💍14

1.4K 35 4
                                    

***

Baru saja Reno beranjak dari kursi tahtanya ingin bergegas untuk pulang namun ia dikagetkan dengan seorang wanita yang berdiri tepat di ambang pintu. Reno menatap wanita itu yang juga menatapnya balik, ia tidak tau maksud dari tatapan wanita itu padanya, sedikit menggairahkan atau malah merendahkan.

"Saya tidak suka orang yang tidak mengetuk pintu!" ketus Reno dengan suara beratnya, berusaha membuat keadaan baik-baik saja.

"Oppsss. Maaf, Tuan Reno." Ann kemudian berjalan masuk dan mendekati Reno. "Saya mau mengajak Anda jalan."

Reno terdiam. Permainan apa lagi ini.

Ann melirik ke layar monitor laptop Reno yang terpampang jelas gambar seorang wanita yang mirip dengannya, Alley.

"Anda mau kan??" tanya Ann ketika menyadari tidak ada jawaban dan laki-laki di hadapannya itu. "Jangan munafik Tuan Reno,"

"Ke mana rencana kamu malam ini?" Reno kemudian berbicara, menciptakan senyim tipis di bibir merekah Ann.

"Ke tempat yang Anda suka? Terserah."

Reno kemudian terdiam, jemarinya sibuk mematikan laptop yang masih menyala di atas meja kerjanya.

"Saya tunggu di luar," kata Ann sebelum beranjak meninggalkan Reno yang sibuk merapikan barang-barang kerjanya.

Tidak perlu menunggu seorang Reno merapikan barangnya, ketika Ann sudah menyadari bahwa pintu ruangan Reno terbuka dan keluarlah laki-laki yang ditunggunya tersebut. Reno berjalan mendahuluinya dan diikuti Ann di belakang.

"Apa tujuanmu kali ini?" tanya Reno membunuh sepi ketika mereka sedang dalam perjalanan.

Ann mengangkat keningnya. "Hmm, saya pikir hanya pendekatan saja."

"Pendekatan apa maksudmu?"

"Pendekatan sebagai rekan kerja mungkin, atau lebih..."

"Lebih?"

"Hahaha," Ann terkikik pelan. "Mungkin kita lebih baik membicarakan sesuatu yang lebih menarik." wanita itu tampak berpikir, "Tentang perusahaan mungkin."

Reno terdiam, cukup bingung dengan arah pembicaraan wanita di sampingnya itu. Sangat berbeda dengan Alley, di mana Reno sangat nyaman ngobrol dengannya, seru, nyambung, dan selalu membuatnya bahagia. Apapun perihal Alley, Reno merindukan segalanya.

"Anda.." kalimat Ann terpotong.

"Pakai aku-kamu saja." potong Reno yang tampak tidak terlalu suka dengan panggilan Ann yang begitu formal. "

"Ohh, jadi... apakah kamu sudah menikah?" Reno menggeleng. "Baru tunangan."

"Duhh," Ann menggigit jari telunjuknya. "Aku kira jomblo."

Reno melirik wanita itu dari sudut matanya, dari luar Ann memang sangat mirip dengan Alley tapi tidak dari sisi dalam wanita itu.

***

Hari ini Reno tidak pulang, tentu saja memberikan ruang untuk Riana untuk segera kabur dan pergi menjauh dari laki-laki itu. Selain memikirkan bagaimana cara melarikan diri, pikirannya juga dipenuhi perihal janin yang ia kandung sekarang. Sama sekali tidak terbesit di pikirannya bahwa ia akan secepat itu mengandung anak dari Reno, padahal mereka belum menikah dan belum berstatus suami istri. Tidak pernah terpikir bahwa ia akan hamil di luar nikah, ditambah lagi dengan kehamilan yang diakibatkan oleh orang yang sekarang sangat ingin ia jauhi. Bagaimana bisa ia melepaskan hubungan dari Reno, anak yang ia kandung tentu akan menjadi penghalang mereka untuk berpisah. Tapi ia juga tidak mungkin menyingkirkan anak itu, ia tidak mungkin membunuh anak kandungnya sendiri, anak dari darah dagingnya sendiri.

Dengan langkah lunglai, Riana menjauh dari rumah sakit. Tidak tau arah tujuan, ia hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah. Ia tidak mungkin pulang ke rumah Reno dan tidak akan mau kembali ke sana. Sama saja jika ia kembali ke dalam lubang yang siap membunuhnya. Ia harus pergi dan menjauh dari semua perihal Reno.

"Riana," seseorang terdengar memanggil namanya.

"Delon??"

***

Dentuman musik terdengar memenuhi seluruh isi club, membuat siapa saja yang berada di dalamnya ingin segera bergoyang dan melepaskan beban. Tidak terkecuali dengan Reno dan Ann yang sudah sekitar tiga jam menghabiskan waktu bersama. Ann terus bergoyang mengikuti dentuman musik, sementara Reno tengah duduk dengan sebuah wine di tangannya sedang memerhatikan wanita di hadapannya itu.

"Kenapa enggak ikut?" tanya Ann yang melihat Reno tak kunjung bergerak dari posisinya.

"Apa?" kerasnya musik membuat Reno tidak mampu mendengar jelas apa yanh dikatakan Ann.

Ann tampak bergerak mendekat, tanpa menghantikan gerakan dari tubuhnya. "Kenapa enggak ikut?" tanya Ann lirih tepat di samping telinga Reno yang berhasil membuat telinganya merasakan dan mendengar hembusan napas Ann.

Reno terdiam sejenak, "kamu saja."

"Come on, kita lupakan sejenak masalah kita, biarkan semuanya terbang menjauh." Ann tersenyum ke arah Reno.

"Terbang, yah?" tanya Reno terkikik pelan.

Ann mengangguk, "yess." tangannya kemudian meraih kerah kemeja Reno, menariknya dengan pelan hingga memisahkan jarak beberapa centi di antara mereka. Mata mereka kini bertatapan, sama-sama larut satu sama lain.

Reno merasakan sebuah sentuhan lembut di tengkuknya, ia sadar itu adalah tangan Ann. Tidak berniat menghantikan aksi Ann, namun Reno membiarkan semuanya berjalan begitu saja dan menikmatinya. Dengan begitu, dengan adanya Ann di hadapannya sekarang, setidaknya ia bisa merasakan kehadiran Alley meski nyatanya Ann dan Alley adalah sosok yang berbeda, tapi cukup menepis sedikit kerinduan yang sudah begitu dalam.

Ann melangkahkan kakinya selangkah membuat wajah mereka nyaris saja bersentuhan. Reno menatap lekat wajah Ann, bayangan Alley terus menghantui pikirannya, otaknya selalu mengatakan bahwa wanita yang ia lihat di hadapannya itu adalah kekasihnya, semakin lama sosok Alley semakin terbayang. Reno menggelengkan kepalanya, mengucek matanya untuk memastikan bahwa pandangannua tidak salah.

Sementara Ann semakin mendekatkan wajah mereka. Reno merasakan hembusan wanita itu, dengan Ann yang mulai jinjit menyimbangkan tinggi mereka agar bibirnya bisa meraih bibir Reno yang lebih tinggi darinya. Semakin mendekat hingga hidung mereka saling bertumpu, namun Reno tersentak ketika bayangan Riana terlintas di pikirannya, sosok Ann mendadak berubah menjadi Riana.

"Kenapa?" tanya Ann ketika menyadari Reno yang cukup terkejut.

Reno terdiam, napasnya memberat tidak teratur.

"Are you ok??" Ann menatap Reno bingung.

"Enggak, aku harus pergi sekarang!" Reno mundur beberapa langkah kemudian meninggalkan Ann yang menatapnya dengan pandangan bingung. Reno berjalan sempoyongan, mungkin terlalu banyak meminum alkohol, hingga punggung laki-laki itu semakin mengecil dan menghilang di antara kerumunan orang.

***

Pliiss guys komentarnya. Aku bener" butuh bantuan kalian. Aku butuh pendapat kalian tentang cerita ini, apa alurnya enggak jelas, atau kurang seru, kurang greget, kurang bikin baper atau gimana??

Marriage With The Rude BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang