Sakit

733 28 4
                                    

Cuaca pagi ini begitu cerah walaupun semalam sempat diguyur hujan deras, burung-burung tampak berkicau riang seperti riangnya hatiku saat ini. Tak henti-hentinya aku bernyanyi-nyanyi gembira, membuat Yani dan Jihan hanya geleng-geleng kepala. Ini adalah hari ke-4 kami berada di Bandung artinya masih ada waktu liburan 3 hari lagi. Walaupun ekspetasi tidak sesuai dengan realita, ekspetasi bisa menjelajah semua tempat wisata yang sudah aku cantumkan di daftar tempat wisata namun, realitanya kami baru mengunjungi tiga tempat wisata karena ada banyak kendala.

Tapi aku percaya bahwa inilah yang terbaik untuk kami semua, untuk hari ini kami tidak akan mengunjungi tempat wisata karena melihat kondisi Yani yang masih membutuhkan istirahat yang cukup. Kami tidak ingin Yani sakit lagi karena kami terlalu memenuhi ego untuk berlibur, bukankah persahabatan yang paling utama?

Drrt... drrt...

Aku mengambil ponselku yang tergeletak di atas nakas, kulihat layar ponselku, ternyata ada telepon dari Kak Roki? Tumben dia menelponku, biasanya sekedar SMS-pun tidak pernah. Aku menyentuh tanda terima, di detik berikutnya langsung terdengar suara bariton kakak laki-lakiku itu.

"Halo adik kakak yang cantik..." sapanya ramah.

"Apa kak? Kok tumben nelpon? Seumur-umur gua punya HP baru dua kali lho lo nelpon gua." sahutku sinis, aku memang kurang akur dengan semua kakak-kakakku.

"Wei jangan jutek gitu napa, nelpon salah gak nelpon juga salah." ujarnya lagi.

"Hem... cepetan bilang tujuan lo nelpon gua, gua lagi sibuk nih."

"Oke, jadi gua mau bilang kalau gua lagi liburan di..." dia sengaja menggantung ucapannya untuk memancing rasa ingin tahuku.

"Di?"

"Di Austria."

"Oh..."

"Lo kok gak heboh sama sekali sih? Lo gak pengen ketemu gua?"

"Bang Rok, gua lagi liburan di Bandung, emang mama gak bilang ke lo?"

"Enggak. Yah baru aja gua mau nginep di apartemen lo dan nyuruh lo jadi tour guide gua selama disini. BTW congrats ya buat lo yang udah dapet beasiswa di Austria, kalah gua."

"Oke makasih, terus kapan lo balik ke Indonesia?"

"Minggu depan Yess, kalo lo kapan ke Jakarta?"

"Empat hari lagi, udah ya selamat liburan Bang Rok. See you."

"Selamat liburan kembali, see you to."

Sambungan panggilan telepon segera terputus, aku kembali meletakkan ponselku di atas nakas. Kalau tidak ada hal yang penting tidak akan menelpon, begitulah keluargaku, keluarga yang sangat individualistis. Tapi aku tetap bersyukur memiliki mama, papa, kak Heni, kak Roki dan kak Rizal daripada aku tidak punya siapa-siapa sama sekali. Jihan dan Yani membuka pintu kamar membuatku menoleh ke arah mereka, tadi mereka sedang pergi keluar untuk membeli makanan.

"Gak jalan sama Adrian?" tanya Yani selepas menggantungkan jaketnya di di dalam lemari.

"Gak tahu, palingan dia belum bangun." ujarku santai.

"Bangunin dong, sebagai pacar yang baik lo harus jadi alarm cantik pacar lo." goda Yani.

Aku mendengus kesal, "Apaan sih lo Yan,"

"Eh aku mau keluar dulu ya." pinta Jihan.

"Kemana? Keluar kamar? Gak usah bilangan kali." ledekku.

"Nggak aku mau ke rumah teman lamaku, aku kemarin udah janji soalnya." ungkap Jihan, dia pun memakai jaket dan keluar dari kamar.

"Lo gak bawa mobil? Kalau mau bawa lo minta kuncinya di Adrian. " tanya Yani saat Jihan baru membuka pintu.

Regen (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang