tadi yang ngetuk pintu Bi Sita.

"Eh Mama udah bangun toh, aku kira tadi Bi Sita yang gedor-gedor."

Tanpa menanggapi penjelasanku, mama menyodorkan selembar kertas padaku yang berisi beberapa tulisan bukan beberapa lagi tapi banyak, tidak salah lagi ini daftar belanja.

"Kamu pergi ke pasar, beli barang-barang yang ada di daftar. Nih uangnya." mama menyerahkan uang seratus ribuan kurang lebih dua puuh lembar, banyak ya.

"Loh kok jadi Yessi yang disuruh ke pasar?" aku tidak terima.

"Yah terus siapa lagi? Kak Heni kan lagi kerja, Mama juga harus kerja begitu pula dengan Papamu."

"Kan ada Bi Sita Ma," aku mendengus kesal, "Ini juga masih pagi Ma, baru jam enam."

"Gak ada tapi-tapian, Bi Sita harus beresin rumah. Cepetan mandi sekarang! Dan inget ya belinya harus di pasar, gak boleh di supermarket."

Aku merungut kesal lalu beranjak ke kamar mandi, memang perintah mama pedas tapi selalu kuindahkan.

"Yess, jangan ajak Adrian biarkan dia istrirahat di rumah. Awas kalau ngajak dia."

"Its okay Mom,"

***

Aku berjalan di tengah pasar tradisional, kondisi pasar sangat becek karena saat ini sedang musim hujan. Ramainya orang di pasar membuatku harus desak-desakan saat berjalan ataupun berbelanja, untung badanku langsing dan ramping. Aku baru membeli dua dari tiga belas daftar belanjaan, aku menyeka peluh di dahi. Berbelanja di pasar memang penuh perjuangan, ditambah lagi harus pandai dalam urusan tawar menawar jika tidak, dijamin uangmu akan habis dalam satu kali kedipan mata.

Aku menghampiri pedagang mangga sambil menenteng belanjaan tadi, gula dan telur.

"Bu, mangganya sekilo berapa?"

"Dua puluh aja Neng, saya kasih murah deh buat penglaris."

"Mahal banget Bu, gak boleh kurang?"

"Boleh sih, tapi jangan banyak. Dua puluh lima ribu aja deh."

"Itu mah nambah mahal Bu gimana sih? Saya maunya sepuluh ribu, kalau boleh saya beli 2 Kg."

"Yaudah deh Neng daripada kagak laku, saya kasih aja."

Setelah membeli mangga aku beranjak ke dagang sayur-sayuran, disana aku membeli aneka sayur-mayur tak luput dengan negosiasi dengan sang penjual. Setelah semua sayur-mayur yang ada di catatan seperti, kubis, sayur ijo, kacang panjang, sawi, tomat dan wortel banyak amat ya, emang si mama jadi vegetarian ya sekarang? Aku menuju ke kios yang menjual aneka bumbu dapur, lagi-lagi diperlukan keahlian dalam tawar menawar.

Tiga jam kemudian aku berhasil membeli semua belanjaan yang ada di daftar belanja tersebut, aku membeli Es Dawet untuk menghilangkan rasa haus. Aku jadi ingat dengan Envy, waktu aku ke toko bunganya dia kan memberiku segelas Es Dawet secar cuma-cuma. Oke, nanti saat aku balik ke Austria aku akan pergi ke toko Envy sambil mengenalkan Adrian padanya, dia pasti sangat senang bertemu lagi denganku.

Regen (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang