💍Prolog

8.4K 134 48
                                    


Hello... Ini cerita baru aku.
Gimana sinopsisnya ? Menarik ?
Langsung ikutin yuk ceritanya.

READY ??

.
.
.
.
.
.
.
.
.
C
E
K
I
D
O
T
.
.
.
.

__PROLOG___

Kunikmati pelukan itu. Begitu hangat, hingga menerobos masuk ke dalam tubuhku dan mengalir bersama darahku. Aku mabuk dibuatnya, pikiranku kalang kabut, jantung tak mampu bersahabat lagi, sedang tubuhku semakin ikut bergetar. Kurasakan jelas kala ia perlahan menyatukan tubuh kami, keringatnya bercampur dengan keringat tubuhku, nyeri dan sensasinya yang mampu membuatku melayang. Perlahan mata ini tepejam, kugigit bibir bawahku, hingga aku hanyut dalam ketenikmatannya.

"Alley!! Aku mencintaimu."

Sejak saat itu, kusadari bahwa selama ini aku adalah orang lain dalam pikiran dan hatinya.

***

Aku memainkan sendok makananku. Sendok yang kubuat beradu dengan piring menciptakan suara dentingan yang tidak cukup untuk mengalahkan rasa canggung diantara kita. Sedangkan aku berusaha menikmati suasana hening yang menyelimuti kami beberapa menit terakhir.

"Bicaralah, sepatah katapun. Dengan senang hati ku dengarkan," ucap Reno dengan tangan yang ia silangkan di atas meja.

Aku mengalihkan perhatianku sejenak kepadanya, menatap sosok dirinya yang telah ku anggap sebagai sahabat itu dan kembali melanjutkan aktifitas yang telah menjadi kesibukanku beberapa menit terakhir.

"Are you ok?" tanyanya.

Ia menatap seakan ingin mengintrogasi padaku, tatapannya begitu tajam seakan segera ingin menerkam. Mungkin itu adalah caranya menuangkan sebuah perhatian miliknya.

Aku kemudian mengangguk pelan, namun hatiku menolak kasar. Sebab yang kurasakan adalah luka yang membuatku tidak merasakan baik-baik saja.

Suara air mancur kecil di depan cafe menciptakan suara gemericik yang menjadi suara khas di cafe ini. Tidak ada suara lantunan musik atau seseorang yang sedang bernyanyi sebagai penghibur para pengunjung. Namun suara gemericik itu malah membuatku mengingat suatu kenangan singkat yang begitu pahit, kenangan yang tidak ingin lagi ku ingat. Kenangan perihal seseorang yang begitu terkasih untukku.

Burung terbang menghantam kaca cafe di tepat di samping kami yang berhasil membuatku kaget. Jantungku menjadi berpacu dengan cepat, nafasku kian memburu.

"Are you ok?" lagi-lagi dengan pertanyaan yang sama, dan tatapan yang sama pula.

Aku menghela nafas berat yang bahkan mengalahkan desahan angin malam saat ini. Kali ini aku menggeleng, aku memutuskan jujur tentang perasaanku.

Tangan kekarnya kurasakan menutup tanganku yang memang lebih kecil dari telapak tangannya, ia menggenggamku.

"Cerita kepadaku, apa yang kamu rasakan saat ini!" nadanya kini berubah, tidak lagi pelan melainkan sedikit terdengar memaksa namun sukses menyentuh lubuk hati. Ditambah dengan hangat genggaman tangannya menciptakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuh, merambak masuk ke dalam kulit.

"Aku lelah memaksa hatiku untuk terus tegar, meski bagian terkecilnya terus terisak. Aku melewati detik demi detik, hari demi hari, hingga minggu demi minggu dengan kenangan yang menyayat hati. Terlalu sulit rasanya merelakannya pergi, sebab ia telah membuatku terbiasa dengannya, membuatku bergantung padanya. Namun sekarang dia pergi begitu saja tanpa mengajarkanku terbiasa bernafas tanpanya. Mungkin yang di katakan Alysa benar, 'ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu'"

Aku menyebut salah satu penggalan kalimat pada novel Sepotong Hati yang Baru, karya Tere Liye. Sebuah buku yang memberikanku banyak pelajaran setelah membacanya.

"Bisakah aku mengisi setengah bagian dari hatimu yang telah hilang ?"

***

Marriage With The Rude BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang