sabar

9.5K 893 11
                                    


Aina memijit pelipisnya, kepalanya sangat pening. Baru kali ini dia mengajari orang yang otaknya dibawah rata-rata.

"Jef, kalau loe masih gak bisa jawab juga pertanyaan dari gue, gue suruh loe ngitung ubin lagi!" Ancam aina dengan nada galak. Pertanyaan tentang plus minus yang merupakan dasar matematika, Jefran lama menjawabnya.

"Loe galak banget sih, nyesel gue milih loe jadi guru." Aina tersenyum sumringah.

"Nyesel? Kalau gituh besok aku mundur jadi guru kamu aja." Jovan mendengar itu langsung bahagia. Anak kecil itu sedari tadi menemani Aina dan Jefran belajar. Jovan yang juga ikut belajar untuk mencari muka didepan Aina .

"Iya kakak cantik jadi guru Jovan aja, Jovan janji kok gak bikin kakak pusing." Untuk mencari muka Jovan menyerahkan buku tugasnya."Bener semua kan?" Aina meneliti tugas yang Jovan kerjakan. Jawabannya benar semua. Kenapa Jefran tak secerdas adiknya sih.

"Iya bener semua, kamu pinter deh." Aina mengelus kepala Jova, adik Jefran itu tersenyum mengejek ke arah kakaknya sambil memeletkan lidah. "Masak kamu kalah sama adik kamu!!"

Merasa dihina Jefran berdecak sebal, kalau dibiarkan si upil ini akan semakin berada di atas awan. Rasanya ia ingin menendang Jovan hingga terpental sampai ke lantai bawah.

"Gue gak suka matematika. Belajar pelajaran lain aja."

"Kalo bukan matematika, terus belajar apa?"

Jefran tersenyum penuh arti muncul ide gila di otaknya.
"Belajar biologi aja gimana?" Aina memicingkan mata nampak waspada. Biologi? Anak IPS tak belajar biologi.

"IPS gak ada pelajaran biologi tuh." Benar kata Aina ngapain anak Ips belajar biologi, di dalam ujian juga gak bakal keluar.

"Maka dari itu, gue pingin belajar biologi. Pelajaran itu penting Aina!! Biologi itu kan ada bab reproduksi dan itu bab penting untuk menciptakan manusia baru!!" Aina melongo mendengar penjelasan Jefran. Dasar laki-laki otak mesum, bisa-bisanya ia berpikir mau membuat anak di saat mereka sedang belajar.

"Gak usah belajar dari buku Biologi, loe nonton video bokep sono!!"

"Nonton video bokep udah gak jaman, Ai!! Lebih baik kita praktek aja sendiri." Aina semakin bingung mendengar ajakan Jefran, dia kira Aina perempuan murahan. Belum juga Aina membuka suara untuk mendamprat Jefran. Jovan sudah berteriak.

"Mamah kakak mau ngajakin kak Aina ngamar!!" Mendengar Jovan berteriak memanggil sang mamah. Jefran membekap mulut adiknya lalu membanting tubuh Jovan ke karpet yang mereka duduki.

"Kutil loe berani ngadu ke mamah,gue habisin loe."

"Jef, lepas!! Adik kamu bisa kehabisan nafas." Aina berusaha melerai kedua saudara itu. Ia tak tega melihat tubuh Jovan yang kecil terhimpit tubuh besar Jefran. Aina menarik tangan Jovan dan menyembunyikan anak itu di belakang tubuhnya.

"Aku kasih kesempatan terakhir buat kamu jef, ini aku kasih kamu lagi soal matematika cuma 5 dan kamu harus selesaiin." Aina menunggu Jefran mengerjakan soal tak butuh waktu lama soal- soal itu diselesaikan dan dijawab dengan jawaban yang benar.

"Nah gini kek dari tadi, jadi gue gak usah lama-lama di sini." Aina heran kenapa jefran yang bego bisa menjawab soal-soal yang diberikannya dengan cepat dan benar. Apa anak ini sebenarnya pintar tapi malas saja.

"Gue bisa ngerjain soalnya kok,tapi kan gue gak pingin loe cepet-cepat pulang," jawab Jefran diiringi senyum jadinya. Aina memutar bola matanya dengan malas lalu memasukkan buku-buku ke dalam tas. Lelah juga ternyata memberikan pelajaran pada orang lain .

"Ai, gue anterin loe pulang ya? Ini udah hampir magrib loh." Aina hanya tersenyum lalu melirik jam tangan yang ia pakai. Lebih bahaya mana sih ketemu preman atau hanya berdua saja  bersama Jefran .

"Gak perlu, gue pesen taksi aja."

"Gue gak nawarin loe ,tapi  maksa." Jefran menggenggam tangan Aina tanpa mau melepasnya, sengaja menggenggamnya erat-erat takut Aina akan kabur.

"Tunggu!! Gue pamit dulu sama mamah loe." Benar kan Jefran ini lebih bahaya dari pada preman. Aina lebih ketakutan bersamanya dibanding di palak preman. Dasar laki-laki pemaksa, Dengan seenaknya menarik tangan Aina untuk ikut dengannya.

"Nanti gue pamitin mamah."

Begitu mereka sampai didepan mobil Jefran. Pemuda itu mendorong tubuh Aina hingga masuk mobil dan  mengunci pintunya rapat-rapat. Jefran memutar musik untuk memecah suasana yang hening. Aina tak buka suara sama sekali, ia hanya mengamati pemandangan jalan yang mereka lewati melalui kaca jendela. Aina tampak berpikir, ini bukan jalan menuju ke rumahnya.

"Jef,kita mau kemana? Rumah gue jalannya bukan kesini."

Sebenarnya saat tahu jefran adalah murid lesnya, ia terkejut bukan main dan takut. Kejadian di Club membuatnya waspada kepada lelaki setan berwajah dewa ini.

Di Club yang ramai orang saja dia berani melakukan pelecehan  apalagi dirumah Jefran sendiri. Aina tak kuat membayangkan hal-hal yang buruk bakal menimpanya saat hanya berduaan dengan makhluk menyebalkan ini.

"Pertama, gue gak tahu rumah loe dimana. Kedua kita gak bakal pulang tapi kencan," jawab Jefran sambil menunjukkan seringainya.membuat bulu kuduk Aina jadi Berdiri. WTF..... kencan? Sumpah Aina ingin rasanya ia melompat keluar mobil.
"Oh... iya kita mau kencan kemana? Ke hotel, ke puncak atau pantai."
Mata Aina yang coklat langsung membulat... mati... mati... kemana laki-laki setan ini akan membawanya. Padahal Jefran hanya bercanda melihat wajah ketakutan dari gadis incarannya sangat menyenangkan.

Aina... Aina... gadis itu akan jadi miliknya, mengingat sifat Aina yang mudah diintimidasi Jefran yakin Aina akan mau jadi kekasihnya walau yah.. dia akan memaksa.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Aina, my nerd girl  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang