Sketch 5

961 123 4
                                    

Sketch 5

.

.

.

"Ibu, bolehkah aku mengajak teman-temanku untuk berpiknik bersama kita?" Tanya Jimin pada ibunya saat makan malam berlangsung.

"Tentu saja, Ayah juga setuju itu. Piknik bertiga saja tidaklah menarik, kita naik bus saja menuju tempat itu karena tidak mungkin naik mobil kita yang sempi itu." Ayahnya yang menjawab dan mendapat anggukan dari ibunya.

"Woah, pasti akan menyenangkan."

.

.

.

Pagi mulai datang, Seokjin dan yang lainnya sudah datang ke rumah Jimin. Taehyung memilih merebahkan kembali tubuhnya di sofa dan melanjutkan tidurnya, begitu juga dengan Hoseok. Sedangkan Jungkook dan Yoongi memilih untuk lari pagi mengelilingi lingkungan rumah Jimin. "Biar nanti di tempat piknik kita bisa lebih fresh." Ujarya.

Jimin dan Namjoon membantu Ibu Jimin memasukkan makanan ke dalam tas yang cukup besar. Sesekali ibu Jimin menertawakan Jimin yang dimarahi oleh Namjoon karena mencuri makanan yang ada.

"Hyung, kau pelit sekali! Ini kan makanan ibuku."

"Yak! Ibumu juga akan sependapat denganku, kau bisa membuat kita kehabisan makanan nanti." Balas Namjoon, "Bukankah begitu, Eommonim?"

Ibu Jimin tersenyum lalu mengangguk. "Yang dikatakan Namjoon memang benar."

"Aiissh, kalian pelit sekali. Aku 'kan lapar."

"Yak! Kau baru saja sarapan dan kau masih lapar?"

Jimin tak membalas.

.

.

.

"Bisnya datang!"Sorak ayah Jimin setelah menunggu di halte beberapa saat.

"Ah, akhirnya." Ujar Taehyung lega setelah cukup lama memangku tas berisi makanan. Jungkook juga menghela nafas lega, dia juga sudah tidak sabar untuk sampai di tempa piknik karena selama ini, ia belum pernah melakukan piknik sama sekali. Orang tuanya selalu sibuk untuk menghabiskan waktu yng menyenangkan bersamanya, hal yang sama yang dirasakan Namjoon.

"Aku akan duduk di tepi." Ujar Taehyung.

"Yak! Aku duluan!" Jimin bersorak tak terima.

"Tidak! Terlalu bahaya bagimu jika duduk di tepi, di dekat kaca."

"Lalu bagaimana dengan dirimu itu bodoh?"

"Aku akan melindungimu."

"Ciih, sudahlah terserah kau saja."

Jimin mendudukkan dirinya di samping Taehyung, di bagian depan mereka ada Namjoon dan Yoongi, di samping mereka ada ibu dan ayah Jimin, sedangkan sisanya memilih duduk di bagian paling belakang.

Sepanjang perjalanan tiga namja yang duduk di bangku paling belakang sibuk dengan urusan mereka, heboh. Hoseok mengeluarkan rap andalannya diiringi oleh Jungkook dan Seokjin yang bernyanyi, hal itu membuat penumpang lainnya terhibur dengan aksi mereka. Suara mereka memang tidak pantas untuk diabaikan. Sesekali Jimin dan Taehyung ikut bernyanyi dari barisan depan.

"Jimin-ah!kita akan selalu menjadi sahabat, kan?" Tanya Taehyung tiba-tiba.

"Apa yang kau bicarakan? Kita kan selalu dan selamanya menjadai sahabat." Jawab Jimin tersenyum.

"Apapun yang terjadi?"

"Apapun yang terjadi."

"Aku menyayangimu."

"Kau membuatku ngeri, Taehyung-ah!" Jimin bergidik lucu sambil tertawa.

"Aku menyayangimu."

...

"Apa yang terjadi? Kenapa bus ini kencang sekali?" Tanya Seokjin menghentikan lagunya.

Jungkook dan Hoseok bergidik tidak tahu.

"HYUNG!!"

Jimin mendengarkan teriakan itu dengan jelas, sesaat kemudian tubuhnya terasa tertarik oleh Taehyung hingga membuat tubuhnya membungkuk ke arah bawah. Bus yang tadinya berjalan mulus kini bergerak tak menentu, layaknya berjalan di jalanan rusak penuh batu-batu besar. Jimin bisa merasakan kepalanya yang menabrak sesuatu, ia terjatuh ke lantai ke arah kaki Taehyung. Tangan Taehyung terus memegang lengannya dengan sangat erat, bahkan Jimin merasakan kuku Taehyung yang menancap di kuli tangannya.

"Jimin-ah..."

"Eomma.." Teriak Jimin lirih.

Bau anyir mulai menyeruak mewarnai keadaan, Jimin masih setengah sadar melihat keadaan yang berubah kacau.

"Taehyung..." Ia melihat dengan jelas keadaan Taehyung dari bawah. Taehyung masih dengan posisinya, kepalanya dipenuhi darah segar, tangannya masih melekat di lengan Jimin namun sudah tidak seerat tadi.

"Jin Hyung. Yoongi Hyung..."

Seokjin juga terpental cukup jauh dari tempatnya, dengan darah yang juga mengalir membasahi lantai. Sedangkan Jungkook juga terbaring di dekat Hoseok dengan pecahan kaca yang menempel di beberapa bagian tubuhnya, lagi-lagi, darah yang ditemui dari setiap sudut.

Jimin juga bisa melihat keadaan ayahnyadan ibunya yang tak jauh dari sana, kemudian Namjoon yang terbaring di dekatnya dengan darah yang menalir dari mulut dan hidungnya. Satu tetes air mata mengalir dari mata Jimin yang separuh terbuka, sakit, sangat sakit.

"Kita akan selalu menjadi sahabat, kan?" pertanyaan aneh Taehyung beberapa saat yang lalu mulai terngiang kembali di kepalanya.

"Apapun yang terjadi?"

"Aku akan melindungimu!"

"Aku menyayangimu..."

Apakah itu sebuah pertanda? Jimin kembali teringat dengan apa yang sudah mereka lewati bersama, bagaikan sebuah kaset yang diiputarkan melalui sebuah proyektor.

"Aku hanya bermimpi buruk, Hyung."

.

"Aku bermimpi, kita ada di sebuah lapangan hijau dan luas, kita berlarian mengejar kupu-kupu. Kita melakukan hal-hal yang menyenangkan."

"Yak! Bukankah itu mimpi yang indah?"

"Kau tidak mengerti, Hyung."

"Apa yang terjadi?"

"Aku tidak menemukan Jimin Hyung saat itu, bahkan kalian tidak mengenal siapa Jimin Hyung, aku berteriak bertanya kau ada di mana, namun kalian menertawakanku dan berkata jika kalian tidak mengenal Jimin Hyung, aku benar-benar takut."

.

.

.

"Jungkook-ah, apakah mimpimu itu menjadi nyata?"

"Kini aku akui, mimpimu benar-benar sangat buruk, Jungkook-ah."

"Eomma, Appa, Jin Hyung, Yoongi Hyung, Hoseok Hyung, Namjoon Hyung, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, kumohon bawa aku bersama kalian."

.

.

.

.

.

Vomment jangan lupa....

Squiggle (Jimin Ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang