chapter 15

1.5K 169 4
                                    

Dua orang tampak mematung memikirkan sesuatu. Mereka sedang duduk diantara keramaian dikantin. Walaupun jam pelajaran masih berlangsung tapi kebiasaan bolos kelas tentu sangat biasa dilakukan anak jurusan ips.

"Hari ini adit gak masuk, gue curiga dia sedang dengan ficky" ujat jajat.

"Tadi gue juga dipanggil ibu kepsek. Ternyata adit sudah membayar ipp ficky. Dan seharusnya mereka berdua sekarang sekolah" kata danis.

"Bahkan cara licik lo pun gagal. Kita harus ngapain lagi?" balas jajat.

"Ada satu cara lagi" kata danis dengan serius membuat jajat penasaran.

"Apa?. Mmm jangan bilang lo mau bunuh adit, kalo soal itu gue gk setuju. Adit harus jadi milik gue." ujar jajat

"Pikiran lo terlalu sempit. Udah nanti kalo gue butuh lo, lo harus siap gitu aja. Udah gue cabut dulu, oh iya bilangin ke topik. Sampai kapanpun gue gak bakalan suka sama dia" papar danis.

"Iya" balas jajat.

"Apa yg lo rencanakan nis, seperti nya gue jangan terlalu bergantung pada dia. Dia cukup bahaya buat adit. Sedetik lo nyakitin adit, hidup lo bakal hancur nis. Gue harus hati-hati." ujar jajat dalam hati.

***
"Huhfff... Lelah sekali..." kata adit kemudian menarik selimut untuk menutupi dirinya dan Ficky yang tampak kelelahan juga setelah melayani nafsu adit yang begitu tinggi.

Adit pov

Dia terlihat kelelahan. Mungkin aku tadi terlalu agresif. Wajah manisnya membuatku slalu ingin memilikinya. Entah kapan aku mulai mencintainya. Kini aku bersedia membusungkan dada menjaga ficky dari siapapun yang berani menyakitinya.
Disampingku ada kebahagiaanku.

"Ada apa?" Tanyanya padaku.

"Tidak. Kamu tidur saja. Nanti siang kita pergi jalan keluar" balasku sambil membelai rambutnya yg sedikit berantakan.

"Jalan?.. Apa kamu tidak lihat aku berjalan tadi seperti apa. Orang bakalan curiga" balasnya membuatku teringat dia berjalan mengangkang karena menahan sakit.

"Tidak papa, nanti aku akan memapahmu. Atau pake kursi roda saja" jawabku memaksa ficky untuk mengiyakan.

"Kenapa kita tidak dirumah saja dit, aku lelah" balasnya menolak tapi membuatku malah makin ingin mengajaknya keluar.

"Kalau dirumah setan bakalan bergembira. Aku tidak bisa menahan itu." balasku lalu mengedipkan mata kananku.

"Baiklah, daripada bokongku tambah sakit." ujarnya membuatku tertawa kecil.

Kami berdua pun tertidur, jam menunjukan pukul 9 pagi. Nanti siang aku akan mengajak dia pergi ke suatu tempat. Tempat yang romantis. Dan disana aku akan menyatakan cintaku. Walaupun sudah beberapa kali aku mengatakannya. Tapi belum ada peresmian diantara kita.

4 jam berlalu, kami berdua tidur terlalu panjang. Kini kami sudah siap untuk pergi keluar. Oh iya tadi akupun sempat pulang, dan membawa mobilku. Dihadapanku ada sosok yang mampu membuatku gila. Dia mengenakan kemeja biru muda andalannya, jeans putih dengan sepatu putih serasi membuat ia tampak sangat manis dan keren. Entah karena kebetulan atau jodoh. Akupun sekarang mengenakan kemeja biru tua dengan jeans hitam dan sepatu hitam. Usia kami memang baru 17 tahun tapi kami berdua memang tidak suka tampil seperti anak kecil. Tentunya ini membuatku tampak lebih dewasa dan keren dimata orang lain khususnya ficky.

"Kamu keren" terucap dari mulutnya. Dua kata yang mampu membuatku terbang tinggi jauh keangkasa rasanya.

"Ayo" ajakku dengan memegang tangan ficky. Dia pun tak menolaknya. Kami pun memasuki mobil dan melaju menuju tempat yg sudah aku persiapkan sebelumnya.

Love Story With BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang