Love In Prom Night

859 38 10
                                    

Brakk...

Seseorang mendobrak pintu kamar yang tidak terkunci, itu membuat Mike menoleh ke arah pintu, ini kesempatan emas bagiku untuk menyerang Mike yang tengah lengah. Aku memukul ulu hati Mike dengan sisa-sisa tenaga yang masih terkumpul, pukulan itu membuat Mike sedikit terkejut walaupun tidak membuat dia terpental ataupun membuat badannya yang menindih tubuhku terangkat. Aku terkejut sekaligus senang ketika melihat orang yang mendobrak pintu itu adalah Adrian, dia pasti akan menyelamatkanku. Oh Adrian kau memang pahlawan, senyum manis kini tercetak dibibirku.

Adrian tak memberi ampun pada Mike yang masih menindih tubuhku, dia menendang Adrian hingga dia terpental dan jatuh di lantai. Aku bangkit dari posisi tidur dan untuk kedua kalinya kembali menyaksikan pertarungan kedua kakak beradik ini, aku tak habis pikir dua orang bersaudara bisa seperti ini, childish memang. Semarah-marahnya aku dengan kakak-kakakku di Indonesia. Aku tak pernah sampai seperti ini, maklum aku kan cewek. Ya, kalau jambak-jambakan mungkin pernah namun, tak pernah ada dendam antara kami karena bagaimanapun juga saudara yang akan menemani kita saat suka atau duka bukan orang lain. Oke back to point.

"Bajingan lo Mike, lo tega ngelakuin itu sama Yessi. Apa salah dia sama lo?" bentak Adrian, yang masih mencengkram kuat kerah kemeja Mike.

"Karena dia suka sama gua!"

"Sikap lo gak lebih baik dari seekor hewan Mike. Dasar manusia tak berotak, nyesel gua lahir di dunia ini harus saudaraan sama orang kayak lo." Adrian berkata dengan nada gemetar kemudian dia melepaskan cengkraman tangannya dari kerah kemeja Mike, Mike pun ambruk dan tersungkur di permukaan lantai. Adrian ternyata lebih kuat dari kakaknya sendiri, Mike tidak bisa memberikan perlawanan saat diberikan serangan yang bertubi-tubi oleh Adrian, wajarlah Adrian kan petinju. Lantas Martin? Ah aku yakin dia pasti sudah berhasil dikalahkan oleh Adrian, kalau tidak mana mungkin dia bisa masuk ke dalam sini.

"Lo gak apa kan Yess?" tanya Adrian dengan penuh kekhawatiran. "Gua kan udah bilang gua mau nemenin lo ke prom night, kenapa lo pergi sama Martin? Jadi gini kan akibatnya."

"Iya, dia langsung dateng ke apartement gua, mana bisa gua nolak. Gua kira niatnya baik, tapi-"

"Udahlah lain kali lo harus pergi sama gua. Ayo keluar dari tempat ini." Adrian memegang tanganku dengan lembut, lalu membawaku keluar dari hotel. Aku tak mengeluarkan banyak omong seperti biasanya, trauma masih menyelimuti perasaanku saat ini.

Adrian sepertinya bisa membaca raut wajahku, dia mengelus pelan pundakku, "Lo sekarang gak usah takut udah ada gua disini, yang bakal jagain lo."

Aku tersenyum kecut,"Kok lo bisa tahu gua ada disini?"

"Oh, jadi beberapa waktu yang lalu gua sempet liat di HP Mike chat'an dia sama Martin buat ngejebak lo. Awalnya gua gak peduli sih tapi, setelah gua pikir-pikir gua gak rela kalau cewek sebaik lo diapa-apain sama Mike dan Martin. Kebetulan juga waktu itu lo ngajakin gua ke prom night, pas tadi Mike jalan gua ikutin deh dia dan tebakan gua bener dia berniat lagi menjalankan aksi bejatnya."

"Thanks udah peduli sama gua,"

"Ah? Oh ya sama-sama." jawab Adrian sedikit gugup.

"Gua telepon Yani dan Jihan dulu ya." aku baru saja hendak mengambil ponsel namun, aku baru sadar kalau aku lupa membawanya. Astaga ini gara-gara Martin.

"Gak usah, gua udah kabarin Jihan tadi, gua udah bilang lo baik-baik aja.Biar mereka gak khawatir, gua juga udah suruh mereka nunggu di kampus."

"Oh gitu, eh tunggu-tunggu lo kok bisa ngasih tau Jihan? Darimana lo ngontak dia?"

Regen (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang